Rabu, 24 Agustus 2011

One Liter of Tears (Ichi Rittoru no Namida)

           
One Liter of Tears (Ichi Rittoru no Namida) merupakan film drama dari Jepang yang diangkat dari catatan harian seorang gadis yang bernama Kitou Aya yang berjuang menghadapi penyakit yang bernama spinocerebellar ataxia (spinocerebellar degeneration disease). Buku harian ini juga bernama “One Litre of Tears” dan memuat kisah Kitou Aya yang ditulisnya sendiri dari umur 14 tahun hingga akhirnya ia mengalami kelumpuhan dan tak dapat melanjutkan lagi penulisan buku hariannya. Pada tanggal 23 May 1988 dalam umur 25 tahun, ia tidur untuk selamanya.


Wah kisahnya sangat menyentuh perasaan. Tentang perjuangan hidup seorang wanita yang menderita penyakit yang belum ada obatnya. Kehidupannya berubah total setelah ia didiagnosa memiliki penyakit langka yang bernama spinocerebellar degeneration yang ga dapat disembuhkan. Penyakit ini sedikit demi sedikit membuatnya ga bisa bergerak, ga bisa berbicara, bahkan ga bisa menelan makanan. Mulai dari saat ini lah ia mulai menulis buku harian mengenai kehidupannya selama mengidap penyakit ini. Dengan semangat yang diberikan oleh keluarganya, khususnya ibunya, serta dokter yang merawatnya (Mizuno Hiroshi) dan seorang temannya yang bernama Asou Haruto, ia terus berusaha bertahan hidup dan berjuang melawan penyakitnya hingga ia meninggal dalam umur 25 tahun.


Mungkin agak ketinggalan kalau saya baru aja membahas ini, padahal film ini dah rame dibahas orang beberapa tahun yang lalu. Tapi kali ini saya ga akan terlalu membahas bagaimana perjuangan wanita ini. Yang saya cermati dari film ini yaitu dukungan dan motivasi besar yang diberikan oleh keluarganya. Sebuah keluarga kecil tapi disana terdapat kekuatan yang bisa membuat wanita ini menjadi sangat spesial. Bagaimana seorang ibu yang terus memberikan kasih sayang dan semangat kepada Aya untuk terus berjuang hidup dan penuh semangat untuk menjalani hidup. Ibunya pernah berkata “ga papa kamu menjadi lambat, ga papa kamu sering membuat kesalahan, yang penting adalah selalu lakukan yang terbaik yang kamu bisa”.

Disini terlihat bagaimana kata-kata seorang ibu bisa terus memotivasi dia. Apalagi pada salah satu episode waktu itu ketika adiknya Aya yang bernama Hiro di ejek oleh temen main bolanya yang mengata-ngatai kakanya yang jalannya kaya robot dan mana mungkin bisa mengajar bola pada Hiro, padahal Hiro bilang bahwa kakanya yang telah melatihnya. Hiro hanya diam dan dia merasa malu atas kondisi kakanya (Aya) yang bisa dibilang cacat. Tapi pada waktu itu ada Ako Ikeuchi kakanya Hiro yang lebih muda, kemudian dia yang menyadarkan Hiro bagaimana kakanya itu terus berjuang hidup, kakanya adalah orang yang sangat luar biasa dan harus bangga mempunyai kaka seperti itu. Hingga akhirnya Hiro sadar dan tidak malu lagi punya kaka seperti itu. Pokoknya kehidupan dalam keluarga ini sangat menyentuh deh. Cerita pada drama ini, sesuai dengan judulnya, cukup sedih dan mengharukan terlebih ketika membaca tulisan-tulisan Aya, recommend sekali bagi orang-orang yang menyukai kisah-kisah sedih dan mengharukan. Melihat drama ini membawa kita mengenang saat-saat indah dan bahagia bersama orang-orang terdekat seperti keluarga, saudara, sahabat, dan teman-teman kita. Hargailah hidupmu dan lakukan yang terbaik yang kamu bisa…

Aya Kitou's Diary (One Liter of Tears)


Berikut kata-kata yang saya ambil dari filmya one liter of tears yang juga merupakan isi dari buku harian Kitou Aya:


“Mom in my heart, I know I can always trust my mom. From this point forward, I leave it to you. I’m sorry for always making you worry.”

“My mom’s teaching: It’s okay to be slow, it’s ok to make mistakes, the important thing is to try your best. I wanted to say, I’m always serious! My behavior may be…. but when it comes to my inside… I felt a little sting.”

“Step by Step, When my existence seems to disappear, I will look for the place where I can do the best I can. From now on, I’ll deliberate slowly. I won’t be impatient. I won’t be greedy. I won’t give up. Because everyone takes things step by step”

“This disease, why did it choose me? Fate. It can’t be put into words.”

“I want to make a time machine and go back in time. If it wasn’t for this disease, not only I could I enjoy falling in love but I also wouldn’t have to rely on anyone and live by myself.”

“Reality is too cruel, too brutal. I don’t even have the right to dream. As I think about the future, the tears will come out again.”

“If you look up at the sky after falling down the blue sky is also today stretching limitlessly and smiles at me… I’m alive.”

“There are still four days until school ends. Seems like that because of me, everyone is folding a thousand paper cranes. The looks they had when they were folding so diligently, I’m going to keep them deep in my memory. Even when we’ve been separated, I will never forget them. But… I’d rather hear them say Aya-chan, don’t go.”

“While other people struggling for their future, I’m struggling to live.”
“Not something special. Just a memory of a girl who was chosen by a special illness.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog