Jumat, 14 Oktober 2011

Harry Potter and The Deathly Hallows Bab 27

BAB 27
TEMPAT PERSEMBUNYIAN TERAKHIR
(The Final Hiding Place)

Tak ada cara untuk mengendalikan sang naga; naga itu tak dapat melihat kemana ia pergi, dan Harry
tahu bahwa jika naga itu berbelok dengan tajam atau berputar di udara, maka tidak mungkin bagi mereka
untuk berpegangan ke punggungnya yang lebar. Meskipun demikian, saat mereka terbang lebih tinggi dan
lebih tinggi lagi, London terbentang di bawah mereka seperti peta berwarna abu-abu dan hijau, perasaan
gembira Harry yang meluap adalah suatu bentuk syukur atas sebuah pelarian yang nampak tidak
mungkin. Ia membungkukkan badannya di atas leher naga itu, berpegang erat pada sisik-sisik metalik,
dan angin sepoi-sepoi yang sejuk terasa menenangkan di kulitnya yang terbakar dan melepuh, sayap
naga itu berkepak di udara seperti putaran kincir angin. Di belakangnya, apakah karena takut atau
 gembira Harry tidak tahu, namun Ron tak henti-hentinya menyerukan sumpah-serapah sekuat yang ia
bisa, dan Hermione kelihatan menangis tersedu-sedu.
Setelah lima menit atau lebih, Harry kehilangan sebagian rasa takut bahwa naga itu akan melemparkan
mereka dari punggungnya, karena naga itu kelihatannya tidak bermaksud apapun kecuali pergi sejauh
mungkin dari penjara bawah tanah; walaupun begitu pertanyaan tentang bagaimana dan kapan mereka
akan turun masih terasa agak menakutkan. Harry tidak tahu berapa lama seekor naga dapat terbang
tanpa mendarat, atau bagaimana naga ini, yang nyaris tak dapat melihat, dapat menemukan tempat yang
baik untuk mendarat. Ia melihat keadaan sekitar terus-menerus, dan membayangkan bahwa ia dapat
merasakan tempat ia duduk menusuknya.
Berapa lama lagi waktu yang tersisa sebelum Voldemort mengetahui bahwa mereka telah menerobos
masuk ke brankas penyimpanan milik Lestrange? Seberapa cepat para goblin dari Gringgots
melaporkannya kepada Bellatrix? Seberapa cepat mereka menyadari apa yang telah diambil? Lalu,
kapan mereka akan menyadari bahwa piala emas telah hilang? Voldemort akan tahu, pada akhirnya,
bahwa mereka sedang berburu Horcrux.
Sang naga sepertinya menginginkan udara yang lebih sejuk dan segar. Ia terbang terus-menerus, hingga
mereka terbang melalui gumpalan awan yang dingin, dan Harry tak bisa lagi melihat titik-titik kecil
beraneka warna yang sebenarnya adalah mobil yang keluar-masuk ibu kota di bawah mereka. Mereka
terus terbang, di atas daerah pedesaan yang tampak seperti sebidang kain penuh tambalan berwarna
hijau dan coklat, melintasi jalan-jalan dan sungai-sungai yang meliuk-liuk melalui pemandangan seperti
potongan-potongan pita, baik yang pudar maupun mengkilap.
“Menurutmu, apa yang dicarinya?” Ron berteriak saat mereka terbang lebih jauh dan lebih jauh lagi ke
utara.
“Entahlah,” Harry berteriak kembali kepada Ron. Tangannya terasa kebas karena dingin, tetapi ia tak
berani untuk mencoba melepaskan genggamannya. Harry membayangkan apa yang akan mereka
lakukan bila mereka melintasi garis pantai di bawah mereka, jika sang naga menuju ke laut lepas. Belum
lagi dengan keadaan naga itu yang kelaparan dan kehausan. Kapan, Harry bertanya-tanya dalam hati,
makhluk ini terakhir kali makan? Tentu saja ia akan membutuhkan makanan tak lama lagi? Dan
bagaimana jika, pada suatu saat, ia menyadari bahwa ada tiga orang manusia yang dapat dimakan sedang
duduk di punggungnya?
Matahari mulai tergelincir di langit, yang berubah warna menjadi nila; dan naga itu masih terbang, kota
besar dan kecil di bawah mereka melintas cepat, sejenak tampak dan sejenak tak terlihat lagi, bayangan
naga yang sangat besar itu meluncur di atas bumi bagaikan awan hitam raksasa. Semua bagian tubuh
Harry terasa sakit karena usahanya untuk berpegangan pada punggung naga itu.

“Apakah ini hanya perasaanku,” teriak Ron setelah beberapa saat dalam kesunyian, “atau kita memang
kehilangan ketinggian?”
Harry menoleh ke bawah dan melihat pegunungan dan danau yang hijau, sedikit berwarna tembaga saat
matahari terbenam. Pemandangannya kelihatan lebih besar dan jelas ketika ia melihatnya melalui bagian
samping tubuh sang naga, dan Harry membayangkan apakah sang naga telah meramalkan adanya air
segar dengan kilasan-kilasan pantulan cahaya matahari.
Naga itu terbang lebih rendah dan lebih rendah lagi, berputar-putar membentuk lingkaran yang sangat
besar, semakin mendekat ke atas permukaan sebuah danau kecil.
 “Menurutku kita harus melompat begitu naga ini terbang cukup rendah!” Harry berkata pada yang lain,
“Langsung ke dalam air sebelum ia menyadari kita di sini!”
Mereka menyetujuinya, Hermione sedikit pucat, sekarang Harry dapat melihat perut bagian bawah naga
yang lebar dan berwarna kuning berdesir di atas permukaan air.
“SEKARANG!”
Ia merayap di atas punggung naga dan terjun ke danau dengan kaki terlebih dahulu; dengan jarak yang
ternyata lebih jauh daripada yang ia perkirakan dan ia menghantam air dengan sangat keras, jatuh
bagaikan sebuah batu ke dalam dunia yang sangat dingin, hijau, dan dipenuhi alang-alang. Ia berenang ke
arah permukaan dan muncul, terengah-engah, untuk melihat riak membulat yang sangat besar, di tempat
Ron dan Hermione jatuh. Naga itu kelihatannya tidak menyadari apapun, ia telah pergi sejauh lima puluh
kaki, menukik rendah di atas danau untuk mengambil air dengan moncongnya yang berluka. Ketika Ron
dan Hermione muncul, gemetar dan terengah-engah, dari kedalaman danau, naga itu terbang lagi,
sayapnya mengepak sangat keras, dan akhirnya mendarat di tepi danau yang jauh.


Harry, Ron, dan Hermione berenang menuju ke pantai yang berlawanan dengan sang naga. Danaunya
tak nampak dalam. Tidak berapa lama kemudian mereka tidak lagi berenang, akan tetapi lebih mirip
bergumul dengan alang-alang dan lumpur, namun pada akhirnya mereka berhasil naik ke rumput yang
licin dengan keadaan basah kuyup dan kelelahan. Hermione jatuh, batuk-batuk dan ketakutan. Meskipun
Harry dapat berbaring dan tidur dengan gembira, ia berdiri terhuyung-huyung di atas kakinya,
mengeluarkan tongkat, dan mulai memasang mantra pelindung seperti biasa di sekitar mereka.
Ketika ia telah selesai, ia bergabung dengan yang lain. Itu adalah kali pertama Harry melihat wajah kedua
temannya sejak mereka melarikan diri dari brankas penyimpanan Gringgots. Wajah mereka berdua
merah terbakar di mana-mana, dan pakaiannya terbakar pula di beberapa tempat. Mereka bergerenyit
kesakitan ketika mereka mengoleskan sari dittany ke atas luka-luka mereka yang banyak. Hermione
memberikan botol sari dittany tersebut kepada Harry, lalu ia mengambil tiga botol jus labu yang
dibawanya dari Pondok Kerang dan jubah yang bersih, dan kering untuk mereka bertiga. Mereka
berganti jubah, kemudian meneguk habis jus labu itu.
"Yah, berita baiknya," kata Ron akhirnya, yang sedang duduk sambil melihat kulit di tangannya tumbuh
kembali,"kita mendapatkan Horcrux itu. Berita buruknya -"
"-- tidak ada pedang," potong Harry dengan gigi bergeretak, sambil meneteskan sari dittany melalui
lubang bekas terbakar pada celana jeansnya ke atas luka bakar yang besar di bawahnya.
"Tidak ada pedang," ulang Ron. "Pengkhianat kecil tukang tipu itu..."
Harry menarik Horcrux itu keluar dari saku jaketnya yang basah, yang baru ia lepas dan tergeletak di
atas rumput di depan mereka. Benda itu berkilau ditimpa cahaya matahari, dan menarik perhatian mereka
sembari mereka meneguk botol-botol jus labu mereka.
"Setidaknya kita tak bisa memakainya kali ini, benda itu pasti akan kelihatan aneh jika bergantung di leher
kita," kata Ron, seraya menyeka mulut dengan punggung tangannya.
Hermione melihat ke seberang danau, ke tepi yang jauh dari mereka di mana naga itu masih minum.
“Apakah kau memikirkan apa yang akan terjadi pada naga itu nanti?” ia bertanya, “Apakah ia akan
baik-baik saja?’
 “Kau mulai kedengaran seperti Hagrid,” kata Ron, “Ia seekor naga, Hermione, ia bisa menjaga dirinya
sendiri. Kau seharusnya lebih mengkhawatirkan tentang kita.”
“Apa maksudmu?”
“Yah, aku tak tahu bagaimana menjelaskan hal ini padamu,” kata Ron “Tapi kurasa mereka mungkin
sudah tahu kalau kita mengacau di Gringgots.”
Mereka bertiga mulai tertawa, dan begitu mulai, sulit untuk berhenti. Tulang rusuk Harry terasa sakit, ia
merasa pusing karena kelaparan, namun ia kembali berbaring di rumput, di bawah langit yang mulai
kemerahan dan terus tertawa hingga kerongkongannya terasa kering.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?' kata Hermione akhirnya, berusaha untuk kembali serius. "Ia
akan tahu kan? Kau-Tahu-Siapa akan mengetahui bahwa kita tahu mengenai Horcrux-Horcrux nya!"
“Mungkin mereka akan terlalu takut untuk mengatakan padanya!” kata Ron penuh harap, “Mungkin
mereka akan menutup-nutupi --”
Langit, bau air danau, dan suara Ron, lenyap. Sakit membelah kepala Harry seperti sebuah tebasan
pedang. Ia sedang berdiri di dalam ruangan bercahaya temaram, dan dikelilingi oleh penyihir-penyihir
yang membentuk setengah lingkaran, dan di lantai tepat di kakinya sedang berlutut seorang makhluk
kecil, yang sedang gemetar.
"Apa kau bilang tadi?" Suaranya tinggi dan dingin, namun amarah dan rasa takut membara dalam dirinya.
Satu-satunya hal yang ditakutinya - tapi ini tidak mungkin benar, ia tidak mengerti bagaimana ini bisa
terjadi...
Goblin itu gemetaran, tidak berani menatap mata yang merah di atasnya.
“Katakan lagi!” bisik Voldemort. “Katakan lagi!”
“T-Tuanku,”goblin itu tergagap, matanya yang hitam terbelalak ketakutan, “T-Tuanku… Kami
m-mencoba untuk me-menghentikan mereka… Pa-para penyamar itu, Tuanku… menerobos –
menerobos masuk ke dalam – ke dalam brankas penyimpanan milik Lestrange…”
“Penyamar? Penyamar apa? Aku kira Gringgots mempunyai cara membongkar penyamaran dan
penipuan? Siapa mereka?”
“Mereka adalah… mereka adalah… b-bocah P-Potter dan k-kedua orang temannya…”

“Dan apa yang mereka ambil?” katanya, suaranya meninggi, ia ketakutan luar biasa, “Katakan padaku!
Apa yang telah mereka ambil?”
“Sebuah.. Sebuah p-piala emas k-kecil T-Tuanku…”
Teriakan amarah dan pengkhianatan meninggalkan raganya bak diteriakkan bukan olehnya. Ia telah
dibuat gila, dan kebingungan, itu tidak mungkin benar, itu tidak mungkin, tak ada yang tahu mengenai hal
ini. Bagaimana mungkin anak itu mengetahui rahasianya?
Tongkat Elder terayun membelah udara dan mengeluarkan sinar hijau yang melintasi ruangan; goblin yang
 berlutut itu mati tergelimpang; para penyihir yang menyaksikan dari depannya menyebar, ketakutan.
Bellatrix dan Lucius Malfoy melemparkan goblin yang berada di belakang mereka dalam usaha mereka
menuju pintu, berulang-ulang kali tongkatnya teracung, dan semua goblin yang tersisa dibunuh karena
membawa berita tentang hilangnya piala emas itu -
Sendirian di tengah-tengah mayat para goblin itu ia menghentak-hentakkan kakinya, dan
bayangan-bayangan tersebut menghampirinya: harta bendanya, pelindungnya, jangkarnya menuju
keabadian - buku harian itu telah hancur dan piala itu telah dicuri. Bagaimana jika, bagaimana jika, anak
itu tahu tentang yang lainnya? Tahukah ia, sudahkah ia bertindak, apakah ia telah menemukan Horcrux
lainnya? Apakah Dumbledore dalang dari semua ini? Dumbledore yang selalu mencurigainya;
Dumbledore, yang telah mati karena perintahnya; Dumbledore, yang tongkatnya menjadi miliknya
sekarang, yang juga menjangkaunya dari balik kematian, melalui anak itu, anak itu -.
Akan tetapi jika anak itu benar-benar telah menghancurkan salah satu dari Horcruxnya, pastinya ia, Lord
Voldemort, akan mengetahuinya, akan merasakannya? Ia, penyihir terhebat di dunia; ia, penyihir terkuat;
ia, pembunuh Dumbledore dan banyak orang-orang tak dikenal dan tak berharga lainnya. Bagaimana
mungkin Lord Voldemort tidak tahu, jika ia, ia sendiri, penyihir yang paling penting dan berharga, telah
diserang, dirusakkan?
Memang benar, ia tidak merasakan apa-apa pada saat buku harian itu dihancurkan, tetapi ia berpikir itu
karena saat itu ia tidak mempunyai tubuh untuk merasakan, tidak lebih dari hantu... Tidak, pasti, yang
lainnya aman… Horcrux yang lain pasti masih utuh...
Tetapi ia harus tahu, ia harus memastikannya... Ia melangkah meninggalkan ruangan, menendang mayat
goblin ketika ia melewatinya, dan bayangan-bayangan yang samar melintas di otaknya yang terasa
mendidih: danau, pondok, dan Hogwarts -
Sebuah pikiran yang menenangkan amarahnya muncul tiba-tiba. Bagaimana mungkin anak itu mengetahui
bahwa ia menyembunyikan cincin di pondok Gaunt? Tak ada seorang pun yang tahu kalau ia punya
hubungan dengan keluarga Gaunt, ia telah menyembunyikan hubungan tersebut, pembunuhan itu tak
pernah dilacak sampai pada dirinya. Cincin itu, pasti, masih aman.
Dan bagaimana mungkin anak itu, atau orang lain, mengetahui tentang gua itu atau menembus
perlindungannya? Pemikiran tentang kalung itu telah dicuri tak terlintas di benaknya…
Dan mengenai yang di Hogwarts: Hanya ia yang tahu di mana ia menyimpan Horcrux itu, karena ia lah
yang menyusun rahasia tempat itu...
Dan masih ada Nagini, yang harus selalu berada di dekatnya mulai saat ini, tak akan disuruh untuk
melakukan apa-apa lagi, selalu berada di bawah pengawasannya …
Tetapi untuk memastikannya, untuk benar-benar memastikannya, ia harus kembali ke masing-masing
tempat persembunyiannya, ia harus menggandakan perlindungan di sekitar Horcrux-Horcrux nya... Suatu
pekerjaan yang harus ia lakukan sendiri, seperti saat ia mencari Tongkat Elder...
Tapi yang mana yang harus ia kunjungi terlebih dahulu, yang mana yang berada dalam bahaya yang
terbesar? Sebuah kekhawatiran lama terlintas di benaknya. Dumbledore mengetahui nama tengahnya...
Dumbledore pasti mengetahui hubungannya dengan para anggota keluarga Gaunt itu... Pondok itu
mungkin yang paling berpotensi untuk ditemukan oleh mereka, kesanalah ia harus pergi terlebih dahulu...
Danau itu, pasti tidak mungkin... meskipun ada sedikit kemungkinan Dumbledore mengetahui beberapa
 kelakuan buruknya di masa lalu, melalui panti asuhan itu.
Dan Hogwarts.. meskipun begitu, ia yakin kalau Horcrux-nya yang disembunyikan di Hogwarts aman;
tidak mungkin bagi Potter untuk masuk ke Hogsmeade tanpa ketahuan, jadi biarkanlah yang di
Hogwarts. Meskipun demikian, ada baiknya untuk memperingati Snape mengenai kemungkinan anak itu
akan mencoba masuk ke kastil. … Untuk mengatakan
kepada Snape mengapa anak itu mungkin
kembali, tentu adalah ide bodoh; ia telah membuat kesalahan yang sangat fatal dengan mempercayai
Bellatrix dan Malfoy. Bukankah kebodohan dan kecerobohan mereka telah membuktikan betapa tidak
bijaksananya untuk mempercayakan rahasianya kepada orang lain?
Ia akan pergi ke pondok Gaunt terlebih dahulu, dan membawa Nagini bersamanya. Ia tak akan berpisah
dari ular itu lagi... dan ia meninggalkan ruangan itu, melalui aula, dan menuju ke kebun yang gelap di mana
terdapat air mancur yang sedang memancurkan air; ia memanggil Nagini dengan Parseltongue dan ular itu
merayap mengikutinya seperti sebuah bayangan yang panjang…
Mata Harry mendadak terbuka saat ia kembali ke dirinya sendiri. Ia sedang berbaring di tepi danau
sambil menatap matahari yang sedang terbenam, Ron dan Hermione menatap ke arahnya. Menilai dari
wajah khawatir mereka, dan bekas lukanya yang masih sakit, penglihatan yang mendadak ke dalam
pikiran Voldemort tadi sepertinya diketahui oleh mereka. Ia bangkit dengan susah payah, gemetar,
merasa terkejut karena mendapati pakaian dan kulitnya masih basah, dan melihat piala itu tergeletak di
rumput di dekatnya, dan danau, berwarna biru keemasan di saat matahari tenggelam.
"Ia tahu." Suaranya sendiri terdengar aneh dan rendah setelah tadi ia mendengar teriakan tinggi milik
Voldemort keluar dari mulutnya. "Ia mengetahuinya dan akan segera memeriksa Horcrux lainnya, dan
yang terakhir," ia telah berdiri, "ada di Hogwarts. Aku tahu. Aku tahu."
"Apa?"
Ron menatap heran ke arah Harry; Hermione duduk tegak, kelihatan khawatir.
“Tapi apa yang kau lihat tadi? Bagaimana kau tahu?”
"Aku melihat ia mengetahui tentang piala itu, Aku - aku berada di dalam kepalanya, Ia" - Harry
mengingat tentang pembunuhan itu - "Ia benar-benar marah, dan juga takut, ia tidak mengerti bagaimana
kita tahu, dan sekarang ia sedang memeriksa apakah Horcrux lainnya aman, cincin itu terlebih dahulu. Ia
mengira kalau yang di Hogwarts adalah yang paling aman, karena ada Snape di sana, dan akan sangat
sulit bagi kita untuk bisa masuk ke sana tanpa diketahui orang lain. Aku rasa ia akan memeriksa yang di
Hogwarts belakangan, tapi ia masih bisa ke sana dalam beberapa jam – "
"Apakah kau melihat di bagian mana dari Hogwarts benda itu berada?" tanya Ron, yang sekarang juga
berusaha berdiri.
“Tidak, ia berkonsentrasi untuk memberi peringatan kepada Snape, ia tidak memikirkan di mana
tepatnya Horcrux itu berada - ”
"Tunggu, tunggu!" jerit Hermione ketika Ron menyambar Horcrux itu dan Harry mengambil Jubah Gaib
lagi. "Kita tidak bisa pergi begitu saja, kita belum mempunyai rencana, kita harus - "
"Kita harus pergi," kata Harry dengan suara keras. Ia sangat ingin tidur di dalam tenda baru mereka,
tetapi itu tidak mungkin sekarang, "Dapatkah kau bayangkan apa yang akan ia lakukan ketika ia
menyadari bahwa cincin dan liontin itu telah hilang? Bagaimana jika ia memindahkan Horcrux yang
 berada di Hogwarts karena menganggap tempat itu tidak cukup aman?
"Tapi bagaimana cara kita masuk ke sana?"
"Kita akan pergi ke Hogsmeade," kata Harry, "dan mencoba melakukan sesuatu ketika kita sudah
melihat perlindungan seperti apa yang dilakukan oleh para DE di sekolah. Masuk ke bawah Jubah,
Hermione, aku ingin kita tetap bersama sekarang."
“Tapi kita tidak benar-benar cukup –“
“Hari sudah gelap,tak akan ada yang dapat melihat kaki kita.”
Suara kepakan sayap yang sangat besar menggema dari seberang danau yang gelap. Naga itu sudah
puas minum dan kini akan terbang lagi. Mereka berhenti sesaat dari kesibukannya untuk memperhatikan
naga itu terbang meninggi, hingga menembus awan yang hitam dan menghilang di balik pegunungan. Lalu
Hermione berjalan menuju ke arah kedua orang temannya dan berdiri di tengah-tengah, Harry menarik
Jubah Gaib sejauh yang ia bisa, dan mereka pun berputar di titik itu bersama-sama berjalan menuju
kegelapan.

To be continue.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog