Jumat, 14 Oktober 2011

Harry Potter and The Deathly Hallows Bab 26 Part 2

BAB 26 Part 2
GRINGOTTS

Goblin yang lain datang tergesa-gesa menuju meja.
“Kita punya instruksi,“ katanya sambil menghormat kearah Hermione.  “Maafkan saya, Madam, tapi ada
perintah khusus berkaitan dengan lemari besi keluarga Lestrange.“
Dia segera berbisik ke telinga Bogrod, tapi si goblin di bawah kutukan imperius itu menggeleng.
“Aku mengerti instruksi itu, tapi Madam Lestrange perlu ke lemari besinya...keluarga yang amat
tua...klien lama...sebelah sini, silakan...“
Dan, masih gemerincing, dia bergegas menuju salah satu pintu di aula.  Harry memandang Travers lagi,
yang masih terpaku di tempat, kelihatan bengong yang tidak wajar, dan mengambil keputusan.  Dengan
sentilan tongkatnya ia membuat Travers bergerak bersama mereka, berjalan dengan taat di belakang,
sesampai mereka di pintu dan memasuki jalan berbatu kasar dibaliknya, yang diterangi obor menyala.
“Kita dalam masalah, mereka curiga,“ kata Harry ketika pintu berdebam di belakangnya dan ia menarik
jubah gaib.  Griphook melompat dari bahunya:  baik Travers maupun Bogrod tak menunjukkan
keterkejutan pada pemunculan Harry Potter di tengah-tengah mereka secara tiba-tiba.  “Mereka
dibawah kutukan Imperius,“ dia menambahkan, sebagai respon atas kebingungan Hermione dan Ron
terhadap Travers dan Bogrod, yang keduanya berdiri dengan hampa.  “Aku tak tahu apakah telah
melakukannya dengan cukup kuat, aku tak yakin...“
Dan ingatan lain tiba-tiba muncul di kepalanya, Bellatrix Lestrange yang asli berteriak kepadanya saat
pertama kali ia mencoba menggunakan Kutukan-Tak-Termaafkan:  “Kau harus benar-benar
menginginkannya, Potter!“
“Apa yang harus kita lakukan?“ tanya Ron.  ”Haruskah kita keluar sekarang, selagi masih mungkin?“
“Kalau bisa,“ kata Hermione, menoleh ke belakang kearah pintu menuju aula utama, dimana tak ada
yang tahu apa yang sedang terjadi.
“Kita sudah sejauh ini, menurutku kita teruskan,“ usul Harry.
“Bagus!“  ujar Griphook.  “Jadi kita perlu Bogrod untuk mengendalikan kereta; aku tidak lagi mempunyai
otoritas itu, tapi takkan ada tempat untuk penyihir.“
Harry mengarahkan tongkat pada Travers.“
“Imperio!“
Penyihir itu berputar dan mulai melangkah cepat sepanjang jalan gelap.
“Apa yang kau perintahkan padanya?”
 ”Bersembunyi,” kata Harry lalu mengarahkan tongkatnya pada Bogrod, yang bersiul untuk memanggil
kereta kecil yang datang menggelinding sepanjang jalur di depan mereka, muncul dari kegelapan.  Harry
yakin telah mendengar teriakan di aula utama belakang mereka ketika mereka semua memanjat dengan
susah payah ke dalam kereta, Bogrod di depan Griphook, sementara Harry, Ron dan Hermione berjejal
di belakang.

Dengan satu sentakan kereta mulai berjalan, semakin menambah kecepatan:  Mereka melewati Travers
dengan cepat, yang menggeliat menjejalkan diri kedalam retakan di dinding, lalu kereta mulai berputar
dan berbelok menuju jalan-jalan labirin, terus-menerus miring ke bawah.  Harry tak bisa mendengar
apapun selain bunyi derak kereta yang melaju di atas jalur:  Rambutnya melambai di belakangnya ketika
mereka berbelok dengan tiba-tiba melewati stalagtit, semakin jauh kedalam bumi, tapi dia masih juga
terus-menerus mencuri pandang ke belakang.  Mereka mungkin telah meninggalkan jejak besar di
belakang, semakin dia memikirkannya, semakin konyol rasanya penyamaran Hermione sebagai Bellatrix,
membawa-bawa tongkatnya, ketika para
Death Eater
tahu siapa yang mencurinya—
Mereka masuk lebih dalam daripada yang Harry pernah masuki; mereka melewati tikungan tajam dengan
cepat, dan melihat di depan mereka, dalam hitungan detik, air terjun deras menghujani jalur kereta.
Harry mendengar Griphook berteriak, “Tidak!” tapi kereta tidak berhenti.  Mereka terus bergerak
dengan kecepatan tinggi memasukinya.  Air memenuhi mata dan mulut Harry:  Dia tidak bisa melihat
maupun bernafas.
Lalu, dengan goncangan tak karuan, kereta itu terbalik dan mereka semua terlempar keluar.  Harry
mendengar kereta menabrak dinding dan hancur berkeping-keping, mendengar Hermione meneriakkan
sesuatu, dan merasakan dirinya sendiri meluncur kembali ke tanah, seakan tak berbobot, mendarat di
lantai berbatu tanpa rasa sakit.
“M—Mantra Pemantul,” Hermione berbicara dengan gagap, Ron menariknya hingga berdiri, tapi dengan
ngeri Harry menyadari bahwa ia bukan lagi Bellatrix; sebagai gantinya muncul Hermione dengan jubah
terlalu besar, basah kuyup dan benar-benar telah menjadi dirinya sendiri; Ron sudah berambut merah dan
tanpa jenggot lagi.  Mereka menyadarinya ketika saling memandang, merasakan wajah mereka sendiri.
“Penghambat Pencuri!” seru Griphook, berdiri dengan susah payah dan memandang kembali air bah
diatas rel kereta, yang, Harry sadari sekarang, ternyata tidak sekedar air.  “Itu membersihkan semua
mantra dan sihir tersembunyi!  Mereka tahu ada penyusup di Gringotts, mereka telah memulai pertahanan
melawan kita!”
Harry melihat Hermione sedang memeriksa tas manik-maniknya, dan ia sendiri segera memasukkan
tangan ke dalam jaket untuk memastikan ia tak kehilangan jubah gaib.  Lalu ia menoleh dan melihat
Bogrod menggoyang-goyang kepalanya:  Penghambat Pencuri tampaknya telah mengangkat kutukan
imperius dari dirinya.
“Kita butuh dia,” kata Griphook, “kita tidak bisa masuk lemari besi tanpa goblin Gringotts.  Dan kita
perlu Logam Gerincing.”
“Imperio!”  Harry memantrai lagi; suaranya bergema di jalan berbatu dan merasakan lagi sensasi keras
yang mengalir dari pikirannya ke tongkat.  Bogrod patuh lagi pada kemauannya, ekspresi bingungnya
berubah menjadi sikap acuh tak acuh yang sopan, Ron segera mengambilkan tas kulit berisi benda-benda
logam.
“Harry, kurasa aku mendengar orang datang,” kata Hermione dan dia mengarahkan tongkat Bellatrix
pada air terjun dan berteriak, “Protego!”.  Mereka melihat Mantra Pelindung membelah aliran air sihir itu
 saat mengguyur jalan.
“Ide yang bagus,” kata Harry,  “Tunjukkan jalannya, Griphook!”
“Bagaimana caranya kita keluar lagi?” tanya Ron saat mereka bergegas berjalan kaki ke dalam
kegelapan mengikuti Griphook, Bogrod terengah-engah di belakang mereka seperti anjing tua.
“Kita pikirkan nanti saja kalau sudah saatnya,” kata Harry.  Dia mencoba mendengarkan: Ia merasa
mendengar sesuatu bergerincing dan bergerak dekat di sekitar mereka.  “Griphook, apa masih jauh?”
“Tak jauh, Harry Potter, tak jauh….”
Mereka berbelok di pojok dan melihat sesuatu yang sebenarnya Harry sudah bersiap diri, tapi masih juga
mereka mendadak berhenti.


Seekor naga raksasa terikat rantai ke lantai di tanah depan mereka, menghalangi jalan masuk menuju
empat atau lima lemari besi terdalam di tempat itu.  Sisik makhluk itu berubah pucat dan pecah-pecah
selama pengurungan yang begitu lama di bawah tanah, matanya memucat merah jambu; kedua kaki
belakangnya dipasangi semacam manset berat yang dihubungkan rantai dengan pasak sangat besar yang
terpancang jauh ke dalam lantai berbatu.  Sayapnya yang besar, terlipat di dekat tubuhnya, akan
memenuhi ruangan jika ia merentangkannya, dan ketika ia menolehkan kepalanya ke arah mereka, ia
berkoar dengan suara ribut yang membuat batu-batu bergetar, lalu ia membuka mulut, dan
menyemburkan api yang membuat mereka semua berlari kembali ke jalan naik.
“Ia setengah buta,” kata Griphook terengah-engah, “tapi itu justru membuatnya lebih buas.
Bagaimanapun kita diharuskan mengendalikannya.  Ia telah mengetahui apa yang menantinya ketika
Logam Gerincing datang.  Berikan padaku Logamnya.“
Ron memberikan tas kepada Griphook, dan goblin itu mengambil beberapa alat-alat logam kecil yang
jika digerakkan menimbulkan suara gemerincing yang panjang seperti miniatur palu pada landasan besi
tempa.  Griphook membagi-bagikannya, Bogrod menerimanya dengan patuh.
“Kalian tahu apa yang harus dilakukan,“ Griphook berkata pada Harry, Ron dan Hermione. “Mungkin
akan terasa sakit ketika mendengar suaranya, tapi ia akan mundur dan Bogrod harus meletakkan
tangannya pada pintu lemari besi.“
Mereka bergerak maju di sekitar tikungan lagi, menggoyangkan kunci-kunci dan suaranya bergema di
dinding berbatu, semakin besar sampai-sampai isi tengkorak Harry seperti ikut bergetar bersama
ruangan.  Naga itu meraung lagi, lalu mundur.  Harry bisa melihatnya gemetar, dan saat mereka mendekat
dia melihat bekas luka karena sayatan yang jelek di wajah naga itu dan menduga ia pasti diajar untuk
takut pada pedang panas ketika mendengar suara Logam Gerincing.

“Suruh dia menekan tangannya pada pintu,“ Griphook mengingatkan Harry, yang segera mengarahkan
tongkatnya lagi pada Bogrod.  Goblin tua itu menurut, menekan telapak tangannya pada pintu kayu, dan
pintu lemari besi meleleh menampilkan ruangan seperti gua yang penuh berjejalan koin-koin emas dan
piala-piala, baju besi perak, kulit makhluk-makhluk aneh –beberapa dengan duri-duri panjang, lainnya
dengan sayap-sayap rontok—ramuan dalam botol berkilau dan sebuah tengkorak yang masih memakai
mahkota.
“Cepat, cari!“ kata Harry saat mereka bergegas masuk ke dalamnya.  Dia telah menggambarkan bentuk
Piala Hufflepuff kepada Ron dan Hermione, tapi jika itu yang lain, Horcrux tak diketahui yang terdapat di
 ruangan ini, ia tak tahu seperti apa bentuknya.  Bagaimanapun Harry hampir tak punya waktu untuk
memandang sekeliling, sebelum suara bising menutup dari belakang mereka:  Pintu telah muncul kembali,
mengunci mereka di dalam lemari besi dan mereka terjebak dalam kegelapan total.
“Jangan kuatir, Bogrod akan mengeluarkan kita!“ kata Griphook ketika Ron berteriak terkejut.
“Nyalakan tongkat kalian, bisa kan?  Dan cepatlah, waktu kita hanya sedikit!“
“Lumos!“
Harry menyinari sekitar lemari besi dengan tongkatnya yang menyala.  Cahayanya menerpa perhiasan
yang berkilau; dia melihat pedang Gryffindor palsu tergeletak diatas rak tinggi diantara rantai yang
campur aduk.  Ron dan Hermione juga menyalakan tongkat mereka, dan sekarang sedang memeriksa
tumpukan benda-benda di sekitar mereka.
“Harry, apakah ini --?  Aahh!“
Hermione menjerit kesakitan, Harry langsung mengarahkan tongkat kepadanya dan melihat piala permata
berguling dari pegangannya.  Tapi saat piala itu jatuh, ia membelah, berubah menjadi hujan piala, sehingga
sedetik kemudan, dengan bunyi gemerincing yang berisik, lantai tertutup piala-piala identik di semua
penjuru, yang asli tak mungkin dibedakan lagi.
“Piala itu membakarku!“ rintih Hermione, mengibas-ngibaskan tangan yang melepuh.
“Mereka pasti menambahkan Kutukan Pengganda dan Pembakar,“ kata Griphook.
“Semua yang kau sentuh akan terbakar dan menjadi banyak, tapi tiruannya tidak berharga—jika kalian
meneruskan memegang harta, kalian akhirnya akan hancur menuju kematian karena tertimbun emas yang
terus bertambah.“
“Oke, jangan menyentuh apapun!“  kata Harry putus asa, tapi bahkan saat ia mengatakannya, Ron tak
sengaja menyentuh salah satu piala dengan kakinya, dan duapuluh piala lagi muncul ketika Ron melompat
di tempat, sebagian sepatunya terbakar karena bersentuhan dengan logam panas.
“Tetap disitu, jangan bergerak!“ kata Hermione sambil mencengkeram Ron.
“Cukup lihat saja sekeliling!“ kata Harry.  “Ingat piala itu kecil dan emas, ada lambang terukir di atasnya,
dua pegangan –lihat juga barangkali kalian menemukan lambang Ravenclaw di suatu tempat, elang—.“
Mereka mengarahkan tongkat ke setiap sudut dan celah, berputar di tempat dengan hati-hati.  Sangat
tidak mungkin tidak menyentuh apapun:  Harry menambahkan segunung galleon palsu bersama
piala-piala, dan sekarang sulit sekali mendapatkan tempat untuk kaki mereka, dan emas  berkilau
menyala karena panas, sehingga lemari besi itu terasa seperti tungku.  Nyala tongkat Harry melewati
pelindung dan helm buatan-goblin tergeletak dirak yang tergantung di langit-langit; ia mengangkat sinar
semakin tinggi, hingga akhirnya ia menemukan sebuah benda yang membuat jantungnya berdegup
kencang dan tangannya berkeringat.
“Itu dia, di atas sana!“


Ron dan Hermioe mengarahkan tongkat mereka kesana juga, sehingga piala emas kecil itu berkilau
diterpa sinar-tiga-penjuru:  piala yang merupakan milik Helga Hufflepuff, yang berpindah menjadi milik
Hebzibah Smith, dari siapa Tom Riddle telah mencurinya.
 ”Dan bagaimana kita bisa naik ke sana tanpa menyentuh apapun?”  tanya Ron.
“Accio piala!” raung Hermione, yang karena putus asa telah melupakan kata-kata Griphook saat sesi
perencanaan.
“Tak ada gunanya, tak ada gunanya!”  teriak Griphook.
“Lalu apa yang harus kita lakukan?”  tanya Harry, memandang dengan marah kepada si Goblin,  “Jika
kau ingin pedang itu, Griphook, kau harus membantu kami lebih dari –tunggu!  Bisakah aku memegang
benda dengan pedang itu?  Hermione, berikan pedangnya!“
Hermione meraba ke dalam jubahnya, menarik keluar tas manik-manik, menggeledah sebentar, lalu
memindahkan pedang berkilau.  Harry menangkap pangkal pedang yang berwarna merah tua itu dan
menyentuhkan ujung mata pedangnya ke sebuah botol besar perak di dekatnya, yang ternyata tidak
bertambah banyak.
“Kalau aku bisa menusukkan pedang melalui pegangan piala –tapi bagaimana aku bisa naik kesana?“
Rak tempat piala itu bertengger sangat jauh dari jangkauan mereka, bahkan juga Ron, yang tubuhnya
paling tinggi.  Panas dari harta karun sihir itu semakin membumbung ke angkasa.  Keringat membanjiri
wajah dan punggung Harry saat dia berusaha memikirkan cara untuk naik menuju piala; lalu dia
mendengar sang naga meraung di sisi lain pintu lemari besi, dan suara gemerincing terdengar semakin
keras.
Mereka benar-benar terjebak sekarang:  Tak ada jalan lain kecuali lewat pintu, dan sekelompok goblin
tampaknya semakin mendekat di balik pintu.  Harry memandang Ron dan Hermione dan terlihat ekspresi
ngeri di wajah keduanya.
“Hermione,“ panggil Harry, ketika suara gemerincing semakin dekat.  “Aku harus naik kesana, kita harus
membebaskan diri dari ini—“
Hermione mengangkat tongkatnya, mengarahkannya pada Harry dan berbisik, “Levicorpus.”
Tergantung terbalik di pergelangan kakinya, Harry terangkat ke udara, menabrak setelan baju besi dan
tiruannya menyembur keluar seprti tubuh-tubuh putih panas, berjejalan mengisi ruangan.  Dengan teriakan
kesakitan, Ron, Hermione dan kedua goblin terdorong kesamping mengenai benda-benda lain, yang juga
mulai berduplikasi.
Setengah terkubur dalam gunungan arus harta yang panas memerah, mereka berjuang dan berteriak,
Harry menusukkan pedang melalui pegangan piala Hufflepuff, mengaitkannya ke mata pedang.
“Impervius!”  jerit Hermione berusaha melindungi dirinya, Ron dan kedua goblin dari logam yang
membara. Lalu jeritan yang sangat mengerikan membuat Harry memandang ke bawah:  Ron dan
Hermione tenggelam sebatas pinggang, berjuang mencegah Bogrod agar tidak terkubur dalam gunungan
harta, tapi Griphook sudah tidak kelihatan; hanya sedikit ujung jari panjangnya yang terlihat.
Harry menangkap jari Griphook dan menariknya.  Goblin yang melepuh itu muncul sedikit demi sedikit,
melolong.
“Liberatocorpus!”  teriak Harry, dan dengan dentuman keras ia dan Griphook mendarat di permukaan
 harta yang terus membengkak, lalu pedang Gryffindor lepas dari tangan Harry.
“Ambil itu!”  Harry berteriak, melawan rasa sakit di kulitnya karena panas logam, ketika Griphook
memanjat ke bahunya lagi, berusaha menghindar dari benda-benda panas kemerahan yang terus-menerus
bertambah.  “Dimana pedangnya?  Ada pialanya!”
Suara gemerincing di balik pintu semkin memekakkan telinga –sudah terlambat--.
“Disana!”
Griphooklah yang melihatnya dan dia jugalah yang sekonyong-konyong bergerak cepat, dengan segera
Harry menyadari bahwa goblin itu tak pernah mengharapkan mereka memegang janjinya.  Satu tangan
berpegang kuat pada segenggam rambut Harry, untuk memastikan dia tidak jatuh ke dalam lautan emas
membara, Griphook menangkap gagang pedang dan mengayunkannya tinggi di atas jangkauan Harry.
Piala emas kecil, yang pegangannya ditusuk mata pedang itu, terlempar ke udara.  Goblin itu duduk
mengangkangi Harry, Harry menukik dan menangkap piala, dan walaupun ia bisa merasakannya
membakar dagingnya, ia tak mau melepaskan, bahkan ketika tak terhitung banyaknya piala Hufflepuff
menyembur dari genggamannya, membanjirinya ketika pintu masuk lemari besi terbuka lagi dan ia
merasakan dirinya terlincir tak terkendali diatas longsoran emas dan perak menyala-menyala yang terus
membengkak dan mendorong dia, Ron dan Hermione keluar ruangan.
Hampir tak menyadari rasa sakit yang membakar tubuhnya, dan masih bergerak bersama duplikat harta
yang terus membengkak, Harry memasukkan piala ke dalam sakunya, meraih-raih untuk mendapatkan
kembali pedang Gryffindor, tapi Griphook telah menghilang.  Meluncur dari bahu Harry saat ia masih
sempat, Griphook berlari untuk berlindung diantara goblin yang mengelilinginya, mengayunkan pedang
dan berteriak,
“Pencuri!  Pencur!  Tolong!  Pencuri!”  Dia menghilang di tengah kerumunan yang mendekat, yang
semuanya memegang pisau belati dan yang langsung bersedia menerimanya tanpa bertanya-tanya.
Tergelincir di logam panas, Harry berusaha untuk berdiri dan menyadari bahwa satu-satunya jalan keluar
adalah melewati mereka.
“Stupefy!”  ia berteriak, Ron dan Hermione bergabung:  kilatan cahaya merah berkelebatan diantara
kerumunan goblin, beberapa tumbang tapi lainnya bertahan, dan Harry melihat beberapa penyihir berjaga
di sekitar tikungan.
Sang naga yang terikat meraung, dan api menyembur ke arah goblin;  para penyihir melarikan diri,
menunduk, kembali menuju jalan masuk, dan sebuah inspirasi, atau kegilaan, muncul di kepala Harry.
Mengarahkan tongkatnya pada manset tebal yang mengikat makhluk itu ke lantai, dia berteriak,
“Relashio!”
Manset itu pecah dengan suara keras.
“Sebelah sini!”  teriak Harry, dan masih melancarkan Mantra Pemingsan ke arah goblin yang mendekat,
dia berlari ke arah naga buta.
“Harry –Harry—apa yang kau lakukan?” jerit Hermione.
“Naik sini, ayo, cepat—“

 Naga itu tak menyadari kebebasannya:  Kaki Harry merasakan lekukan kaki belakang naga dan dia
memanjat ke punggungnya.  Sisiknya sekeras baja; makhluk itu bahkan seperti tidak merasakan
kehadirannya.  Harry merentangkan lengan;  Hermione menaikkan tubuhnya ke atas;  Ron memanjat di
belakangnya, dan sedetik kemudian sang naga menyadari ia tak lagi terikat.
Dengan satu raungan dia berdiri di kaki belakangnya:  Harry menekan lututnya, berpegangan seerat
mungkin pada sisik yang menonjol ketika sayap-sayapnya membuka, menyapu ke samping goblin-goblin
yang menjerit-jerit, bagaikan bowling, dan membumbung tinggi ke udara.  Harry, Ron dan Hermione,
menunduk di punggungya, bergesekan dengan langit-langit ketika makhluk itu meluncur ke arah jalan
yang terbuka, sementara goblin-goblin yang mengejar melempari pisau belati yang hanya memantul di
sisi-sisi tubuhnya.
“Kita takkan pernah bisa keluar, ini terlalu besar!”  jerit Hermione, tapi sang naga membuka mulutnya
dan menyemburkan api lagi, meledakkan terowongan, yang lantai dan langit-langitnya retak dan ambruk.
Dengan sedikit kekuatan, naga itu mencakar-cakar dan berusaha mencari jalan keluar.  Mata Harry
terpejam karena panas dan debu:  Telinganya pekak oleh bunyi pecahan batu dan raungan naga, dia
hanya bisa berpegangan pada punggung makhluk itu, berharap bisa melepaskan diri pada saat yang
tepat, lalu ia mendengar Hermione berteriak, “Defodio!”
Dia sedang berusaha membantu sang naga memperbesar jalan keluar, menjebol langit-langit saat makhluk
itu berjuang naik menuju udara segar, jauh dari goblin yang berteriak-teriak dan gemerincing:  Harry dan
Ron menirunya, meledakkan langit-langit dengan lebih banyak mantra pencungkil.  Mereka melewati
danau bawah tanah, dan akhirnya makhluk besar yang merangkak dan menggeram itu tampaknya
merasakan kebebasan dan ruang gerak, dan di belakang mereka jalan yang tadi dilalui penuh dengan
sampah, ekor berduri, reruntuhan batu, pecahan stalagtit raksasa, dan suara gemerincing goblin tampak
semakin menjauh, sementara di depan, api sang naga memastikan gerak mereka selanjutnya lancar—
Dan akhirnya, kombinasi antara usaha mantra-mantra mereka dan kekuatan brutal sang naga, mereka
telah meledakkan jalan keluar menuju aula pualam.  Goblin dan penyihir menjerit-jerit dan berlarian
mencari perlindungan, dan akhirnya sang naga mempunyai ruang untuk merentangkan sayapnya:
Mengangkat kepala bertanduk ke arah udara dingin luar yang bisa dirasakannya melalui jalan masuk, ia
melambung, dan dengan Harry, Ron dan Hermione masih berpegangan di punggungnya, makhluk itu
mendobrak jalan melalui pintu logam, meninggalkannya terkait dan tergantung di engselnya, ketika ia
terbang terhuyung-huyung melewati Diagon Alley dan melambung tinggi ke angkasa.

To be continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog