Selasa, 04 Oktober 2011

Harry Potter And The Deathly Hallows Bab 8 Part 2

BAB 8 Part 2
PERNIKAHAN
(The Wedding)


“Apa kau – er – yakin kalau itu lambang…“
”Tidak mungkin aku salah,” kata Krum dingin. ”Aku melihat lambang itu bertahun-tahun, aku sangat
mengenalnya.“
”Yah, mungkin saja,“ kata Harry. “Xenophilius tidak tahu lambang apa itu. Bisa saja dia menganggap
bahwa itu potongan kepala dari Snorkack Tanduk-Kisut.”
”Tanduk-Kisut apa?”
”Aku sendiri tidak tahu. Tapi sepertinya dia dan putrinya pergi berlibur untuk mencari Snorkack itu.”
Harry merasa telah memberikan penjelasan tentang Luna dan ayahnya secara buruk.
”Itu putrinya,” kata Harry sambil menunjuk Luna yang masih menari sendiri, mengayunkan tangan di atas
kepalanya seperti ingin menakut-nakuti para kurcaci.
”Mengapa dia bergerak seperti itu?” tanya Krum.
”Mungkin dia ingin mengusir Wrackspurt,” kata Harry yang mengenali gerakan itu.
Krum tidak mengerti apakah Harry bercanda atau tidak. Krum mengeluarkan tongkatnya dan
mengetuk-ketukkannya di atas pahanya, percikan api muncul dari ujungnya.
”Gregorovitch!” kata Harry tiba-tiba, dan Krum terkejut, tapi Harry tidak peduli. Ia teringat saat melihat
tongkat Krum pertama kali: Ollivander memegang dan memeriksanya sebelum Turnamen Triwizard.
”Memang ada apa?” kata Krum curiga.
”Dia pembuat tongkat!”
”Aku tahu,” kata Krum.
”Dia membuat tongkatmu! Jadi itu sebabnya aku kira – Quidditch...”
Krum memandangi Harry, semakin curiga.
“Bagaimana kau tahu Gregorovitch membuat tongkatku?”
”Aku… aku membacanya, kurasa,” kata Harry. ”Di – di sebuah majalah fans,” Harry mengarang
 gila-gilaan dan Krum sudah tidak curiga lagi.
“Aku tidak ingat aku pernah berbicara tentang tongkatku dengan fans,” kata Krum.
”Jadi… er… di mana Gregorovitch sekarang?”
Krum kebingungan.
“Dia pensiun beberapa tahun lalu. Milikku adalah salah satu tongkat terakhir yang Gregorovitch jual. Dia
yang terbaik – walau aku tahu, kalau orang-orang Inggris lebih banyak memakai buatan Ollivander.”
Harry tidak menjawab. Dia berpura-pura memperhatikan orang-orang yang berdansa, seperti Krum,
tapi Harry berpikir keras. Jadi Voldemort mencari pembuat tongkat ternama, dan Harry tidak perlu
mencari alasannya. Jelas karena tongkat Harry telah merusak tongkat Voldemort saat pengejaran malam
itu. Tongkat holly dan bulu phoenix miliknya telah mengalahkan tongkat pinjaman itu, karena sesuatu yang
tidak diketahui atau dimengerti oleh Ollivander. Apakah Ollivander lebih tahu? Apakah dia memang lebih
punya kemampuan daripada Ollivander? Apakah dia juga tahu tentang rahasia tongkat yang tidak
diketahui Ollivander?
”Gadis itu cantik sekali,” kata Krum pada Harry. Krum menunjuk Ginny yang baru saja menari bersama
Luna. ”Apakah dia juga saudaramu?”
”Ya,” kata Harry terdengar tidak suka, ”dan dia sudah punya pacar. Tipe pencemburu bertubuh besar.
Kau tidak akan ingin melawannya.”
Krum menggerutu.
”Apa untungnya,” kata Krum, menghabiskan minumannya lalu berdiri, ”menjadi pemain Quidditch
internasional kalau semua gadis cantik sudah ada yang punya?”
Dan Krum pergi meninggalkan Harry untuk mengambil sandwich dari nampan dan berjalan menerobos
kerumunan. Harry ingin mencari Ron, memberitahu tentang Gregorovitch, tapi Ron sedang berdansa
dengan Hermione di tengah lantai dansa. Harry mengalihkan pandangannya dan melihat Ginny yang
sekarang dengan teman Fred dan George, Lee Jordan. Harry berusaha untuk tidak menyesal mengingat
janjinya pada Ron.
Harry tidak pernah ke pesta pernikahan sebelumnya. Jadi Harry tidak tahu apakah perayaan para
penyihir ini berbeda dengan perayaan Muggle, walau Harry yakin tidak mungkin ada kue pernikahan
dengan burung Phoenix di atasnya yang langsung terbang setelah kuenya di potong, atau berbotol-botol
champagne beterbangan di atas kerumunan undangan, di dunia Muggle. Saat malam mulai turun, kanopi
diterangi oleh cahaya dari lentera emas, dan keriuhan pesta mulai berkurang. Fred dan George sudah
menghilang sejak tadi bersama dengan sepasang sepupu Fleur. Charlie, Hagrid, dan seorang penyihir
pendek bertopi ungu, sedang bernyanyi
’Odo the Hero’
di pojok.
Harry sedang menerobos kerumunan dan melarikan diri paman Ron yang mabuk dan menganggap Harry
sebagai anaknya, lalu Harry melihat seorang penyihir tua duduk sendirian. Rambut putih tebalnya
membuatnya tampak seperti bunga dandelion yang sedang mekar yang memakai topi yang sudah
dimakan ngengat. Rasanya pria itu begitu familiar. Harry tiba-tiba teringat kalau pria itu adalah Elphias
Doge, anggota Orde Phoenix, dan penulis berita kematian Dumbledore. Harry mendekatinya.
“Bolehkah aku duduk?”
 “Tentu, tentu,” kata Doge, suaranya mencicit tinggi.
Harry duduk dan mendekat pada Doge. “Mr. Doge, saya Harry Potter.”
Doge terkejut.
”Anakku! Arthur bilang kau ada di sini, menyamar… aku senang, aku merasa terhormat!”
Doge menuangkan Harry segelas champagne.
”Aku ingin menulis surat untukmu,” bisik Harry, ”setelah kematian Dumbledore… rasanya tidak
percaya… dan kau, aku yakin…”
Tiba-tiba mata kecil Doge dipenuhi air mata.
“Aku membaca berita kematian yang kau tulis di
Daily Prophet
,” kata Harry. ”Aku tidak tahu kalau
berteman dengan profesor Dumbledore.”
“Semua orang juga mengira begitu,” kata Doge sambil mengusap matanya dengan serbet makan. ”Jelas
aku yang paling lama mengenalnya, jika Aberforth tidak masuk hitungan – dan entah, orang-orang tidak
pernah mengingat Aberforth.”
“Ngomong-ngomong tentang
Daily Prophet
… aku tidak tahu apakah kau melihatnya, Mr. Doge…”
“Oh, panggil aku Elphias saja, anakku.”
“Elphias, apakah kau melihat hasil wawancara Rita Skeeter tentang Dumbledore?”
Wajah Doge diwarnai dengan amarah.
”Oh, ya, Harry, aku melihatnya. Wanita itu, lebih pantas bila menyebutnya sebagai burung hering,
benar-benar menolak saat aku ingin berbicara padanya. Aku sendiri malu bisa jadi begitu kasar.
Memanggilnya ikan trout yang suka ikut campur, dan kau bisa lihat hasilnya, dia mengatakan kalau aku
agak gila.”
”Dalam wawancara itu,” lanjut Harry, ”Rita Skeeter berkata bahwa profesor Dumbledore pernah
berkutat dengan sihir hitam saat masih muda.”
”Jangan percaya sedikit pun!” kata Doge. ”Sedikit pun, Harry! Jangan biarkan sesuatu merusak
kenanganmu dengan Albus Dumbledore!”
Harry melihat wajah Doge yang marah, dan Harry malah merasa tertekan. Apa Doge pikir mudah sekali
untuk Harry
memilih
untuk tidak percaya? Apakah Doge mengerti bahwa Harry butuh diyakinkan, butuh
untuk tahu
segalanya
? Mungkin Doge tau apa yang dirasakan Harry, ia lalu melanjutkan,
”Harry, Rita Skeeter itu mengerikan…”
Kalimat itu dipotong oleh lengkingan seseorang.
 ”Rita Skeeter? Oh, aku suka dengannya, selalu membaca tulisannya!”
Harry dan Doge menatap Bibi Muriel yang sudah berdiri di sana dengan bulu-bulu yang menari di
topinya, dan segelas champagne di tangannya. ”Rita menulis buku tentang Dumbledore, kau tahu!”
”Hallo, Muriel,” kata Doge. ”Ya, kami baru saja membicarakan…”
”Hei kau! Berikan kursimu, usiaku sudah seratus tujuh!”
Sepupu Weasley berambut merah yang lain meloncat dari kursinya, ketakutan. Dan Bibi Muriel
mengangkat kursi itu dengan kekuatan yang mengejutkan dan mendudukkan dirinya di antara Doge dan
Harry.
“Hallo lagi, Barry, atau siapa pun namamu,“ kata bibi Muriel pada Harry. “Nah, apa pendapatmu
tentang Rita Skeeter, Elphias? Kau tahu dia menulis biografi Albus Dumbledore? Aku sudah ingin
membacanya, aku bahkan sudah memesannya di Flourish dan Blotts!“
Doge bersikap serius, tapi Bibi Muriel malah mengosongkan gelasnya dan menjentikkan jarinya yang
kurus pada pelayan yang lewat, untuk mengisi gelasnya lagi. Ia meminum champagne barunya dalam
tegukan besar, bersendawa, lalu berkata, “Kalian jangan bertingkah seperti kodok beku! Sebelum
Dumbledore dihormati atas segala hal itu, memang ada banyak isu miring tentang Albus!“
”Berita yang salah,” kata Doge, wajahnya memerah.
”Oh, semua tahu kalau kau memuja Dumbledore. Aku yakin kau akan tetap menganggapnya malaikat
walau kau tahu apa yang dilakukannya pada saudarinya yang Squib itu!”
Muriel
”’ Doge memperingati.
Rasa dingin yang tidak ada hubungannya dengan champagne dingin, memenuhi dada Harry.
“Apa maksudmu?” tanya Harry pada Muriel. ”Siapa bilang saudari Dumbledore seorang Squib?
Bukannya dia sakit?”
”Kau salah, Barry!” kata bibi Muriel, kelihatan senang atas perhatian yang ia dapat.
”Lagipula, apa yang kau tau tentangnya? Semuanya terjadi bertahun-tahun bahkan sebelum kau ada,
sayang, dan kenyataannya adalah hanya sedikit orang yang masih hidup yang tahu kejadian sebenatnya.
Itu sebabnya aku penasaran bagaimana Rita tahu! Dumbledore menyembunyikan saudarinya
bertahun-tahun!”
”Salah!” kata Doge. ”Benar-benar salah!”
”Dia tidak pernah cerita padaku kalau saudarinya seorang Squib,” kata Harry tanpa berpikir, dadanya
masih terasa dingin.
“Mengapa dia harus menceritakannya padamu?” tanya Bibi Muriel yang berusaha untuk memperhatikan
Harry.
“Alasan Albus Dumbledore tidak pernah membicarakan Ariana,” kata Elphias, suaranya penuh dengan
emosi, ”adalah, menurutku, karena Dumbledore begitu hancur setelah kematian Ariana.”
 ”Mengapa tidak ada orang yang pernah melihatnya, Elphias?” kata Muriel. ”Mengapa tidak ada orang
yang tahu kalau Ariana itu ada, sampai mereka mengeluarkan peti mati dari dalam rumah dan melakukan
upacara pemakaman? Di mana Albus yang baik hati saat saudarinya terkunci dalam gudang bawah
tanah? Pergi dan belajar di Hogwarts, dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di rumah!”
”Apa maksudmu, ’terkunci di gudang bawah tanah’?” tanya Harry. ”Apa maksudnya?”
Bibi Muriel tertawa dan menjawab pertanyaan Harry.
”Ibu Dumbledore adalah seorang wanita yang menakutkan. Kelahiran Muggle, tapi kudengar dia
berpura-pura…”
“Dia tidak berpura-pura menjadi apa pun itu! Kendra adalah seorang wanita yang baik,” bisik Doge
sedih, tapi Bibi Muriel tidak peduli.
“… begitu bangga dan berkuasa, penyihir yang lebih baik mati daripada menghasilkan seorang Squib…”
”Ariana bukan seorang Squib!” bisik Doge marah.
”Kalau begitu jelaskan, Elphias, mengapa Ariana tidak masuk Hogwarts!” kata Bibi Muriel, lalu kembali
pada Harry. ”Dulu, Squib sering diusir, memenjarakan mereka di dalam rumah, dan dianggap tidak
ada...”
“Kuberitahu kau, bukan itu yang terjadi!” kata Doge, tapi Bibi Muriel tidak mendengarkan dan terus
berbicara pada Harry.
“Squib biasanya dikirim ke sekolah Muggle dan tinggal di komunitas Muggle… karena lebih mudah
begitu daripada harus mencari tempat di dunia sihir, di mana mereka jadi orang buangan. Tapi sepertinya
Kendra Dumbledore tidak ingin putrinya di kirim ke sekolah Muggle…”
”Ariana rapuh!” kata Doge putus asa. ”Kesehatannya membuatnya tidak bisa pergi…”
“Membuatnya tidak bisa pergi bahkan hanya untuk keluar rumah?” bantah Muriel. “Bahkan ibunya tidak
membawanya ke St Mungo atau memanggil Healer (Penyembuh) untuk putrinya!”
“Muriel, bagaimana kau bisa tahu lebih baik daripada…”
“Agar kau tahu, Elphias, sepupuku, Lancelot, saat itu bekerja menjadi Healer di St Mungo. Dan dia
bercerita pada keluarganya bahwa dia tidak pernah melihat Ariana dirawat di sana. Bukankah
mencurigakan!”
Doge mulai meneteskan air mata. Bibi Muriel yang sepertinya menikmati kemenangannya, menjentikkan
jarinya untuk meminta champagne lagi. Harry mengingat bagaimana keluarga Dursley menyingkirkannya,
menguncinya, dan menyembunyikannya hanya karena ia seorang penyihir. Apakah saudari Dumbledore
juga mendarita karena alasan yang berkebalikan darinya, terpenjara karena tidak punya kemampuan
sihir? Apakah Dumbledore benar-benar meninggalkannya dan pergi ke Hogwarts untuk membuktikan
dirinya sebagai penyihir yang brilian dan berbakat?
”Kalau saja Kendra tidak meninggal lebih dulu,” Muriel menyimpulkan, ”aku yakin kalau dia akan
membunuh Ariana.”
 ”Muriel!” bentak Doge. ”Seorang ibu membunuh putrinya sendiri? Pikirkan apa yang baru saja kau
katakan!”
”Jika ibu itu mampu memenjarakan putrinya bertahun-tahun, mengapa tidak?” Bibi Muriel mengangkat
bahunya. ”Tapi tentu saja itu tidak mungkin, karena Kendra lebih dulu mati – sepertinya tidak ada yang
berpikir…”
”Oh, kau yakin kalau Ariana yang membunuh Kendra?” tantang Doge. “Mengapa tidak?”
“Ya, Ariana mungkin saja sangat ingin bebas dan membunuh Kendra agar bisa bebas,” kata Bibi Muriel
yakin. “Gelengkan kepalamu sebanyak kau suka, Elphias! Kau ada di pemakaman Ariana, kan?”
”Memang,” kata Doge dengan bibir gemetar. ”Perasaan Albus begitu terluka…”
”Bukan hanya perasaannya yang terluka. Bukankah Aberforth mematahkan hidung Dumbledore saat
itu?”
Doge terlihat begitu ketakutan, seakan Muriel akan menusuknya. Muriel tertawa keras dan meneguk
champagnenya lagi.
”Bagaimana kau tahu?” kata Doge.
”Ibuku adalah teman dari Bathilda Bagshot,” kata Bibi Muriel senang. ”Bathilda menceritakan semuanya
pada ibuku saat aku menguping di pintu. Bertengkar di depan peti mati! Kata Bathilda, Aberforth
berteriak-teriak bahwa semua adalah Albuslah yang harus disalahkan sebagai penyebab kematian
Ariana, lalu dia menonjok wajah Albus. Menurut Bathilda, Albus bahkan tidak menghindar, bukankah itu
aneh. Karena Albus bisa saja mengalahkan Aberforth bahkan dengan kedua tangannya terikat ke
belakang.”
Muriel meneguk lagi champagnenya. Cerita skandal lama ini sepertinya membuat Muriel berbesar hati
dan Doge malah ketakutan. Harry tidak peduli harus percaya pada siapa. Yang ia inginkan hanya satu,
kebenaran. Dan Doge hanya duduk di sana dan berkeras bahwa Ariana sakit parah. Harry tidak percaya
kalau Dumbledore akan diam saja bila ada kekejaman seperti itu terjadi di rumahnya, tapi tetap saja
cerita itu terdengar aneh.
”Dan kuberitahu satu hal lagi,” kata Muriel setelah menurunkan gelasnya. ”Aku rasa Bathilda sudah
menceritakan semua itu pada Rita Skeeter. Semua petunjuk tentang sumber yang dekat dengan
Dumbledore – semua orang tahu kalau dia ada saat pemakaman Ariana.”
”Bathilda tidak akan pernah berbicara pada Rita Skeeter!” bisik Doge.
”Bathilda Bagshot?” kata Harry. ”Penulis
Sejarah Sihir
?”
Nama itu tercetak di halaman depan salah satu buku Harry, walau bukan buku yang paling sering dibaca
Harry.
“Ya,” kata Doge lega, seakan menemukan tempat untuk mengapung saat ia hampir tenggelam. ”Seorang
sejarahwan berbakat dan teman lama Albus.”
”Sedikit sinting sekarang, setahuku,” kata Bibi Muriel ceria.
 ”Kalau memang benar, Skeeter makin tidak terhormat karena telah mengambil keuntungan darinya,”
kata Doge, ”dan tidak ada jaminan atas semua yang dikatakan Bathilda!”
”Oh, selalu ada cara untuk mengingat kenangan itu, dan aku Yakin Rita Skeeter tahu semua itu,” kata
Muriel. ”Bahkan bila Bathilda benar-benar sinting, aku yakin masih ada foto dan surat peninggalannya.
Bathilda mengenal Dumbledore begitu lama… dan begitu Skeeter pergi ke Godric Hollow, semua akan
jelas.”
Harry yang baru saja meminum Butterbeernya, tersedak. Doge menepuk-nepuk pungung Harry, sambil
memandangi bibi Muriel dengan mata marah. Saat Harry sudah baikan, ia bertanya,
“Bathilda Bagshot tinggal di Godric Hollow?”
“Oh, ya, dia sudah tinggal lama di sana! Bahkan saat keluarga Dumbledore pindah ke sana setelah
Percival dipenjara. Dan mereka bertetangga.”
“Keluarga Dumbledore tinggal di Godric Hollow?”
”Ya, Barry, kan baru aku bilang tadi!” kata bibi Muriel.
Harry merasa kosong. Selama enam tahun, Dumbledore tidak pernah memberitahunya kalau mereka
berdua pernah tinggal dan kehilangan orang terkasih mereka di Godric Hollow. Mengapa? Apakah Lily
dan James Potter dimakamkan denkat dengan ibu dan saudari Dumbledore? Apakah Dumbledore
pernah mengunjungi makam mereka? Tapi Dumbledore tidak pernah memberitahu… tidak merasa perlu
bercerita…
Dan mengapa hal ini begitu penting, Harry juga tidak tahu. Tapi Harry menganggap bahwa Dumbledore
telah berbohong dengan tidak pernah mengatakan bahwa mereka berdua pernah tinggal di tempat yang
sama dan mengalami hal yang sama. Harry menerawang tidak memerhatikan sekitarnya sampai Hermione
muncul dari kerumunan dan duduk di sebelahnya.
”Aku sudah tidak kuat berdansa lagi,” kata Hermione lelah. Ia melepaskan salah satu sepatunya dan
menggosok tumitnya. ”Ron sedang mengambil Butterbeer. Tadi aku melihat Viktor pergi dari ayah Luna
setelah marah-marah padanya. Aneh, kan. Sepertinya mereka bertengkar…” Hermione menurunkan
nada suaranya dan menatap Harry, ”Harry, kau baik-baik saja?”
Harry tidak tahu bagaimana ia harus memulai, tapi itu tidak penting. Karena saat itu, sesuatu yang besar
dan keperakan telah turun menembus kanopi, tepat di atas lantai dansa. Anggun dan berkilauan, seekor
lynx mendarat membuat orang-orang terpesona. Semua menoleh dan terdiam melihatnya. Lalu mulut
Patronus itu membuka lebar dan terdengat suara nyaring, dalam, dan lambat, milik Kingsley Shacklebolt.
”Kementrian telah dikuasai. Scrimgeour mati. Mereka datang.”



To be continue.......................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog