Selasa, 04 Oktober 2011

Harry Potter And The Deathly Hallows Bab 8 Part 1

BAB 8
PERNIKAHAN
(The Wedding)


Pukul tiga keesokan sorenya, Harry, Ron, Fred, dan George berdiri di luar tenda putih besar yang
dipasang di kebun, menunggu kedatangan para tamu undangan. Harry telah meminum segelas dosis besar
Ramuan Polijus dan menyaru menjadi seorang bocah berambut merah di desa Ottery St Catchpole, yang
beberapa helai rambutnya telah diambil Fred dengan Mantra Panggil. Rencananya adalah
memperkenalkan Harry sebagai ‘sepupu Barny’ dan bergantung pada banyaknya jumlah sanak saudara
keluarga Weasley sebagai penyamarannya.
Keempatnya memegang daftar tempat duduk agar bisa membantu para tamu undangan menemukan
tempat duduk mereka. Pembawa acara, pelayan berjubah putih, dan anggota band berjaket emas, sudah
datang satu jam sebelumnya. Mereka semua sekarang sedang duduk di bawah pohon tak jauh dari
tenda. Harry dapat melihat pipa rokok biru di sana.
Di belakang Harry, di bawah tenda, kursi emas telah ditata di samping karpet ungu yang di kedua sisinya
dihiasi oleh bunga putih dan emas. Fred dan George telah memasang seikat besar balon-balon emas di
tempat di mana Bill dan Fleur akan disumpah menjadi pasangan suami istri. Di luar, kupu-kupu dan lebah
terbang perlahan di atas rumput dan pagar tanaman. Harry merasa kurang nyaman. Bocah Muggle yang
ditirunya ternyata lebih gemuk dari Harry dan membuat jubah Harry menjadi kesempitan dan terasa
panas, apalagi di hari yang cerah di musim panas.
”Saat aku menikah nanti,” kata Fred sambil melonggarkan kerah jubahnya, ”aku tidak akan repot-repot
dengan semua omong kosong ini. Kalian semua bisa datang dengan pakaian yang kalian suka. Dan Mum
akan kuberi Kutukan Pengikat Tubuh Sempurna sampai acara selesai.”
”Mum tidak terlalu cerewet tadi pagi,” kata George. ”Hanya mengeluh karena Percy tidak datang,
memangnya ada yang ingin dia datang? Ya ampun, siap-siap – mereka datang, lihat.”
Sosok-sosok berjubah terang muncul satu persatu, entah dari mana, tidak jauh dari pekarangan. Dalam
beberapa menit mereka semua berjalan menuju tenda. Bunga-bunga eksotis dan burung-burungan
menghiasi topi para penyihir wanita, sedangkan permata-permata berkilauan dari rompi para penyihir
pria. Dengungan senang dari obrolan mereka semakin keras saat mereka mendekati tenda.
”Luar biasa, sepertinya aku melihat beberapa sepupu Veela,” kata George, menjulurkan leher agar bisa
melihat lebih jelas. ”Mereka pasti butuh bantuan untuk mempelajari kebiasaan orang Inggris. Aku pasti
 akan mengajari mereka…”
“Tidak secepat itu, Tuan yang Agung,” kata Fred yang langsung melewati sekelompok wanita paruh
baya.
”Mari –
permettez-moi
untuk
assister vous
,” kata Fred ke sepasang gadis Perancis cantik yang terkikik
dan mengizinkan Fred untuk menemani mereka. George akhirnya membantu para wanita paruh baya itu.
Dan Ron membantu teman kerja Mr. Weasley, Perkins. Sementara Harry harus menghadapi sepasang
orang tua yang agak tuli.
“Hai,” terdengar suara yang sudah familiar saat Harry keluar dari tenda untuk menjemput antrian
selanjutnya. Ternyata Tonks dan Lupin ada di barisan terdepan. Tonks mengubah rambutnya menjadi
pirang untuk acara ini.
“Arthur bilang kau yang berambut keriting. Maaf semalam,” tambah Tonks dalam bisikan. Lalu Harry
mengantar mereka. ”Kementrian telah menjadi anti-manusia serigala saat ini dan kedatangan kami
semalam akan menambah masalahmu.”
“Tidak apa-apa, aku tahu,” kata Harry, yang lebih berbicara pada Lupin daripada Tonks.
Lupin memberinya senyuman tipis, dan saat Tonks dan Lupin berbalik, Harry dapat melihat wajah Lupin
sudah kembali murung. Harry penasaran, tapi tidak ada waktu untuk itu. Hagrid telah membuat
keributan. Ia salah mengartikan petunjuk Fred. Seharusnya Hagrid duduk di kursi yang telah diperbesar
dan diperkuat untuknya di barisan belakang, bukannya malah duduk di lima kursi yang sekarang sudah
hancur dan menyerupai setumpuk korek emas.
Sementara Mr. Weasley membenahi kerusakan dan Hagrid tak berhenti meminta maaf, Harry kembali
ke depan dan menemukan Ron sedang berhadapan dengan penyihir paling aneh. Dengan rambut putih
sepanjang bahu, ia memakai topi yang jumbainya menyentuh hidungnya, dan jubah berwarna kuning telur
yang menyakitkan mata.
” Xenophilius Lovegood,” katanya sambil mengulurkan tangan pada Harry, ”aku dan putriku tinggal di
seberang bukit, baik sekali keluarga Weasley mau mengundang kami. Apakah kau mengenal Luna?”
tanyanya pada Ron.
”Ya,” kata Ron, ”bukankah tadi dia bersamamu?”
”Dia pergi ke kebun kecil yang menarik itu, ingin menyapa jembalang, bukankah itu sebuah investasi
berharga! Hanya beberapa penyihir yang bisa belajar kearifan pada jembalang – atau lebih baik kita
menyebutnya dengan nama mereka yang sebenarnya –
Gernumbli gardensi.
”Kami tahu beberapa nama yang bagus untuk mereka,” kata Ron, ”tapi kurasa Fred dan George sudah
memakainya.”
Ron mengantar beberapa warlock saat Luna datang.
”Hallo, Harry!” kata Luna.
”Er – namaku Barny,” kata Harry terkejut.
”Kau mengubah namamu juga?” tanya Luna ceria.
 ”Bagaimana kau bisa tahu?”
“Oh, aku mengenali ekspresimu.”
Seperti ayahnya, Luna memakai jubah berwarna kuning terang dan menghiasi rambutnya dengan bunga
matahari besar. Karena sudah terbiasa dengan tingkah aneh Luna, melihatnya sekarang seperti
berpakaian cukup normal. Untung saja tidak ada lobak yang menggantung menjadi pengganti
anting-anting.
Xenophilius yang sedang berbicara serius dengan seorang kenalannya, tidak memperhatikan
pembicaraan Luna dan Harry. Setelah berpisah dari penyihir itu, ia kembali menemui putrinya yang
langsung mengacungkan jari dan berkata,
”Dad, lihat – tadi ada jembalang yang menggigitku!”
”Hebat! Liur jembalang punya banyak kegunaan!” kata Mr. Lovegood, memegang tangan Luna yang
terluka dan memeriksa luka yang berdarah itu. ”Luna, sayangku, bila kau merasakan sebuah bakat yang
tumbuh hari ini – keinginan untuk menyanyi opera atau berpuisi dalam bahasa Mermish, mungkin – jangan
ditahan! Mungkin saja kau telah diberkati oleh
Gernumbli
!”
Ron, yang melewati mereka langsung mendengus keras.
”Ron, kau boleh saja tertawa,” kata Luna tenang, saat Harry mengantarkan menuju kursi mereka, ”tapi
Dad sudah banyak meneliti tentang kemampuan sihir
Gernumbli.
”Benarkah?” kata Harry, yang tidak memiliki keinginan untuk menantang cara berpikir Luna dan
ayahnya yang aneh. ”Kau yakin tidak ingin memberikan sesuatu pada bekas gigitan itu?”
”Ah, tidak usah,” kata Luna sambil memasukkan jarinya ke dalam mulut dan memandangi Harry dari
atas ke bawah. ”Kau kelihatan pintar. Aku sudah bilang pada ayah kalau semuanya akan memakai jubah
pesta, tapi dia yakin seharusnya kita menggunakan warna kuning bila ingin ke pesta pernikahan, untuk
keberuntungan.”
Saat Luna pergi mengikuti ayahnya, Ron muncul dengan seorang wanita tua yang menggamit tangannya.
Hidungnya yang seperti paruh, lingkaran merah di matanya, dan topi merah muda berbulu, membuatnya
seperti burung flamingo yang sedang marah.
”… dan rambutmu terlalu panjang Ronald, tadi kukira kau Ginevra. Demi jenggot Merlin, apa yang
Xenophilius pakai? Dia jadi seperti telur dadar. Dan siapa kau?” bentaknya pada Harry.
“Oh iya, Bibi Muriel, ini sepupu kami, Barny.”
“Weasley yang lain? Kalian berkembang seperti jembalang. Bukankah Harry Potter ada di sini? Aku
berharap bisa bertemu dengannya. Kukira dia temanmu, Ronald, atau kau hanya membual?’
”Tidak – dia tidak bisa datang.”
”Ehm. Hanya alasan, kan? Sepertinya dia tidak seberani seperti yang ditulis di koran. Aku yang
menganjurkan agar sebaiknya sang pengantin memakai tiaraku,” jelasnya pada Harry. “Buatan goblin,
kau tahu, dan sudah ada pada keluargaku selama berabad-abad. Gadis itu cantik, tapi tetap saja –
orang
 Perancis
. Antarkan aku ke tempat duduk yang bagus, Ronald, aku sudah seratus tujuh dan tidak boleh
terlalu lama berdiri.”
Ron memberi pandangan penuh arti pada Harry saat pergi dan tidak kembali untuk beberapa wakut.
Saat Ron kembali, Harry sudah mengantarkan selusin orang ke tempat masing-masing. Tenda itu sudah
hampir penuh dan sudah tak ada barisan lagi di depan tenda.
”Muriel itu mimpi buruk,” kata Ron sambil mengusap dahinya dengan lengan jubah. ”Untung saja dia
hanya datang saat Natal. Dia marah sekali saat Fred dan George menaruh Bom Kotoran di bawah
kursinya saat makan malam. Dad selalu berkata bahwa mereka tidak akan menerima warisan dari Bibi
Muriel – seperti mereka peduli saja. Mereka kan sudah kaya, dengan apa yang mereka kerjakan…
wow!” Ron berkedip beberapa kali ke arah Hermione yang mendatangi mereka. “Kau tampak hebat!”
“Selalu dengan nada terkejut,” kata Hermione tersenyum. Hermione memakai jubah ringan berwarna
lembayung yang sesuai dengan sepatunya. Rambutnya halus dan berkilau. “Bibi Muriel tidak sependapat
denganmu. Aku bertemu dengannya di tangga saat ia akan memberikan tiaranya pada Fleur. Dia bilang ‘
Oh, jadi ini si gadis kelahiran Muggle itu?
’ lalu ‘
Postur tubuhmu jelek dan kakimu terlalu kurus’
.”
“Jangan diambil hati, dia memang kasar pada setiap orang,” kata Ron.
”Membicarakan Muriel?” tanya George yang baru muncul dari dalam tenda bersama Fred. ”Dia bilang
telingaku besar sebelah. Seandainya paman Bilius masih ada, walau ia akan menjadi bahan tertawaan.”
”Bukankah dia yang melihat Grim dan meninggal dua puluh empat jam kemudian?” Tanya Hermione.
”Ya, dia meninggal dengan sedikit aneh,” aku George.
”Tapi sebelum dia gila, dia selalu menjadi biang pesta,” kata Fred. ”Biasanya dia akan menghabiskan
sebotol Firewhisky dan langsung ke lantai dansa, mengangkat jubahnya, dan mengeluarkan bunga
dari…”
”Sepertinya orang yang menyenangkan,” kata Hermione, sementara Harry tertawa keras.
”Aku tidak akan menikah, untuk beberapa alasan,” kata Ron.
”Kau membuatku takjub Ron,” kata Hermione.
Semuanya tertawa hingga tidak memperhatikan seseorang yang datang terlambat, seorang pria muda
berambut gelap, berhidung bengkok, dan beralis hitam tebal, sampai ia menyodorkan undangan ke Ron
dan memandangi Hermione berkata, ”Kau kelihatan luar biasa!”
”Viktor!” Hermione terkejut sampai menjatuhkan tas manik-maniknya, yang bersuara terlalu keras, tidak
sesuai dengan ukurannya. Ia beringsut mengambilnya dan berkata, ”Aku tidak tahu kau akan – ya ampun
– senang bisa bertemu – apa kabar?”
Kuping Ron memerah. Setelah melihat undangan tapi tidak percaya, Ron bertanya dengan nada yang
terlalu tinggi,
”Bagaimana kau bisa kemari?”
“Fleur mengundangku,” kata Krum sambil mengangkat alisnya.
Harry, yang tidak punya dendam terhadap Krum, menjabat tangannya. Lalu, merasa perlu menjauhkan
 Krum dari Ron, Harry menawarkan diri untuk mengantarkannya ke tempat duduk.
”Temanmu sepertinya tidak senang melihatku,” kata Krum, saat memasuki tenda. ”Atau saudaramu?”
tambahnya saat melihat ke rambut Harry yang merah dan keriting.
”Sepupu,” gumam Harry, tapi Krum tidak mendengarkan.
Kedatangannya menyebabkan sebuah keributan, terutama di antara sepupu Veela. Karena Krum
memang seorang pemain Quidditch terkenal. Sementara orang-orang masih menjulurkan leher mereka
agar bisa melihat Krum, Ron, Hermione, Fred, dan George terburu-buru memasuki tenda.
”Saatnya duduk,” kata Fred pada Harry, ”atau kita akan diinjak sang pengantin.”
Harry, Ron, dan Hermione duduk di barisan kedua, di belakang Fred dan George. wajah Hermione
masih bersemu dan kuping Ron masih merah. Setelah beberapa saat, Ron membisiki Harry,
“Apa kau perhatikan kalau dia menumbuhkan jenggot kecil bodoh itu?”
Harry menggerutu tidak tahu.
Rasa tidak sabar sudah memenuhi tenda yang hangat, dengung obrolan berkurang saat terdengar tawa
sopan yang terdengar gembira. Mr dan Mrs. Weasley berjalan di atas karpet, tersenyum dan
melambaikan tangan pada keluarga. Mrs. Weasley memakai jubah baru berwarna nila yang sesuai
dengan topinya.
Sesaat kemudian Bill dan Charlie berdiri di depan. Keduanya memakai jubah pesta dengan mawar putih
besar di setiap lubang kancingnya. Fred bersiul dan membuat sepupu Veela terkikik. Semua orang
terdiam saat musik dimainkan, yang sepertinya berasal dari balon-balon emas.
“Oooh!” kata Hermione yang berputar di tempat duduknya, melihat ke arah pintu masuk.
Banyak orang yang mendesah terkesan saat Monsieur Delacour dan Fleur berjalan masuk di atas
karpet. Fleur memakai gaun putih yang sangat sederhana dan berkilau keperakan. Biasanya sinar auranya
akan membuat orang lain tampak redup, tapi hari ini semua orang menerima sebagian kecantikannya.
Ginny dan Gabrielle, keduanya memakai gaun emas, terlihat lebih cantik dari biasanya. Dan saat Fleur
sampai di depan, Bill tampak seperti tidak pernah bertemu dengan Fenrir Greyback.
”Tuan dan nyonya,” Harry terkejut melihat dari siapa suara itu berasal.
Orang dengan rambut yang menipis, orang yang sama yang memimpin upacara pemakaman
Dumbledore, orang yang kini berdiri di depan Bill dan Fleur.
”Kita berkumpul pada hari ini untuk merayakan penyatuan dua jiwa…”
“Ya, tiaraku membuat semua tampak bagus,” kata Bibi Muriel dalam bisikan. “Tapi kurasa gaun Ginevra
terlalu pendek.”
Ginny menoleh, lalu tersenyum dan mengedip pada Harry, lalu kembali menghadap ke depan. Pikiran
Harry terbang keluar dari tenda dan kembali pada sore saat ia menghabiskan waktu berduaan bersama
Ginny di sekolah. Rasanya sudah lama sekali dan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Rasanya seperti
mencuri waktu yang berharga dari seseorang, seseorang yang tidak memiliki bekas luka seperti petir di
dahi.
 “Apakah kau, William Arthur, menerima Fleur Isabelle…“
Di barisan depan, Mrs. Weasley dan Madame Delacour terisak dalam sapu tangan berenda mereka.
Suara seperti terompet terdengar dari arah belakang, yang menandakan bahwa Hagrid sudah
mengeluarkan sapu tangan berukuran taplak miliknya. Hermione menoleh dan Harry dapat melihatnya,
mata Hermione juga dipenuhi air mata.
“… dan aku nyatakan kalian sebagai suami istri.”
Pria berambut tipis itu mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi melampaui kepala Bill dan Fleur dan hujan
bintang perak turun melingkari dua orang yang baru saja disumpah. Saat Fred dan George mulai
bertepuk tangan, balon-balon emas meletus dan berubah menjadi burung-burung dan lonceng-lonceng
emas kecil.
”Tuan dan nyonya!” kata pria berambut tipis itu. ”Tolong Anda sekalian berdiri!”
Semua orang berdiri, Bibi Muriel menggerutu keras. Pria itu mengayunkan tongkatnya. Kursi-kursi yang
tadi diduduki melayang anggun keluar saat dinding kanvas tenda menghilang, meninggalakan kanopi yang
disangga oleh tiang-tiang emas, memperlihatkan pemandangan daerah perkebunan yang indah di bawah
sinar matahari sore. Lalu, emas cair mengalir dari tengah tenda membentu lantai dansa yang berkilau.
Kursi-kursi yang melayang tadi kembali dengan meja bertaplak putih, membentuk grup-grup kecil.
Semuanya melayang anggun dan menyentuh tanah perlahan. Anggota band berjaket emas berjalan
menuju podium.
”Bagus sekali,” aku Ron.
Para pelayan muncul sambil membawa nampan perak berisi jus labu, Butterbeer, dan Firewhisky,
sementara nampan lain berisi kue tart dan sandwich.
“Kita harus memberi selamat pada mereka!” kata Hermione yang berjinjit mencoba mencari Bill dan
Fleur yang sudah dikelilingi oleh orang yang ingin memberi selamat.
“Kita akan punya waktu nanti,” kata Ron yang mengambil tiga gelas Butterbeer dari nampan yang lewat
dan memberikan segelas pada Harry.
”Hermione, ayo, kita cari meja dulu… jangan di sana! Jangan dekat-dekat Muriel.”
Ron berjalan melewati lantai dansa, menoleh ke kanan dan kiri, Harry yakin Ron sedang menjauhkan diri
Krum. Saat mereka sudah memutari tenda, hampir seluruh meja sudah ditempati, yang kosong hanya
meja di mana Luna duduk sendiri.
”Boleh bergabung?” tanya Ron.
”Oh, ya,” kata Luna senang. ”Dad baru saja pergi untuk memberikan hadiah kami pada Bill dan Fleur.”
”Apa itu? Persediaan Gurdyroot seumur hidup?”
Hermione ingin menendang kaki Ron tapi malah kaki Harry yang kena. Membuat Harry merintih
kesakitan dan tidak mendengar percakapan selanjutnya. Band sudah mulai bermain musik. Bill dan Fleur
turun ke lantai dansa untuk pertama kali, diiringi oleh tepuk tangan meriah. Lalu Mr. Weasley mengajak
 madame Delacour turun ke lantai dansa yang diikuit oleh Mrs. Weasley dan ayah Fleur.
”Aku suka lagu ini,” kata Luna mengikuti musik waltz dan beberapa detik kemudian dia berdiri dan
meluncur ke lantai dansa, di mana dia berputar di satu titik dengan mata tertutup dan mengayunkan
tangnnya.
”Dia hebat, ya,” kata Ron kagum. ”Selalu tau saat yang tepat.”
Tapi senyum Ron langsung menghilang karena Viktor Krum langsung duduk di kursi Luna. Hermione
terlihat senang, tapi kali ini Krum datang tidak untuk memujinya. Dengan wajah marah Krum berkata,
”Siapa pria dengan baju kuning itu?”
”Xenophilius Lovegood, ayah dari teman kami,” kata Ron. Nada dari kalimat Ron menunjukkan agar
tidak menertawakan Xenophilius, dan jelas, menantang.
”Ayo berdansa,” tambah Ron pada Hermione.
Hermione menoleh dan kelihatan senang, ia berdiri, dan mereka berdua menghilang di tengah-tengah
kumpulan orang yang ada di lantai dansa.
”Ah, mereka bersama sekarang?”
”Er – sepertinya,” kata Harry.
”Siapa kau?” tanya Krum.
”Barny Weasley.”
Mereka berjabat tangan.
”Barny – kau kenal dengan Lovegood itu?”
”Tidak juga, aku baru bertemu dengannya hari ini. Mengapa?”
Krum melihat dari atas gelasnya, memperhatikan Xenophilius yang sedang berbicara dengan beberapa
warlock di sebrang lantai dansa.
”Karena,” kata Krum, ”jika dia bukan tamu Fleur, aku akan berduel dengannya, di sini, saat ini juga,
karena telah memakai lambang kejahatan itu di dadanya.”
”Lambang?” kata Harry yang akhirnya memandangi Xenophilius juga. Tanda segitiga aneh berkilau di
dadanya. ”Mengapa? Apa yang salah dengan itu?”
”Grindelvald. Itu lambang Grindelvald.”
”Grindelwald… Penyihir hitam yang dikalahkan Dumbledore?”
”Tepat.”
Otot di rahang Krum mengeras, dan ia berkata,
 ”Grindelvald membunuh banyak orang, termasuk kakekku. Tapi dia tidak pernah menjamah negeri ini,
dia bilang dia takut pada Dumbledore – dan jelas, saat dia dikalahkan. Tapi itu,” Krum menunjuk
Xenophilius. ”Itu adalah lambang Grindelvald. Aku langsung mengenalinya. Grindelvald mengukirnya di
dinding di Durmstrang saat dia masih menjadi murid di sana. Beberapa idiot memakai lambang itu di buku
dan pakaian mereka, berpikir bisa membuat orang lain kagum – sampai mereka diajari oleh orang yang
telah kehilangan keluarga karena Grindelvald.”
Krum mengepalkan tangannya berlagak mengancam dam masih memandangi Xenophilius. Harry merasa
bingung. Sepertinya tidak mungkin ayah Luna menjadi pendukung seorang Penyihir Hitam dan tak
seorang pun di dalam tenda bermasalah dengan tanda segitiga yang seperti huruf Rune itu.


To be continue...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog