Kamis, 20 Oktober 2011

Harry Potter And The Deathly Hallows Bab 36 Part 1

BAB 36 Part 1
KESALAHAN DALAM RENCANA
(The Flaw In The Plan)


Dia terbaring dengan wajah menghadap tanah lagi. Aroma hutan kembali memenuhi hidungnya. Dia
dapat merasakan tanah yang keras di pipinya, dan engsel kacamatanya yang telah bergesar ke arah
pelipisnya. Setiap inchi tubuhnya terasa sakit, dan tempat dimana Kutukan itu mengenainya terasa seperti
dipukul besi. Namun dia tidak bergerak, tetap diam di tempat dia terbaring, dengan tangan kiri yang
tertekuk aneh dan mulut yang terbuka.
 Harry mengira dirinya akan mendengar suara gemuruh kemenangan atas kematiannya, namun dia malah
mendengar suara langkah dan bisik-bisik.
"Tuanku ...
tuanku..."
Suara itu adalah suara Bellatrix, dia mengatakannya seolah-olah dia berbicara kepada
kekasihnya. Harry tak berani membuka matanya namun indra perasanya yang lain tetap berfungsi di saat
yang genting ini. Dia tahu bahwa tongkatnya masih terselip di dalam bajunya karena dia dapat merasakan
ganjalan diantara tanah dan dadanya. Tekanan lunak seperti bantal terasa di daerah perutnya, ini berarti
Jubah Gaibnya masih terselip di sana.
"
Tuanku..."
"Akhirnya...," kata Voldemort.
Terdengar lebih banyak langkah kaki. Beberapa orang bergerak. Ingin melihat apa yang terjadi,
Harry membuka matanya hanya beberapa milimeter. Voldemort terlihat sedang berusaha berdiri diantara
kerumunannya. Bellatrix terlihat bersimpuh disampingnya.
Harry menutup matanya lagi dan memikirkan apa yang baru saja ia lihat. Para Death Eater
berkerumun di sekitar Voldemort yang sepertinya juga terjatuh ke tanah. Sesuatu telah terjadi saat dia
menyerang Harry dengan kutukan mematikan itu. Mungkinkah Voldemort juga ikut merasakan akibat
dari serangannya itu? Sepertinya begitu. Dan keduanya telah terjatuh ke tanah, tak sadarkan diri untuk
beberapa saat dan sekarang telah kembali ...
"Tuanku, biarkan aku --"
"Aku tak butuh bantuan," kata Voldemort dingin, dan meskipun Harry tidak dapat melihatnya, dia
membayangkan Bellatrix menarik kembali tangannya. "Anak itu ... Apakah dia sudah mati?"
Semua terdiam dalam sunyi. Tak ada seorang pun yang mendekati Harry, tapi dia merasa semua
mata tertuju padanya seperti memberi tekanan yang lebih keras padanya, dan dia sangat berhati-hati
untuk tidak menggerakan sedikitpun jari ataupun matanya.
"Kau," kata Voldemort, dan terdengar suara pecah dan sedikit jeritan kesakitan. "Periksa dia. Katakan
padaku apakah dia hidup atau mati."
Harry tidak tahu siapa yang telah diperintahkan untuk memeriksanya. Harry hanya dapat terbaring di
sana, dengan jantungnya berdegup kencang, menunggu untuk diperika, namun disaat bersamaan sedikit
kelegaan dirasakannya karena ternyata Voldemort berhati-hati mendekatinya, bahwa Voldemort
menduga jika semua tidak berjalan sesuai rencananya...
Tangan yang halus menyentuh wajah harry, dan merasakan jantungnya. Dia dapat mendengar wanita itu
bernafas cepat dengan jantung berdegup kencang.
"
Apakah Draco masih hidup? Apakah dia ada di kastil?
"
Bisikan wanita itu hampir tak terdengar, bibirnya hanya beberapa inchi dari luka di kening Harry,
kepalanya membungkuk sangat dalam sehingga rambutnya yang panjang menutupi wajah Harry dari para
penontonnya.
 "Ya," bisik Harry, dia bernafas lagi.
Dia merasakan tangan wanita itu menekan dadanya: kuku wanita itu terasa menusuk. Kemudian
tangan itu ditarik. Wanita itu berdiri.
"Dia sudah Mati!" Narcissa Malfoy berteriak kepada para pengamat.
Dan kemudian mereka bersorak, penuh kemenangan dan sentakan kaki, melalui celah matanya Harry
melihat semburan sinar merah dan perak ke angkasa sebagai tanda perayaan mereka.
Masih berpura-pura mati di tanah, Harry mengerti. Bahwa Narcissa tahu satu-satunya jalan
baginya untuk diijinkan masuk ke Hogwarts dan mencari anaknya adalah bersama-sama sebagai bagian
pasukan penakluk Voldemort. Dia tak lagi peduli apakah Voldemort menang atau tidak.
"Kalian lihat?" jerit Voldemort diantara keributan itu. "Harry Potter mati di tanganku, dan tak ada
seorang pun yang dapat mengancamku sekarang!
Lihat !
Crucio!"
Harry sudah memperkirakan ini, dia tahu bahwa tubuhnya tak akan dibiarkan saja tergolek di hutan ini,
tubuhnya pasti akan dijadikan mainan untuk dipermalukan sebagai bukti kemenangan Voldemort. Dia
terangkat ke udara, dan membutuhkan semua kekuatannya untuk tetap diam tak bergerak, namun rasa
sakit yang ditunggunya tidak terasa. Dia diombang-ambingkan sekali, dua kali, tiga kali di udara.
Kacamatanya terlepas dan dia merasa tongkatnya bergeser sedikit di dalam bajunya, tapi dia tetap diam
seperti tidak ada kehidupannya lagi dan saat dia jatuh ke tanah lagi untuk terakhir kali, terdengar suara
tertawa dan terikan yang membahana.
"Sekarang," kata Voldemort, "kita pergi ke kastil itu, dan menunjukkan pada mereka telah jadi apa
pahlawan mereka. Siapa yang akan membawa mayatnya? Tunggu --"
Terdengar suara terbahak-bahak, dan setelah beberapa saat Harry merasa tanah di tempat itu bergetar.
"Kau yang membawanya," kata Voldemort. "Dia akan terlihat jelas ditanganmu, khan? Ayo, angkat
teman kecilmu itu Hagrid. Dan kacamatanya - pakaikan kacamatanya - dia harus mudah dikenali -"
Seseorang menjejalkan kacamata Harry kembali ke wajahnya dengan kasar, tapi tangan-tangan
besar yang mengangkatnya ke udara sangatlah lembut. Harry dapat merasa lengan Hagrid bergetar
karena sedih; cipratan air mata mengenainya saat Hagrid menaruh Harry di tangannya, Harry
bagaimanapun juga tak berani untuk bergerak atau mengeluarkan kata-kata untuk menenangkan Hagrid,
bahwa semuanya belum berakhir.
"Jalan," kata Voldemort, dan Hagrid berjalan menuju pohon-pohon yang merapat, kembali ke hutan.
Cabang-cabang pohon menerpa rambut dan baju Harry, tapi dia tetap diam tak bergerak,
mulutnya sedikit terbuka, matanya tertutup rapat, dan dalam kegelapan, saat Death Eater bersorak di
sekitarnya, dan saat tangisan Hagrid semakin menjadi-jadi, tak seorang pun yang memperhatikan denyut
nadi di leher Harry Potter ...
Dua raksasa berjalan di belakang para Death Eater; Harry dapat mendengar pohon-pohon patah
saat mereka melewatinya; mereka membuat suara begitu gaduh sehingga burung-burung beterbangan ke
angkasa, dan bahkan sorakan para Death Eater kalah oleh suara raksasa-raksasa itu. Rombongan
 kemenangan itu berjalan menuju tanah terbuka, dan setelah beberapa saat, dari cahaya yang menembus
kelopak matanya, Harry dapat merasakan pohon-pohon mulai jarang.
"BANE!"
Hagrid tiba-tiba berteriak yang hampir saja membuat Harry mebelalakan matanya. "Senang kau
sekarang, ya, tidak ikut bertempur, kalian benar-benar sekumpulan pengecut? Kalian senang Harry
Potter ma-mati...?"
Hagrid tak melanjutkannya, ia hanya bersimpuh dengan air mata mengalir di matanya. Harry
bertanya-tanya berapa banyak centaur yang mengamati rombongan ini lewat; dia tak berani membuka
matanya. Beberapa Death Eater terdengar menghina para centaur saat melewati mereka. Sesaat
kemudian Harry merasakan udara yang segar, ini berarti mereka telah mencapai batas hutan.
"Berhenti."
Harry yakin bahwa Hagrid pasti telah dipaksa untuk mematuhi perintah Voldemort karena dia terasa
bergerak sedikit. Namun sekarang terdiam di tempat, dan Harry mendengar dengus nafas para Dementor
yang bergerak diantara pepohonan. Mereka tidak mempengaruhi Harry lagi sekarang. Kenyataan bahwa
dirinya dapat bertahan dari kematian telah telah membuat suatu perlindungan baginya, seolah-olah rusa
jantan ayahnya tetap menjaganya dari dalam dirinya.
Seseorang melewati Harry, dan dia tahu bahwa itu adalah Voldemort karena sesaat kemudian ia
berkata-kata dalam suara yang telah diperbesar sehingga suaranya menggema di seluruh tempat, sampai
telinga Harry terasa pecah.
"Harry Potter sudah mati. Dia mati saat dia akan melarikan diri, dia mencoba menyelamatkan dirinya
sendiri saat kalian mengorbankan nyawa untuknya. Aku membawa mayatnya sebagai bikti bahwa
pahlawan kalian telah mati.
Perang telah kumenangkan. Kalian telah kehilangan setengah dari pejuang kalian. Para Death
Eaterku melebihi kalian, dan Anak Yang Selamat itu sudah mati. Perang harus diakhiri. Siapapun yang
terus melawan, pria, wanita, ataupun anak-anak, mereka akan dihabisi, begitu juga semua anggota
keluarganya. Keluar dari kastil sekarang, tunduk dihadapanku, dan kalian akan kuampuni. Orangtua dan
anak-anak kalian, kakak dan adik kalian akan tetap hidup dan kumaafkan, dan kalian bergabung
bersamaku membangun dunia baru."
Hanya kesunyian yang terdengar dari kastil sampai hutan. Voldemort sangat dekat dengan Harry,
sehingga ia tak berani membuka matanya barang sedikitpun.
"Ayo," kata Voldemort, dan Harry mendengar ia berjalan, Hagrid mengikutinya dengan terpaksa.
Sekarang Harry membuka sedikit matanya, dan melihat Voldemort berjalan di depan mereka, dengan
ular raksasa Nagini di kalungkan di pundaknya, Nagini sudah tidak dalam sangkar ajaibnya. Tapi Harry
tidak memiliki kesempatan untuk menarik tongkatnya yang diselipkan di balik bajunya tanpa diketahui
oleh Death Eater yang berbaris di sisi-sisi Hagrid, mereka berjalan melalui kegelapan yang mulai
memudar...
"Harry." isak Hagrid. "Oh, Harry ... Harry..."
Harry menutup matanya lagi. Dia tahu bahwa mereka mendekati kastil dan Harry menajamkan
telinganya.
 "Berhenti."
Para Death Eater berhenti; Harry mendengar mereka menyebar membentuk barisan menghadap
gerbang depan sekolahnya. Meskipun dia menutup matanya, Harry dapat melihat kilau kemerahan yang
berasal dari Aula Depan. Dia Menunggu. Sebentar lagi, semua orang yang dia sayangi akan melihatnya
terbaring mati, tergolek di tangan Hagrid.
"TIDAK!"


Jeritan itu terdengar lebih mengejutkan karena Harry tak pernah menduga bahwa Professor
McGonagall dapat berteriak sekencang itu. Harry mendengar suara wanita tertawa di sebelahnya, dan
dia tahu itu pasti suara tawa Bellatrix yang merasa senang dengan kesedihan McGonagall. Harry
mengintip lagi, dan melihat sekilas di pintu yang telah terbuka mulai dipenuhi oleh mereka yang selamat,
untuk menghadapi lawan mereka sekarang dan untuk melihat mayat Harry dengan mata kepala mereka
sendiri. Harry melihat Voldemort berdiri sedikit di depannya sambil mengelus kepala Nagini dengan satu
jarinya. Harry menutup matanya lagi.
"Tidak!"
"Tidak!"
"Harry! HARRY!"
Suara Ron, Hermione, dan Ginny terdengar lebih menyedihkan dari suara McGonagall; Harry
sangat ingin membalas balik teriakan mereka, namun dia tetap terdiam, Teriakan ketiga temannya itu telah
memicu teriakan dan sumpahan dari teman-temannya yang ditujukan kepada Death eater, namun
kemudian -
"DIAM!" teriak Voldemort, dan terdengar suara ledakan dan kilatan cahaya terang, kemudian
ketenangan tercipta dengan paksa. "Semua sudah berakhir! Letakan dia, Hagrid, di bawah kakiku,
tempat yang pantas untuknya!"
Harry merasa dirinya diletakkan di atas rumput.
"Kalian lihat?" kata Voldemort, dan Harry merasa dirinya bergeser-geser ke depan dan ke belakang.
"Harry Potter sudah mati! kalian para pemimpi sudah paham sekarang? Dia bukan apa-apa, dia hanyalah
seorang bocah yang mengandalkan orang lain untuk berkorban bagi dirinya!"
"Dia mengalahkankanmu!” teriak Ron, dan mantra yang membuat orang-orang terdiam telah patah, para
pembela Hogwarts kembali berteriak sampai sebuah ledakan yang lebih keras membungkam mereka
sekali lagi.
"Dia kubunuh saat mencoba kabur diam-diam dari kastil," kata Voldemort, suara senang terdengar dari
kebohongannya itu. "terbunuh saat mencoba menyelamatkan dirinya sendiri -"
Tapi suara Voldemort terpotong: Harry mendengar suara orang bertarung dan sebuah teriakan;
kemudian ledakan, secercah cahaya dan suara kesakitan; dia mengintip lagi. Seseorang telah melepaskan
diri dari kelompoknya dan menyerang Voldemort: Harry melihat orang itu terlempar ke tanah. Tanpa
tongkat, Voldemort telah melucuti senjatanya dan tertawa.
 "Dan siapa anak ini?" suaranya terdengar seperti desis ular. "Siapakah ini yang telah sukarela menjadi
contoh bagi mereka yang masih terus melawan padahal kalian telah kalah?"
Bellatrix tertawa senang.
"Dia Neville Longbottom, tuanku! Bocah yang selalu membuat masalah bagi Carrows! Anak dari Auror
itu, tuanku ingat khan?"
"Ah, ya, aku ingat sekarang," kata Voldemort, sambil melihat ke Neville di bawah, Neville sedang
berusaha bangkit tanpa senjata tanpa perlindungan, berdiri diantara para pejuang dan Death Eater. "Tapi
bukankah kau seorang darah murni?" Voldemort bertanya pada Neville yang berdiri menghadapinya.
"Memangnya kenapa?" kata Neville keras.
"Kau menunjukkan semangat dan keberanian, dan kau merupakan tenaga yang berharga. Kau akan
menjadi seorang Death Eater yang sangat berguna. Kami membutuhkan orang sepertimu, Neville
Longbottom."
"Aku akan bergabung denganmu jika neraka sudah membeku," kata Neville. "Laskar Dumbledor!"
teriaknya, dan teriakan balasan terdengar, Mantra Penenang Voldemort tak dapat menahan mereka lagi.
"Baiklah kalau begitu," kata Voldemort, dan Harry dapat mendengar bahaya yang lebih besar dari suara
itu dibandingkan kutukan yang kuat sekalipun. "Jika itu pilihanmu, Longbottom, kita akan kembali pada
rencana awal. Di kepalamu," katanya tenang.
Masih sambil mengintip, Harry melihat Voldemort menggerakkan tongkatnya. Sesaat kemudian,
dari salah satu jendela kastil keluar sesuatu yang berbentuk seperti burung melayang melawati cahaya dan
mendarat di tangan Voldemort. Dia mengoyang-goyangkan benda itu dan ternyata benda itu Tpi Seleksi
(Sorting Hat).
"Tidak akan ada lagi penyeleksian di Hogwarts," kata Voldemort. "Tidak akan ada lagi asrama-asrama.
Lambang, perisai dan warna leluhurku, Salazar Slytherin yang akan menggantikan semuanya. Bukan
begitu, Neville Longbottom?"
Voldemort mengarahkan tongkatnya pada Neville yang langsung berdiri kaku, kemudian
Voldemort menjejalkan topi itu ke kepala Neville hingga menutupi mata Neville. Terlihat
gerakan-gerakan dari para pejuang, namun para Death Eater telah mengarahkan tongkat mereka
sehingga para pejuang Hogwarts tetap di tempatnya.
"Neville di sini sekarang akan mendemonstrasikan apa yang akan terjadi pada mereka yang masih
dengan bodohnya melawanku," kata Voldemort, dan dengan sebuah sentakan pada tongkatnya, Topi
Seleksi langsung terbakar.

Teriakan memecahkan pagi itu, dan Neville mulai terbakar, dengan tubuh kaku ditempat tak
dapat digerakan, Harry sudah tak dapat menahan diri lagi: Dia harus bertindak -
Tiba-tiba beberapa kejadian terjadi bersama-sama.
Terdengar suara gemuruh yang menyerupai suara ratusan orang berteriak mendekat dari luar
tembok sekolah, Di saat bersamaan, Grawp datang dari samping kastil dan berteriak, "HAGGER!"
Teriakannya disambut dengan teriakan dari dua raksasa pengikut Voldemort. mereka berlari menerjang
 Grawp seperti gajah yang menggetarkan bumi. Kemudian terdengar suara busur ditembak, dan puluhan
anak panah tiba-tiba melesat ke arah para Death Eater, yang langsung berhamburan sambil berteriak
terkejut. Harry menarik Jubah Gaibnya dari balik bajunya, lalu menutupi tubuhnya dan berdiri, di saat
bersamaan Neville dapat bergerak lagi.
Dengan satu gerakan, Neville dapat mematahkan Kutukan Pengikat Tubuh; topi yang terbakar
terjatuh dari kepalanya dan dia menarik sesuatu dari dalam topi itu, sesuatu yang berwarna perak,
dengan pegangan berhiaskan batu rubie berkilauan -
Suara tarikan dari pedang perak tersebut tak terdengar diantara suara hiruk pikuk teriakan
orang-orang ataupun suara raksasa yang berkelahi ataupun suara centaur yang berlarian, namun tetap
saja pedang tersebut menarik perhatian semua mata. Dengan sekali tebas Neville memotong kepala ular
itu, yang kemudian terlempar ke udara, berkilau tertimpa cahaya, dan mulut Voldemort menganga lebar
berteriak dengan penuh amarah, namun tak seorang pun yang dapat mendengarnya, dan tubuh ular itu
tergolek di tanah di dekat kakinya.
Tersembunyi di bawah Jubah Gaibnya, Harry mengeluarkan Mantra Pelindung antara Neville dan
Voldemort kemudian terdengar teriakan Hagrid yang sangat keras melebihi suara lainnya.
"HARRY!" teriak Hagrid. "HARRY - DIMANA HARRY?"
Kekacauan terjadi dimana-mana. Para centaur menyerang Death Eater, hentakan kaki para
Raksasa dapat dirasakan oleh semua orang, dan bantuan lainnya berdatangan; Harry melihat
makhluk-makhluk bersayap lebar menyerang kepala raksasa pengikut Voldemort, mereka adalah
binatang thestral dan Buckbeak seekor Hippogriff yang sedang menyerang mata raksasa-raksasa itu
sementara Grawp meninju dan memukul-mukul mereka dan sekarang para penyihir, baik para pembela
Hogwarts maupun Death Eater terpaksa mundur ke dalam kastil. Harry menembakan kutukan dan
mantra ke arah Death Eater yang dapat dilihatnya, dan mereka roboh tanpa tahu siapa atau apa yang
telah menyerang mereka, dan tubuh mereka terdorong oleh kerumunan yang bergerak. Masih
tersembunyi di bawah Jubah Gaibnya, Harry masuk ke Aula depan: dia mencari Voldemort dan ia
melihatnya di seberang ruangan, sedang menembakkan kutukan dari tongkatnya sambil mundur ke Aula
Besar, Voldemort masih berteriak memberikan instruksi kepada pengikutnya; Harry mngeluarkan lebih
banyak Mantra Pelindung, dan orang yang hampr menjadi korban Voldemort yaitu Seamus Finnigan dan
Hannah Abbot, berlari melewatinya menuju Aula Besar dimana mereka bergabung dalam pertempuran
yang telah terjadi di dalam.
Dan sekarang bahkan lebih banyak orang berdatangan, Harry melihat Charlie Weasley
mendahului Horace Slughorn, yang masih memakai piyamanya berwarna hijau emerald. Mereka
memimpin orang-orang yang sepertinya adalah saudara ataupun teman dari para murid Hogwarts yang
tinggal untuk bertempur bersama para penduduk Hogsmeade. Centaur Bane, Ronan, dan Magorian
menyeruak ke aula depan yang diiring suara busur menembakkan panahnya, dan pintu di belakang Harry
yang menuju dapur tiba-tiba terbuka lebar.
Para peri rumah berlarian menuju aula depan. mereka berteriak sambil mengayunkan pisau, dan
peri rumah yang memimpin mereka memakai liontin Regulus Black yang dikalungkan didadanya,
Kreacher. Ia berteriak dengan suara melengkingnya: "Serang! Serang! Bertempur demi Tuanku, pembela
para peri rumah! Lawan Pangeran Kegelapan, demi si pemberani Regulus! Serang!"
Dengan muka marah mereka menyerang dan menusuk mata kaki para Death Eater, dan
dimana-mana Harry melihat Death Eater semakin kalah dalam jumlah, diserang oleh mantra, mencabut
anak panah dari lukanya, kakinya tertusuk oleh peri rumah, atau bahkan ada yang berusaha melarikan
 diri namun tertelan oleh rombongan yang terus berdatangan.
Tapi semua ini belum berakhir: Harry berlari diantara mereka yang sedang bertempur, melewati
mereka dan menuju Aula Besar.
Voldemort sedang berada di tengah-tengah pertempuran, dan dia menyerang ke segala arah.
Harry tak dapat memperoleh kesempatan yang bagus untuk menyerang, namun tetap berusaha mendekat
sambil tetap memakai Jubah Gaibnya, dan Aula Besar semakin penuh dengan orang yang berdatangan.
Harry melihat Yaxley terlempar ke lantai setelah diserang George dan Lee Jordan, Dolohov
terjatuh sambil berteriak setelah diserang Flitwick, Walden Macnair terlempar jauh oleh Hagrid kemudian
menubruk dinding tembok dan pingsan di lantai. Harry melihat Ron dan Neville menjatuhkan Fenrir
Greyback. Abeforth melumpuhkan Rookwood, Arthur dan Percy menyerang Thickenesse, dan Lucius
serta Narcissa Malfoy berlari melewati kerumunan, mereka bahkan tak berusaha untuk bertempur,
mereka hanya berteriak memanggil anak laki-laki mereka satu-satunya.
Voldemort sekarang sedang melawan McGonagall, Slughorn, dan Kingsley secara
bersama-sama, wajah Voldemort memancarkan kebencian yang dingin, namun para penyerangnya tetap
tak dapat melumpuhkannya -
Bellatrix sedang bertempur juga, lima puluh yard dari Voldemort, dan seperti tuannya, Bellatrix
melawan 3 orang sekaligus: Hermione, Ginny dan Luna, yang menyerang Bellatrix dengan sekuat tenaga,
namun Bellatrix sama kuatnya dengan mereka bertiga, dan perhatian Harry teralihkaan dari Voldemort
saat Giiny hampir saja terkena serangan mematikan dan berhasil lolos hanya beberapa inchi-
Harry mengubah haluannya, ia berlari ke arah Bellatrix bukan ke arah Voldemort, tapi sebelum
dia dapat mendekat dia terdorong ke samping.


"JANGAN GANGGU ANAKKU, DASAR WANITA JALANG!"
Mrs. Weasley melempar jubahnya agar tangannya lebih bebas dan berlari mendekat, Bellatrix
berputar melihatnya, dan tertawa menyambut penantang barunya.
"AWAS MENYINGKIRLAH!" teriak Mrs. Weasley kepada ketiga gadis itu, dan dengan sedikit
gerakan pada tongkatnya dia telah siap bertempur. Harry melihat ngeri bercampur senang saat tongkat
Molly Weasley menyerang, dan Bellatrix yang tadinya tersenyum berubah menjadi marah. Kilatan cahaya
tersembur dari masing-masing tongkat mereka, lantai disekitar mereka menjadi retak; kedua perempuan
itu bertempur sampai titik darah penghabisan.
"Jangan!" teriak Mrs. Weasley saat beberapa murid berusaha membantunya. "Mundurlah kalian!
Mundur! Dia bagianku!"
Ratusan orang sekarang mundur ke tembok, mereka menyaksikan dua pertempuran, Voldemort
melawan tiga lawannya, Bellatrix melawan Molly, dan Harry hanya bisa berdiri, tak terlihat, ingin
menyerang namun takut kalau salah sasaran dan mengenai orang tak bersalah.
"Apa yang akan terjadi pada anak-anakmu jika kau mati?" ejek Bellatrix dengan suara marah seperti
tuannya sambil menghindari serangan Molly, "Mati seperti Freddie?"
"Kalian-tidak-akan-pernah-menyentuh-anak-kami-lagi!" teriak Mrs. Weasley.
 Bellatrix tertawa senang sama seperti sepupunya Sirius saat ia terdorong ke tirai itu, dan tiba-tiba
Harry tahu apa yang akan terjadi.
Serangan Molly melewati tangan Bellatrix mengenai dadanya tepat di jantungnya.
Senyum Bellatrix menjadi beku, matanya sepertinya membelalak: untuk sesaat ia baru sadar apa
yang terjadi, dan kemudian ia terjatuh, dan para penonton bersorak dibarengi oleh teriakan Voldemort.

To be continue..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog