Sabtu, 08 Oktober 2011

Harry Potter and The Deathly Hallows Bab 21

BAB 21
DONGENG TIGA BERSAUDARA
 (The Tale of the Three Brothers)

Harry berbalik untuk menatap Ron dan Hermione. Tak ada satu pun dari mereka yang terlihat mengerti
mengenai apa yang Xenophilius katakan.
“Deathly Hallows?”
“Benar,” kata Xenophilius. “Kalian belum pernah mendengarnya? Aku tak terkejut. Sangat, sangat
sedikit penyihir yang percaya. Lihat bocah laki-laki tolol yang ada di pesta pernikahan saudaramu,” ia
mengangguk ke arah Ron, “yang menyerangku karena aku menggunakan lambang dari Penyihir Hitam
yang terkenal! Sangat bodoh. Tidak ada yang Gelap mengenai Hallows itu – setidaknya secara kasarnya.
Seseorang menggunakan lambang itu untuk menguak dirinya kepada orang lain yang percaya, dengan
harapan mereka akan saling menolong dalam Pencarian itu.”
Ia mengaduk beberapa bungkah gula ke dalam cairan Gurdyroot-nya dan meminumnya sedikit.
“Maaf,” kata Harry. “Saya masih belum mengerti.”
Agar terlihat sopan, Harry minum sedikit dari cangkirnya, dan hampir tersedak: Gurdyroot itu sedikit
menjijikkan, seperti seseorang yang mencairkan Kacang Segala Rasa rasa ingus.
“Baiklah, kau lihat, orang-orang yang percaya mencari Deathly Hallows itu,” kata Xenophilius.
“Tetapi,
apa saja
Deathly Hallows itu?” tanya Hermione.
Xenophilius menyisihkan cangkirnya yang kosong.
“Kurasa kalian kenal dengan ‘Dongeng Tiga Bersaudara’?”
Harry menjawab, “Tidak,” tetapi Ron dan Hermione menjawab, “Ya.” Xenophilius mengangguk dengan
payah.
“Yah, baiklah, Mr. Potter, semuanya berawal dari ‘Dongeng Tiga Bersaudara’… Aku punya salinannya
di suatu tempat…”
Xenophilius memandang samar-samar berkeliling ruangan, ke tumpukan-tumpukan perkamen dan
buku-buku, tetapi Hermione berkata, “Aku punya salinannya, Mr. Lovegood, aku punya disini.”
Dan Hermione menarik
Kisah Beedle Sang Seniman
keluar dari tas manik kecilnya.
“Yang asli?” tanya Xenophilius dengan tajam, dan ketika Hermione mengangguk, ia berkata, “Baiklah,
kenapa kau tidak membacakannya saja? Cara terbaik untuk membuat kita semua mengerti.”
“Er… Baiklah,” kata Hermione gugup. Ia membuka buku itu, dan Harry melihat lambang yang sedang
mereka selidiki di halaman depan ketika Hermione berdeham sedikit, dan mulai membaca.”
Alkisah, tersebutlah tiga bersaudara yang berjalan jauh, melalui jalan yang sepi dan berkelok
 ketika matahari terbenam
–”
“Tengah malam, ibuku selalu mengatakannya,” kata Ron, yang sedang berbaring santai, lengannya
berada di belakang kepalanya, untuk mendengarkan. Hermione memandangnya kesal.
“Maaf, aku hanya merasa itu akan menjadi sedikit lebih menyeramkan bila terjadi di tengah malam!”
kata Ron.
“Yeah, karena kita benar-benar membutuhkan sedikit ketakutan di kehidupan kita,” kata Harry sebelum
ia dapat menghentikan dirinya. Xenophilius tidak terlihat memperhatikan, tetapi memandang keluar
jendela pada langit. “Lanjutkan, Hermione.”

Dalam perjalanannya, tiga bersaudara itu sampai ke sebuah sungai yang terlalu dalam untuk
diseberangi dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi, mereka mempelajari ilmu sihir, dan
mereka dengan mudah melambaikan tongkat mereka dan membuat jembatan muncul diatas
sungai itu. Mereka sudah setengah jalan ketika mereka mendapati jalan mereka dihalangi oleh
seorang yang berkerudung
Dan Kematian berbicara kepada mereka
‘”
“Maaf,” Harry menginterupsi, “tetapi Kematian berbicara kepada mereka?”
“Ini hanya dongeng, Harry!”
“Benar, maaf. Lanjutkan.”
Dan Kematian berbicara kepada mereka. Ia marah karena ia sudah dikerjai habis-habisan oleh
tiga korban baru ini, karena para pengelana biasanya tenggelam ke dalam sungai. Tetapi
Kematian sungguh licik. Ia berpura-pura memberi selamat pada tiga bersaudara itu atas sihir
mereka, dan mengatakan bahwa masing-masing dari mereka mendapatkan hadiah karena telah
cukup cerdas untuk menghindarinya.
Maka saudara yang tertua, yang suka berkelahi, meminta tongkat yang lebih kuat dibandingkan
tongkat lain yang ada: tongkat yang harus selalu memenangkan pertarungan bagi pemiliknya,
tongkat yang pantas untuk penyihir yang mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang
ke sebuah pohon elder di tepi sungai, membuat sebuah tongkat dari cabang pohon itu, dan
memberikannya kepada saudara yang tertua.
Lalu saudara yang kedua, yang merupakan anak yang congkak, memutuskan bahwa ia ingin
untuk menghina Kematian lebih jauh, dan meminta kekuatan untuk menghidupkan orang-orang
lain dari Kematian. Maka Kematian mengambil sebuah batu dari pinggir sungai dan
memberikannya kepada anak yang kedua, dan memberitahukan padanya bahwa batu itu
memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang mati.
Kemudian Kematian bertanya pada saudara yang ketiga dan termuda, apa yang ia inginkan.
 Anak yang termuda itu adalah yang paling sederhana dan juga paling bijak dari tiga bersaudara
itu, dan ia tidak mempercayai Kematian. Maka ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya
pergi dari tempat itu tanpa diikuti oleh Kematian. Dan Kematian, dengan sangat segan, langsung
menyerahkan Jubah Gaib miliknya
.”
“Kematian memiliki Jubah Gaib?” Harry menginterupsi lagi.
“Supaya ia dapat membuntuti orang-orang,” kata Ron. “Terkadang ia merasa bosan mengejar mereka,
mengelepakkan lengannya dan berteriak… maaf, Hermione.”
Lalu Kematian menyingkir dan mengijinkan tiga bersaudara itu untuk melanjutkan perjalanan
mereka, dan mereka pun membicarakan perjalanan yang telah mereka alami dan mengagumi
hadiah dari Kematian.
Setelah itu, tiga bersaudara itu pun berpisah untuk tujuan mereka masing-masing.
Anak yang pertama bepergian selama seminggu lagi, dan sampai ke sebuah desa yang jauh,
mencari seorang penyihir lain yang telah berseteru lama dengannya. Tentu saja, dengan Tongkat
Elder sebagai senjatanya, ia tidak akan gagal untuk menang dalam pertarungan yang berikut.
Meninggalkan musuhnya mati tergeletak di lantai, anak tertua itu masuk ke sebuah penginapan,
dimana ia membual tentang tongkat kuat yang ia dapatkan dari Kematian, dan bagaimana
tongkat itu membuatnya tak terkalahkan.
Malam itu juga, penyihir lain mendekati anak tertua itu saat ia tertidur, mabuk berat karena
anggur, di tempat tidurnya. Pencuri itu mengambil tongkat Elder dan sebagai tambahan,
menggorok tenggorokan anak tertua.
Dan Kematian mengambil anak pertama itu sebagai miliknya.
Sementara itu, anak kedua melakukan perjalanan ke rumahnya sendiri, di mana ia tinggal
sendirian. Di sana ia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang
mati, dan memutarnya tiga kali di atas telapak tangannya. Ia sangat terkagum-kagum dan
senang, ketika bayangan seorang gadis yang pernah ia harapkan untuk dinikahi, sebelum
kematian gadis itu yang terlalu cepat, muncul seketika di hadapannya.
Tetapi gadis itu sedih dan dingin, terpisah darinya oleh sebuah tirai. Meskipun ia telah kembali
ke dunia fana, ia sebenarnya tidak benar-benar ada di sana dan tersiksa. Akhirnya anak kedua
itu, menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia, lalu bunuh diri supaya ia dapat benar-benar
menyusul gadis itu.
Dan Kematian mengambil anak kedua itu sebagai miliknya.
Tetapi meskipun Kematian telah mencari anak ketiga selama bertahun-tahun, ia tidak pernah
dapat menemukan anak itu. Hanya ketika ia sudah tua, anak termuda itu akhirnya melepaskan
Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki-lakinya. Dan ia menyambut Kematian
sebagai seorang teman lama, dan pergi bersama Kematian dengan gembira, dan meninggalkan
kehidupan ini.
Hermione menutup buku itu. Ada jeda sesaat sebelum Xenophilius akhirnya sadar Hermione telah selesai
membaca; lalu ia melepaskan pandangannya dari jendela dan berkata, “Yah, begitulah ceritanya.”
 “Maaf?” kata Hermione, terdengar bingung.
“Mereka adalah Deathly Hallows,” kata Xenophilius.
Ia mengambil sebuah pena bulu dari sebuah meja di sikunya, dan menarik sebuah sobekan perkamen
dari antara beberapa buku.
“Tongkat Elder,” katanya, dan menggambar garis vertikal di atas perkamen. “Batu Kebangkitan
(Resurection Stone),” lanjutnya, dan menambahkan sebuah lingkaran di atas garis tersebut. “Jubah Gaib,”
ia menyelesaikan, menutup garis dan lingkaran itu dalam sebuah segitiga, untuk membuat simbol yang
sungguh membangkitkan rasa ingin tahu Hermione. “Bersama-sama,” katanya, “Deathly Hallows.”

“Tetapi tidak ada kata-kata ‘Deathly Hallows’ dalam cerita,” kata Hermione.
“Yah, tentu saja tidak,” kata Xenophilius, dengan gembira sekali. “Itu adalah dongeng anak-anak,
diceritakan lebih untuk menghibur daripada untuk mengajar. Orang-orang yang mengerti tentang hal ini,
bagaimanapun, menyadari bahwa cerita kuno ini berkenaan dengan tiga buah benda, atau Hallows, yang
mana, bila bersatu, akan menjadikan sang pemilik Penguasa Kematian.”
Ada sedikit kesunyian ketika Xenophilius memandang keluar jendela. Matahari sudah hampir terbenam
di langit.
“Luna seharusnya mendapatkan cukup Plimpies secepatnya,” ia berkata diam-diam.
“Ketika kau mengatakan’Penguasa Kematian’-” kata Ron.
“Penguasa,” kata Xenophilius, melambaikan tangannya di udara, “Penakluk. Apapun yang kau suka.”
“Tetapi… Apakah Anda bermaksud…” kata Hermione perlahan, dan Harry dapat merasakan bahwa
Hermione mencoba untuk menjaga  agar pertanyaannya tidak bernada skeptis, “bahwa Anda percaya
bahwa benda-benda ini – Hallows ini – benar-benar ada?”
Xenophilius menaikkan alisnya lagi.
“Yah, tentu saja.”
“Tetapi,” kata Hermione, dan Harry dapat mendengar ia mulai membantah, “Mr. Lovegood, bagaimana
mungkin Anda bisa percaya - ?”
“Luna sudah menceritakan padaku semua tentangmu, nona muda,” kata Xenophilius. “Kau adalah,
kurasa, bukannya tidak pintar, tetapi sangat terbatas. Sempit. Berpikiran tertutup.”
“Mungkin kau harus mencoba topi itu, Hermione,” kata Ron, mengangguk ke arah sebuah patung
pendek yang menggelikan. Suaranya tertekan karena menahan tawa.
“Mr. Lovegood,” Hermione memulai lagi, “Kita semua tahu bahwa ada benda-benda seperti Jubah
Gaib. Mereka langka, tetapi mereka ada. Tetapi - ”
“Ah, tetapi Hallow Ketiga adalah Jubah Gaib yang
sebenarnya
, Miss Granger! Maksudku, itu bukan
jubah yang diberi Mantera Ilusi, atau membawa sebuah Kutukan Pembuat-Bingung, atau dirajut dari
 rambut Demiguise, di mana akan menyembunyikan seseorang tetapi akan kehilangan kemampuannya
seiring dengan berjalannya waktu. Kita membicarakan tentang sebuah jubah yang benar-benar membuat
pemakainya tak terlihat, dan bertahan selamanya, yang menyembunyikan secara konstan dan tak
tertembus, tak masalah apapun mantera yang dilemparkan padanya. Berapa banyak jubah semacam
itu
yang pernah kau lihat, Miss Granger?”
Hermione membuka mulutnya untuk menjawab, lalu menutupnya lagi, terlihat lebih bingung dari biasanya.
Hermione, Harry, dan Ron menatap satu sama lain, dan Harry tahu bahwa mereka semua memikirkan hal
yang sama. Itu karena jubah yang seperti dideskripsikan Xenophilius ada di ruangan itu bersama mereka
saat itu juga.
“Tepat sekali,” kata Xenophilius, seakan-akan ia sudah mengalahkan mereka dengan argumen yang
beralasan. “Tak ada satupun dari kalian yang pernah melihat benda seperti itu. Pemiliknya mungkin
sangat kaya, bukan?”
Ia memandang keluar jendela lagi. Sekarang langit mulai berwarna kemerahan.
“Baiklah,” kata Hermione, bingung. “Anggaplah Jubah itu ada… Bagaimana tentang batu itu, Mr.
Lovegood? Benda yang Anda anggap Batu Kebangkitan?”
“Apa tentang itu?”
“Baiklah, bagaimana hal itu benar-benar ada?”
“Buktikan bahwa itu tak ada,” kata Xenophilius.
Hermione kelihatan kecewa.
“Tetapi itu – maaf, tetapi itu benar-benar konyol! Bagaimana
mungkin
aku dapat membuktikan bahwa
benda itu tidak ada? Apakah Anda mengira aku dapat mengambil semua – semua kerikil di dunia ini dan
mengeceknya satu per satu? Maksudku, Anda dapat menganggap bahwa
semuanya
ada bila landasan
Anda mempercayainya adalah bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
membuktikan
bahwa itu tidak
ada!”
“Ya, kau bisa,” kata Xenophilius. “Aku senang melihat bahwa kau sudah membuka pikiranmu sedikit.”
“Jadi Tongkat Elder itu,” kata Harry cepat, sebelum Hermione dapat menjawab Xenophilius lagi, “Anda
berpikir itu juga ada?”
“Oh, baiklah, dalam masalah ini ada banyak sekali bukti,” kata Xenophilius. “Tongkat Elder adalah
Hallow yang paling mudah dilacak, karena benda itu sering berpindah dari tangan ke tangan.”
“Yaitu?” tanya Harry.
“Karena pemilik tongkat itu harus merebutnya dari pemiliknya yang sebelumnya, jika ia benar-benar
ingin menjadi pemiliknya,” kata Xenophilius. “Aku yakin kalian sudah mendengar bagaimana tongkat itu
datang kepada Egbert si Hebat, setelah ia membunuh Emeric si Jahat? Bagaimana Godelot meninggal di
ruang bawah tanahnya sendiri, setelah anak laki-lakinya, Hereward, mengambil tongkat darinya?
Bagaimana Loxias yang mengerikan, yang mengambil tongkat itu dari Baraabas Deverill, yang
dibunuhnya? Perjalanan berdarah Tongkat Elder sudah terekam jelas dalam sejarah Persihiran.”
 Harry memandang Hermione. Hermione sedang memberengut pada Xenophilius, tetapi ia tidak
membantahnya.
“Lalu, kau pikir dimana Tongkat Elder tersebut berada sekarang?” tanya Ron.
“Aduh, siapa yang tahu?” kata Xenophilius, seraya memandang keluar jendela. “Siapa yang tahu dimana
Tongkat Elder tersembunyi? Jejaknya menghilang bersama Arcus dan Livius. Siapa yang dapat
mengatakan yang mana dari mereka yang benar-benar mengalahkan Loxias, dan yang mana yang
mengambil tongkat itu? Dan siapa yang dapat mengatakan siapa yang mungkin mengalahkan mereka?
Sejarah, sayangnya, tidak menceritakannya pada kita.”
Ada sedikit jeda. Akhirnya Hermione bertanya dengan kaku, “Mr. Lovegood, apakah keluarga Peverell
mempunyai hubungan dengan Deathly Hallows?”
Xenophilius nampak terperanjat ketika sesuatu terlintas di benak Harry, tetapi ia tidak dapat
mengingatnya. Peverell… ia pernah mendengar nama itu sebelumnya…
“Tetapi kau telah menyesatkanku, nona!” kata Xenophilius, sekarang duduk lebih tegak di kursinya dan
melotot pada Hermione. “Kupikir kalian baru dalam Pencarian Hallows! Banyak dari kami, Para
Pencari, percaya bahwa keluarga Peverell mempunyai segala –
segala!
– kaitan dengan Hallows itu!”
“Siapakah keluarga Peverell itu?” tanya Ron.
“Itu adalah nama pada makam dengan tanda di atasnya, di Godric’s Hollow,” kata Hermione, masih
memandang Xenophilius. “Ignotus Peverell.”
“Tepat!” kata Xenophilius, jari telunjuknya terangkat. “Tanda Deathly Hallows diatas makam Ignotus
adalah bukti konklusif!”
“Dari apa?” tanya Ron.
“Oh, bahwa tiga bersaudara dalam cerita itu sebenarnya adalah tiga bersaudara Peverell, Antioch,
Cadmus, dan Ignotus! Bahwa mereka adalah pemilik Hallows yang asli!”
Setelah ia menatap ke jendela sekali lagi, ia bangkit berdiri, mengambil nampan, dan menuju ke tangga
spiral.
“Kalian akan tinggal untuk makan malam?” ia bertanya, seraya menghilang ke bawah lagi. “Semua orang
selalu meminta resep sup Plimpy Air Tawar kami.”
“Mungkin untuk ditunjukkan kepada Departemen Penanganan Keracunan di St. Mungo,” kata Ron.
Harry menunggu sampai mereka dapat mendengar Xenophilius bergerak di dapur bawah sebelum
berbicara.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Harry ke Hermione.
“Oh, Harry,” kata Hermione lelah, “ini hanya sampah. Ini tidak mungkin merupakan arti tanda itu yang
sebenarnya. Ini pasti hanya sebuah penafsiran yang aneh darinya terhadap masalah itu. Benar-benar
membuang-buang waktu.”
 “Kurasa ini
adalah
orang yang membawakan kita Snorkack Tanduk-Kisut,” kata Ron.
“Kau juga tidak mempercayainya?” tanya Harry pada Ron.
“Tidak, dongeng itu hanya salah satu cara kau menceritakan anak-anak pelajaran, kan? ‘Jangan mencari
masalah, jangan berkelahi, jangan mengganggu apapun yang lebih baik ditinggalkan! Rendah hatilah,
pikirkan urusanmu sendiri, dan kau akan baik-baik saja. Kalau dipikirkan,” Ron menambahkan,
“mungkin dongeng itu yang menyebabkan takhyul bahwa pemilik Tongkat Elder akan tidak beruntung.”
“Apa yang sedang kalian bicarakan?”
“Salah satu dari takhyul-takhyul itu, kan? ‘Penyihir yang lahir pada bulan Mei akan menikahi Muggle.’
‘Kutukan yang dilakukan di senja hari, akan menghilang pada tengah malam.’ ‘Tongkat dari kayu apel,
tidak akan makmur.’ Kalian seharusnya sudah pernah mendengarnya. Ibuku mengetahui banyak takhyul
seperti itu.”
“Harry dan aku dibesarkan oleh Muggle,” Hermione mengingatkan Ron. “Kami diajarkan takhyul yang
berbeda.” Hermione menarik nafas dalam-dalam ketika bau yang cukup tajam tercium dari arah dapur.
Hal yang bagus dari perdebatannya dengan Xenophilius adalah itu membuat Hermione lupa bahwa ia
terganggu oleh Ron. “Kurasa kau benar,” katanya pada Ron. “Itu hanya dongeng kesusilaan, sangat jelas
hadiah mana yang paling baik, yang mana yang akan kau pilih - ”
Mereka bertiga berbicara disaat yang sama: Hermione berkata, “Jubah,” Ron berkata, “tongkat,” dan
Harry berkata, “batu.”
Mereka memandang satu sama lain, setengah terkejut, setengah geli.
“Kau
mengatakan
Jubah,” kata Ron ke Hermione, “tetapi kau tidak akan membutuhkannya bila kau
memiliki tongkatnya. Sebuah
tongkat yang tidak dapat terkalahkan
, Hermione, ayolah!”
“Kita sudah memiliki sebuah Jubah Gaib,” kata Harry, “Dan Jubah itu sangat membantu kita, kalau kau
tak menyadarinya!” kata Hermione. “Di lain pihak, tongkat itu hanya akan mendatangkan masalah--”
“Hanya jika kau berteriak pada semua orang tentang hal itu,” bantah Ron. “Hanya jika kau cukup bodoh
untuk menari sambil melambaikan tongkat itu di atas kepalamu, dan bernyanyi, ‘Aku memiliki sebuah
tongkat yang tak terkalahkan, datanglah dan coba dapatkan jika kau berpikir kau cukup kuat.’ Selama
kau dapat menutup mulutmu--”
“- Ya, tetapi apakah kau bisa tetap menutup mulutmu?” kata Hermione. “Kau tahu bahwa satu-satunya
hal yang benar yang ia katakan pada kita hanyalah bahwa ada cerita mengenai tongkat yang sangat kuat
selama beratus-ratus tahun.”
“Adakah?” tanya Harry.
Hermione terlihat sebal: Ekspresinya sudah begitu familiar dan Ron dan Harry tersenyum satu sama lain.
“Tongkat Kematian, Tongkat Takdir, mereka muncul dengan nama yang berbeda-beda selama
berabad-abad, biasanya tergantung penyihir hitam yang memilikinya. Profesor Binns menyebutkan
beberapa di antara mereka, tapi – oh, itu semua omong kosong. Tongkat hanya sama kuatnya dengan
penyihir yang menggunakannya. Beberapa penyihir hanya suka menganggap bahwa tongkatnya lebih
besar dan lebih baik dari milik orang lain.”
 “Tetapi bagaimana kau tahu,” kata Harry, “bahwa tongkat-tongkat itu – Tongkat Kematian, Tongkat
Takdir – adalah tongkat yang sama, selama berabad-abad sesekali muncul dengan nama yang berbeda?”
“Bagaimana jika mereka semua adalah benar-benar Tongkat Elder, yang dibuat oleh Kematian?”
Harry tertawa: Ide aneh yang ada dalam pikirannya selama ini, konyol. Tongkatnya, ia mengingatkan
dirinya sendiri, terbuat dari kayu holly, bukan elder, dan tongkat itu dibuat oleh Ollivander, apapun yang
dilakukannya pada malam Voldemort mengejarnya di langit dan bila tongkat itu tidak dapat terkalahkan,
bagaimana bisa tongkat itu hancur?
“Jadi, kenapa kau memilih batu?” tanya Ron padanya.
“Yah, jika kau bisa membawa orang-orang kembali, kita dapat bertemu
Sirius...Mad-Eye...Dumbledore...orang tuaku...”
Tak ada satupun dari Ron dan Hermione yang tersenyum.
“Tetapi, menurut Beedle Sang Seniman, mereka tidak ingin kembali, kan?” kata Harry, memikirkan
dongeng yang baru saja mereka dengar. “Tidak ada cerita lain tentang batu yang dapat membangkitkan
seseorang dari kematian, kan?” ia bertanya pada Hermione.
“Tidak,” Hermione membalas dengan sedih. “Aku tidak berpikir semua orang kecuali Mr. Lovegood
dapat menganggap bahwa itu ada. Beedle mungkin mengambil ide dari Batu Bertuah; kalian tahu, sebagai
pengganti batu yang membuatmu abadi, sebuah batu untuk membalikkan kematian.”
Bau dari dapur tercium semakin kuat. Bau itu seperti celana dalam yang terbakar hangus. Harry
bertanya-tanya apakah ia dapat memakan apapun yang Xenophilius masak demi kesopanan.
“Lalu, bagaimana dengan Jubah itu?” tanya Ron pelan. “Apakah kalian tidak sadar, bahwa ia benar?
Aku menjadi sangat terbiasa menggunakan Jubah Harry, dan seberapa bagusnya benda itu, aku tidak
pernah berhenti memikirkannya. Aku tidak pernah mendengar ada jubah lain seperti milik Harry. Jubah
itu sempurna. Kita tidak pernah ketahuan selama berada di dalamnya - ”
“Tentu saja tidak – kita ‘kan tidak kelihatan bila berada di dalamnya,Ron!”
“Tapi kalian tahu kan,  semua hal yang ia katakan mengenai jubah lain itu benar, dan jubah itu tidak
benar-benar berharga satu knut sepuluh buah! Itu tidak pernah terjadi padaku sebelumnya, tetapi aku
pernah mendengar jubah yang mantranya hilang ketika jubah itu sudah usang, atau jubah yang dirobek
dengan mantra sehingga berlubang, milik Harry dulunya dimiliki oleh ayahnya, jadi itu tidak benar-benar
baru, tetapi tetap.. sempurna!”
“Ya, baiklah, Ron, batu itu...”
Ketika Ron dan Hermione bertengkar dalam bisikan-bisikan, Harry berkeliling ruangan, hanya separuh
mendengarkan. Begitu ia sampai ke tangga spiral, ia menengok ke lantai atas dan terkejut seketika.
Wajahnya sendiri sedang memandangnya dari langit-langit ruangan di atas. Setelah sesaat merasa
kebingungan, Harry sadar bahwa itu bukan cermin, melainkan sebuah lukisan. Penasaran, ia mulai
menaiki tangga itu.
“Harry, apa yang sedang kau lakukan? Kurasa kau tidak seharusnya berkeliling ketika Xenophilius tidak
 di sini!”
Tetapi Harry telah sampai ke lantai berikutnya. Luna telah menghias langit-langit kamar tidurnya dengan
lima wajah yang dilukis dengan indah: Harry, Ron, Hermione, Ginny, dan Neville. Mereka tidak bergerak
seperti lukisan di Hogwarts, tapi ada sedikit mantra pada semua lukisan itu. Harry berpikir bahwa
mereka bernafas. Ada rantai emas yang menyatukan gambar itu, tetapi setelah memandangnya selama
semenit, Harry sadar bahwa rantai itu adalah sebuah kata yang ditulis berulang-ulang dalam tulisan emas:
sahabat...sahabat...sahabat...
Harry merasakan ketertarikan yang besar pada Luna. Ia melihat-lihat sekeliling ruangan itu. Ada sebuah
foto yang besar di samping tempat tidur, foto Luna kecil dan seorang wanita yang sangat mirip dengan
Luna. Mereka sedang berpelukan. Luna kelihatan lebih rapi di foto itu dibandingkan dengan yang Harry
pernah lihat selama ini. Foto itu berdebu. Hal ini membuat Harry merasa sedikit aneh. Harry memandang
berkeliling. Ada sesuatu yang salah. Karpet biru pucat juga penuh dengan debu.


Tidak ada pakaian
dalam lemari, yang pintunya sedikit terbuka. Tempat tidurnya dingin, terlihat tidak nyaman, seakan-akan
tidak pernah ditiduri selama berminggu-minggu. Sebuah jaring laba-laba merentang di jendela terdekat,
bak menyeberangi langit merah.
“Ada apa?” tanya Hermione saat Harry turun dari tangga, tetapi sebelum ia dapat merespon,
Xenophilius telah mencapai anak tangga teratas dari dapur, kini memegang nampan yang dimuati dengan
mangkuk.

“Mr. Lovegood,” kata Harry, “di mana Luna?”
“Maaf?”
“Di mana Luna?”
Xenophilius terdiam di tangga.
“Aku – aku sudah mengatakannya padamu. Luna ada di Jembatan Botions memancing Plimpy.”
“Lalu kenapa Anda hanya menyediakan nampan itu untuk empat orang?”
Xenophilius mencoba berbicara, tapi tak ada suara yang keluar. Satu-satunya suara yang terdengar
adalah gerakan mesin cetak yang terus-menerus, dan sedikit derit dari nampan yang digoyangkan oleh
tangan Xenophilius.
“Kurasa Luna tidak ada di sini selama berminggu-minggu,” kata Harry. “Pakaiannya tidak ada, tempat
tidurnya tak pernah ditiduri. Di mana dia? Dan kenapa Anda selalu memandang keluar jendela?”
Xenophilius menjatuhkan nampannya. Mangkuk-mangkuk itu terlempar dan hancur. Harry, Ron, dan
Hermione mengambil tongkatnya masing-masing. Tangan Xenophilius berhenti ketika akan memasukkan
tangannya ke sakunya. Saat itu, banyak The Quibbler jatuh dari bawah taplak, lalu hening. Hermione
merunduk dan mengambil salah satu majalah itu, tongkatnya masih mengarah ke Mr. Lovegood.
“Harry, lihat ini!” Harry berjalan secepat ia bisa ke arah Hermione. Halaman depan The Quibbler
memuat fotonya sendiri, dihiasi dengan tulisan “Orang Yang Paling Tidak Diinginkan” dan tulisan hadiah
uang.
“The Quibbler berpindah haluan ya?” tanya Harry dingin, pikirannya bekerja sangat cepat. “Inikah yang
 Anda lakukan ketika pergi ke taman, Mr. Lovegood? Mengirim seekor burung hantu ke Kementrian?”
Xenophilius menggigit bibirnya.
“Mereka mengambil Luna-ku,” ia berbisik. “Karena apa yang sudah kutulis. Mereka mengambil
Luna-ku dan aku tidak tahu dimana ia berada, apa yang sudah mereka lakukan padanya. Tapi mungkin
mereka akan mengembalikannya padaku bila aku – bila aku - ”
“Menyerahkan Harry?” Hermione menyelesaikan untuknya.
“Tidak,” kata Ron datar. “Minggir, kami pergi.”
Xenophilius tampak mengerikan, bibirnya juga menyeramkan dan terlihat tidak senang.
“Mereka akan datang sebentar lagi. Aku harus menyelamatkan Luna. Aku tak dapat kehilangan Luna.
Kalian tidak boleh pergi.”
Ia membentangkan tangannya di depan tangga, dan Harry merasa melihat ibunya yang melakukan hal
yang sama di depan tempat tidurnya.
“Jangan membuat kami menyakitimu,” kata Harry. “Minggir, Mr. Lovegood.”
“HARRY!” teriak Hermione.
Figur-figur di atas sapu terbang melewati jendela. Ketika mereka bertiga melihat Xenophilius, ia
mengeluarkan tongkatnya. Harry menyadari kesalahan mereka saat itu juga. Ia melemparkan dirinya ke
samping, mendorong Ron dan Hermione untuk menyelamatkan mereka dari Mantra Pemingsan
Xenophilius yang melewati ruangan itu dan mengenai tanduk Erumpent. Sebuah ledakan yang sangat
besar terjadi. Suaranya terdengar seperti akan menghancurkan ruangan itu.
Potongan kayu dan kertas dan reruntuhan terlempar ke segala arah, bersama kepulan debu yang tebal.
Harry terlempar ke udara, lalu terjatuh ke lantai, tak dapat melihat karena puing-puing berjatuhan di
atasnya, tangannya melindungi kepalanya. Ia mendengar jeritan Hermione, teriakan Ron, dan serangkaian
suara metalik menyakitkan yang membuatnya tahu bahwa Xenophilius sudah terlempar ke bawah tangga
spiral.
Setengah terkubur di dalam reruntuhan, Harry berusaha untuk berdiri. Ia nyaris tak dapat bernapas atau
melihat dalam kepulan debu. Separuh langit-langit sudah ambruk dan ujung tempat tidur Luna sudah
menggantung di tepi lubang. Patung pendek Rowena Ravenclaw jatuh di sampingnya dengan separuh
bagian wajahnya rusak. Potongan-potongan perkamen melayang turun dari udara, dan sebagian besar
mesin cetak tergeletak miring, menutupi tangga paling atas untuk menuju ke dapur. Kemudian sosok putih
lain bergerak mendekat dan Hermione, penuh dengan debu seperti patung, menaruh jarinya di depan
bibir.
Pintu di bawah terbuka.
“Bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa tidak perlu terburu-buru, Travers?” kata suara yang
keras. “Bukankah aku mengatakan padamu bahwa orang gila ini hanya mengoceh seperti biasa?” Ada
suara keras dan jeritan kesakitan Xenophilius.
“Tidak...tidak...di atas...Potter!”
 “Aku mengatakan padamu minggu lalu Lovegood, kami tidak akan kembali kecuali ada informasi yang
kongkrit! Ingat minggu lalu? Ketika kau ingin menukar anak perempuanmu dengan topi tolol  itu? Dan
minggu sebelumnya” – Ada suara keras dan pekikan lagi – “Ketika kau berpikir bahwa kami akan
mengembalikannya jika kau menawarkan pembuktian tentang Snorkack” – suara keras – “Tanduk” –
suara keras – “Kisut?”
“Tidak – tidak – aku memohon pada kalian!” tangis Xenophilius. “Ini benar-benar Potter, sungguh!”
“Dan sekarang kau kembali memanggil kami untuk mencoba dan meledakkan kami!” raung salah satu
Death Eater
itu, lalu ada serangkaian suara ledakan kecil diantara dengan teriakan penuh penderitaan
Xenophilius.
“Tempat ini terlihat akan rubuh, Selwyn,” kata suara dingin yang kedua, bergema ke atas tangga.
“Tangga ini benar-benar tertutup. Bisakah kau mencoba membersihkannya? Mungkin dapat membuat
tempat ini runtuh.”
“Kau pembohong kotor,” teriak penyihir yang bernama Selwyn.
“Kau belum pernah melihat Potter seumur hidupmu, kan? Kurasa kau memanggil kami ke sini untuk
membunuh kami, ya kan? Dan kau berpikir bahwa kau akan mendapatkan anak perempuanmu dengan
cara seperti ini?”
“Aku bersumpah...aku bersumpah...Potter ada diatas!”
“Homenum Revelio,” kata sebuah suara di kaki tangga. Harry mendengar Hermione terkejut, dan ia
merasakan sensasi aneh yang melewati dirinya, menyelimuti dirinya dalam bayangannya.
“Ada orang di atas, Selwyn,” kata laki-laki kedua itu dengan tajam.
“Itu Potter, kukatakan padamu, itu Potter!” tangis Xenophilius. “Tolong...tolong...kembalikan Luna,
biarkan aku mendapatkan Luna kembali...”
“Kau dapat mendapatkan anak perempuanmu, Lovegood,” kata Selwyn, “jika kau naik ke atas dan
membawakan padaku Harry Potter. Tetapi jika ini adalah sebuah rencana, jika ini adalah sebuah
jebakan, jika kau memiliki seorang kaki tangan di atas sana untuk menyerang kami, kita lihat saja apakah
kita dapat membagi sedikit mayat anak perempuanmu agar kau bisa menguburnya.”
Xenophilius meraung penuh ketakutan dan keputusasaan. Terdengar suara langkah pendek-pendek dan
derit pelan. Xenophilius sedang mencoba untuk melewati puing-puing di tangga.
“Ayo,” bisik Harry, “kita harus keluar dari sini.”
Harry mencoba untuk mengeluarkan dirinya dari reruntuhan dengan memanfaatkan keributan yang dibuat
Xenophilius di tangga. Ron terkubur sangat dalam. Harry dan Hermione memanjat, sesunyi yang mereka
bisa, ke arah tempat Ron terkubur, mencoba untuk menarik laci yang berat dari kakinya. Ketika
Xenophilius semakin mendekat, Hermione berhasil untuk membebaskan Ron dengan menggunakan
Mantra Melayang.
“Baiklah,” kata Hermione, ketika mesin cetak yang rusak dan menutupi tangga paling atas mulai
berderak. Xenophilius hanya  tinggal beberapa langkah lagi dari mereka. Hermione masih penuh dengan
debu.
 “Apakah kau mempercayaiku, Harry?”
Harry mengangguk.
“Baiklah,” Hermione berbisik, “berikan Jubah Gaib padaku. Ron, kau akan memakainya.”
“Aku? Tapi Harry - ”
“Tolonglah, Ron! Harry, genggam erat tanganku, Ron pegang bahuku.”
Harry mengulurkan tangan kirinya. Ron menghilang di bawah Jubah. Mesin cetak yang menutupi tangga
bergetar. Xenophilius mencoba untuk menyingkirkannya menggunakan Mantra Mengapung. Harry tak
tahu apa yang sedang Hermione tunggu.
“Tahan,” bisiknya. “Tahan, sebentar lagi...”
Wajah pucat pasi Xenophilius muncul di pintu.
“Obliviate!” raung Hermione, pertama-tama mengarahkan tongkatnya ke wajah Xenophilius lalu ke
lantai dibawah mereka. “Deprimo!”
Hermione membuat lubang di lantai ruang tamu. Mereka jatuh seperti batu. Harry masih memegang
tangan Hermione ketika ia mendengar ada teriakan dari bawah, dan ia sempat melihat dua laki-laki yang
mencoba menghindari reruntuhan dan perabotan hancur yang menghujani lantai bawah rumah itu dari
atas. Hermione berputar-putar di udara dan suara rumah yang hancur terngiang di telinga Harry ketika
Hermione membawanya sekali lagi ke dalam kegelapan.




To be continue.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog