Selasa, 04 Oktober 2011

Harry Potter And The Deathly Hallows Bab 12 Part 2

BAB 12 Part 2
SIHIR ADALAH KEKUATAN
(Magic is Might)

“Harry, kau terus-terusan berbicara tentang apa yang tongkatmu lakukan,” kata Hermione, “Kaulah
yang melakukannya! Mengapa kau tidak mau mengakui kekuatanmu sendiri?”
“Karena aku tahu itu bukan aku! Dan Voldemort juga tahu, Hermione! Kami berdualah yang tahu apa
yang terjadi!”
Mereka saling bertukar pandang. Harry tahu ia tidak bisa meyakinkan Hermione karena ia terus
memberondong Harry dengan argumen melawan teori tentang tongkatnya dan kenyataan bahwa Harry
membiarkan dirinya melihat pikiran Voldemort. Untungnya, Ron menengahi.
“Cukup,” Ron menasehati Hermione. “Terserah dia. Dan bila kita ingin pergi ke Kementrian besok,
bukankah lebih baik kita merencanakan sesuatu?”
Dengan enggan, seperti yang dapat dilihat oleh dua orang lainnya, Hermione tidak melanjutkan
perdebatan ini, walau Harry yakin kalau ia akan menyerangnya lagi begitu ada kesempatan. Pada saat
bersamaan, mereka kembali ke dapur, di mana Kreacher telah menyiapkan sup kental dan tart karamel
untuk mereka semua.
Mereka tidak tidur hingga larut malam, berjam-jam menyusun rencana hingga semua memiliki
pemahaman yang sama. Harry, yang kini tidur di kamar tidur Sirius, berbaring di atas tempat tidur dengan
cahaya dari ujung lampunya menerangi foto ayahnya, Sirius, Lupin, dan Pettigrew, serta menggumamkan
keseluruhan rencana yang telah disusun selama sepuluh menit. Saat ia memadamkan tongkatnya, ia
berpikir. Bukannya berpikir tentang Ramuan Polijus, Pastiles Pemuntah, atau jubah biru laut pegawai
Pemeliharaan Sihir; Harry malah memikirkan Gregorovitch dan bisa berapa lama ia bersembunyi
sementara Voldemort sangat menginginkannya. Rasanya pagi datang terlalu cepat.
“Kau kelihatan kacau,” sambut Ron begitu ia masuk ke kamar untuk membangunkan Harry.
“Tidak untuk waktu lama,” kata Harry sambil menguap.
Mereka menemui Hermione di dapur. Kreacher sedang menyiapkan kopi dan roti panas untuk
Hermione. Ia terlihat sibuk dan serius, dan Harry menganggap bahwa ia sedang melakukan persiapan
ujian akhir.
“Jubah,” kata Hermione pelan, dilanjutkan dengan anggukan tegang, lalu melanjutkan memasukkan
barang-barang ke dalam tasnya, “Ramuan Polijus… Jubah Gaib… Peledak Pengalih Perhatian… kalian
juga harus membawanya untuk berjaga-jaga nanti… Pastilles Muntah, Gula-Gula Mimisan, Telinga
Terjulur…”
Mereka menghabiskan sarapan mereka dan bersiap berangkat. Kreacher membungkuk pada mereka
dan menjanjikan pai daging saat mereka kembali.
“Terberkatilah dia,” kata Ron tulus, “dan dulu aku sering membayangkan bagaimana aku akan
memenggal kepalanya dan menjadikannya pajangan dinding.”
Perlahan mereka keluar dan berdiri di depan pintu penuh waspada. Mereka dapat melihat beberapa
Death Eater
yang bermata menonjol sedang mengawasi rumah dari seberang halaman yang berkabut.
Hermione ber-Dissaparate dengan Ron dulu, baru kembali untuk menjemput Harry. Setelah kegelapan
 sesaat dan sedikit tercekik, Harry menemukan dirinya berada di sebuah gang kecil di mana rencana awal
mereka dijalankan. Tempat itu kosong, hanya ada dua tempat sampah besar. Biasanya para pegawai
Kementrian datang di atas jam delapan.
“Baiklah,” kata Hermione sambil melihat jam tangannya. “Wanita itu seharusnya datanglima menit lagi.
Saat aku membuatnya pingsan…”
“Hermione, kami sudah tahu,” potong Ron tajam. “Dan bukannya kita akan membuka pintu itu sebelum
wanita itu datang?”
Hermione terpekik.
“Aku hampir lupa! Mundur.”
Hermione mengarahkan tongkatnya ke pintu berat yang digambari grafiti api dan tergembok di samping
mereka, yang kemudian terbuka diiringi suara bantingan. Koridor gelap di dalamnya mengarah, menurut
pengamatan mereka, ke sebuah gedung teater kosong. Lalu Hermione menutup pintu.
“Sekarang,” kata Hermione seraya berbalik pada Harry dan Ron, “kita pakai Jubah lagi dan…”
“… menunggu,” kata Ron menyelesaikan sambil melemparkan Jubah Gaib ke atas kepala Hermione
seperti menyelimuti sebuah sangkar burung dan memutar matanya pada Harry.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara
pop
kecil dan seorang pegawai wanita Kementrian yang kecil
dengan rambut kelabu ringan ber-Apparate di depan mereka, wanita itu berkedip menyesuaikan diri
dengan cahaya matahari yang baru keluar dari awan. Wanita itu bahkan tidak sempat merasakan
hangatnya matahari, karena Mantra Pemingsan non-verbal Hermione mengenai dadanya dan ia tumbang.
“Kerja bagus, Hermione,” kata Ron, yang muncul di belakang tempat sampah di samping pintu teater
saat Harry melepas Jubah Gaib. Mereka mengangkat wanita kecil itu ke dalam koridor gelap yang
mengarah ke belakang panggung. Hermione mengambil beberapa helai rambut wanita itu dan
menambahkannya ke botol yang berisi Ramuan Polijus yang baru saja ia keluarkan dari tas manik. Ron
menggeledah tas wanita kecil itu.
“Dia Mafalda Hopkirk,” kata Ron sambil membaca sebuah kartu identitas kecil milik korban mereka
yang bekerja di Kantor Penggunaan Sihir Yang Tidak Perlu. “Kau sebaiknya membawanya Hermione,
dan ini koinnya.”
Ron memberi Hermione beberapa koin emas kecil dengan tulisan M.O.M. yang baru saja Ron ambil
dari tas wanita itu.

Hermione meminum Ramuan Polijus yang sekarang berwarna seperti bunga heliotrope, lalu beberapa
detik kemudian berdirilah tiruan Mafalda Hopkirk. Saat Hermione mengambil kacamata Mafalda dan
memakainya, Harry sedang melihat jamnya.
“Kita bergerak lambat, tuan Pemeliharaan Sihir akan datang beberapa detik lagi.”
Mereka bergegas menutup pintu, Ron dan Harry memakai Jubah Gaib, sementara Hermione tetap
berdiri dan menunggu. Beberapa detik kemudian terdengat suara pop lain, dan di depan mereka muncul
seorang pria kecil yang tampak seperti musang.
“Oh, hallo, Mafalda,”
 “Hallo!” kata Hermione, suaranya gemetar. “Apa kabar?”
“Tidak begitu baik, sebenarnya,” jawab pria kecil itu. Ia terlihat putus asa.
Saat Hermione dan pria itu berjalan ke jalan besar, Harry dan Ron mengikuti mereka.
“Aku turut sedih mendengarnya,” kata Hermione saat pria itu akan menceritakan masalahnya. Sangat
penting untuk mencegahnya mencapai jalanan. “Ini, makanlah permen.”
Eh? Oh, tidak, terima kasih.”
“Aku memaksa,” kata Hermione dengan agresif sambil menyorongkan sekantung permen ke wajah pria
itu. Merasa tersudut, pria itu mengambil satu.
Efeknya terjadi begitu cepat. Sesaat setelah pastiles menyentuh lidahnya, pria itu langsung
muntah-muntah, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa Hermione telah mencabut beberapa helai
rambutnya.
“Ya ampun!” kata Hermione saat pria itu memenuhi gang dengan muntahannya. “Mungkin kau sebaiknya
mengambil cuti!”
“Tidak – tidak!” pria itu tersedak dan muntah lagi. Ia berusaha untuk berjalan tapi tidak bisa. “Aku harus
– hari ini – harus pergi…”
“Tapi itu konyol!” kata Hermione gusar. “Kau tidak bisa bekerja dengan keadaan seperti ini – kurasa
lebih baik kau ke St Mungo agar bisa disembuhkan.”
Pria itu terjatuh, tapi tetap merangkak, berusaha keluar ke jalan.
“Kau tidak bisa pergi bekerja kalau begini!” teriak Hermione.
Akhirnya pria itu menerima pernyataan Hermione. Dibantu Hermione, pria itu kembali mencoba berdiri
mencari tempat lalu menghilang, tidak meninggalkan apapun selain tasnya yang diambil Ron, dan
genangan muntah.
“Urgh,” kata Hermione sambil mengangkat ujung jubahnya menghindari muntahan itu.
“Tidak akan berantakan seperti ini kalau kita membuatnya pingsan.”
“Ya,” kata Ron yang muncul dari bawah Jubah sambil memegangi tas pria tadi, “tapi kupikir setumpuk
orang tidak sadar akan lebih menarik perhatian. Dia giat sekali bekerja, ya? Berikan rambut dan
Ramuannya.”
Dalam dua menit, Ron sudah berdiri sebagai seorang pria kecil berwajah seperti musang dan
menggunakan jubah biru laut yang terlipat dalam tas pria itu.
“Aneh, mengapa dia tidak pakai seragam, padahal tadi dia sangat ingin pergi kerja,kan ? Aku Reg
Cattermole, menurut label di belakang jubah ini.”
“Sekarang tunggu di sini,” kata Hermione pada Harry yang masih di bawah Jubah Gaib,
 “dan kami akan membawakan rambut untukmu.”
Harry menunggu sepuluh menit, tapi rasanya lebih lama dari itu, berdiri sendirian di dalam gang yang
penuh muntahan, di sebelah pintu yang menyembunyikan Mafalda yang pingsan. Akhirnya, Ron dan
Hermione muncul.
“Kami tidak tahu siapa dia,” kata Hermione, memberikan beberapa helai rambut keriting hitam, “tapi dia
harus pulang karena mimisan parah! Ini, orang itu cukup tinggi, kau akan butuh jubah yang lebih besar.”
Hermione mengeluarkan jubah tua yang baru dicuci Kreacher. Harry mengganti jubahnya dan meminum
Ramuannya.
Setelah transformasi yang menyakitkan, tinggi Harry mencapai dua meter, lengannya berotot, dan
berjanggut. Setelah menyimpan Jubah Gaib dan kacamata dalam jubahnya yang baru, ia bergabung
bersama Ron dan Hermione.
Blimey
, itu menakutkan,” kata Ron, menatap Harry yang kini jauh lebih tinggi dari pada dirinya.
“Ambil satu koin Mafalda,” kata Hermione pada Harry, “ayo, sudah hampir jam sembilan.”
Mereka keluar dari gang itu bersama-sama, setelah berjalanlima ratus meter di jalanan yang ramai,
terdapat dua baris pegangan berwarna hitam yang mengapit dua tangga, satu bertuliskan PRIA dan satu
lagi WANITA.
“Sampai jumpa,” kata Hermione gugup. Ia menuruni tangga mengikuti pegangan untuk WANITA. Harry
dan Ron bergabung dengan segerombolan pria berpakaian aneh yang ternyata mereka mengarah ke toilet
umum bawah tanah, yang diberi keramik hitam putih.
“Pagi, Reg!” kata seorang pria dengan jubah biru laut, lalu ia masuk ke dalam salah satu petak dengan
memasukkan koin emas ke dalam lubang di pintu. “Bikin susah, ya? Memaksa kita berangkat kerja
seperti ini! Mereka pikir siapa yang akan datang, Harry Potter?”
Pria itu menertawakan leluconnya sendiri. Ron tertawa terpaksa.
“Ya,” kata Ron. “Bodoh sekali, ya?”
Ron dan Harry masuk ke petak masing-masing.
Lalu Harry mendengar suara siraman. Harry membungkuk, menoleh ke kanan dan mengintip dari celah
di bawah petak, ia melihat sepasang kaki naik ke atas toilet. Ia menoleh ke kiri dan melihat Ron sedang
berkedip padanya.
“Apa kita harus menyiram diri kita sendiri?” bisik Ron.
“Sepertinya,” balas Harry dalam suara bisikan yang berat dan dalam.
Mereka berdua berdiri. Merasa begitu bodoh, Harry naik ke atas toilet.
Harry tahu seketika kalau ia sudah melakukan hal yang benar, karena walau ia berdiri di dalam air,
sepatu, kaki, dan ujung jubahnya tetap kering. Harry meraih rantai, menariknya, dan beberapa saat
kemudian ia merosot turun dan muncul di salah satu perapian Kementrian Sihir.
 Harry begitu canggung dengan tubuhnya, ia tidak terbiasa mengendalikan tubuh sebesar itu. Atrium
Kementrian terlihat lebih gelap daripada yang Harry ingat. Sebelumnya, di tengah atrium terdapat air
mancur emas, memancarkan cahaya berkilauan di atas lantai dan dinding kayu yang mengkilap.
Sekarang, sebuah patung hitam besar dari batu menggantikannya. Patung itu cukup menakutkan,
merupakan pahatan seorang penyihir pria dan wanita yang duduk di atas singgasana yang penuh ukiran,
melihat ke bawah, ke arah pegawai Kementrian yang bermunculan dari perapian. Di dasar patung itu
terukir tulisan sebesar setengah meter dengan ucapan: SIHIR ADALAH KEKUATAN.


Harry merasa ada dorongan dari belakang, seorang pria baru saja muncul di perapian yang sama.
“Minggir, tak dapatkah kau – oh, maaf, Runcorn!”
Ketakutan, pria botak itu bergegas pergi. Rupanya orang yang sedang Harry tirukan, Runcorn, adalah
orang yang suka mengintimidasi.
“Psst!” terdengar suara dan Harry melihat seorang wanita berambut ikal dan pria seperti musang dari
Pemeliharaan Sihir memanggilnya dari sebelah patung. Harry segera mendekati mereka.
“Kau bisa masuk dengan lancar,kan ?” bisik Hermione pada Harry.
“Tidak, dia tersangkut di rawa-rawa itu tadi,” kata Ron.
“Oh, lucu sekali… mengerikan, ya?” kata Hermione pada Harry yang sedang memandangi patung. “Kau
tahu mereka duduk di atas apa?”
Harry memerhatikan ukiran patung itu dan yang ia kira hanya ukiran singgasana ternyata pahatan
tumpukan manusia. Beratus-ratus manusia telanjang, pria, wanita, dan anak-anak. Semua dalam wajah
jelek, sedikit bodoh, dan kebingungan. Mereka terhimpit menjadi satu, menahan berat penyihir berjubah
yang tampan.
“Muggle,” bisik Hermione. “Dalam posisi yang tepat. Ayo, pergi.”
Mereka bertiga mengikuti arus para penyihir yang berjalan menuju gerbang emas di ujung atrium, dan
diam-diam mencari sosok Dolores Umbrige yang tidak juga mereka temukan. Mereka melewati gerbang,
masuk ke dalam aula yang lebih kecil di mana terdapat barisan-barisan di depan dua puluh lift dengan
pintu teralis emas. Mereka ikut mengantri, lalu terdengar suara memanggil, “Cattermole!”
Ketiganya menoleh. Perut Harry terasa jungkir balik. Seorang
Death Eater
yang telah menyaksikan
kematian Dumbledore sedang berjalan ke arah mereka. Pegawai Kementrian di sekitar mereka langsung
terdiam, mata mereka menunjukkan rasa putus asa, Harry dapat merasakan ketakutan menjalari mereka.
Pria itu terlihat marah dan sedikit kejam, terlihat begitu aneh dalam jubah hitamnya yang penuh dengan
sulaman benang emas. Seseorang dalam kerumunan memanggil, “Pagi, Yaxley!” tapi Yaxley tidak peduli.
“Aku meminta seseorang dari Pemeliharaan Sihir untuk membetulkan kantorku, Cattermole. Kantorku
kehujanan.”
Ron diam saja berharap kalau yang dimaksud bukan dirinya, tapi tidak seorang pun menyahut.
“Hujan… di kantormu? Itu – itu tidak baik,kan ?”
 Ron tertawa gugup. Mata Yaxley melebar.
“Kau pikir itu lucu, Cattermole?”
Beberapa orang keluar dari barisan dan bergegas pergi.
“Tidak,” kata Ron, “Tentu saja tidak.”
“Kau tahu,kan , kalau aku akan turun untuk menginterogasi istrimu, Cattermole? Aku malah terkejut
tidak melihatmu sedang menggenggam tangan istrimu saat ia menunggu di bawahsana . Sudah
menganggapnya sebagai pilihan yang salah? Cukup bijaksana. Pastikan kau menikahi seorang darah
murni lain waktu.”
Hermione mendesah ketakutan. Yaxley menatapnya. Hermione terbatuk pelan dan menoleh ke arah lain.
“Aku – aku,” kata Ron tergagap.
“Kalau istri
ku
disangka seorang Darah Lumpur,” kata Yaxley, “– wanita sampah seperti itu tidak akan
pernah aku nikahi – dan Kepala Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir harus bekerja, dan pekerjaanku
sangat penting, Cattermole. Kau mengerti?”
“Ya,” bisik Ron.
“Kalau begitu bekerjalah, Cattermole. Dan bila kantorku belum kering dalam satu jam, Status Darah
istrimu akan jauh lebih buruk daripada sekarang.”
Teralis emas di belakang mereka terbuka. Dengan anggukan dan senyum kaku pada Harry, yang
diharapkan senang dengan perlakuan terhadap Cattermole, Yaxley masuk ke lift. Harry, Ron, dan
Hermione masuk ke lift lain dan tidak ada yang masuk bersama mereka, seakan mereka menular. Teralis
itu tertutup dan mulai bergerak naik.
“Apa yang harus kulakukan?” tanya Ron seketika pada Harry dan Hermione. Ia terlihat tegang. “Kalau
aku tidak datang, istriku... maksudku, istri Cattermole…”
“Kami akan ikut denganmu, kita harus tetap bersama,” kata Harry, tapi Ron menggelengkan kepalanya
dengan keras.
“Tidak mungkin, kita tidak punya cukup waktu. Kalian berdua pergi ke kantor Umbridge, aku akan
membetulkan kantor Yaxley – tapi bagaimana aku menghentikan hujan?”
“Coba Finite Incantatem,” kata Hermione, “akan berhasil kalau disebabkan oleh kutukan. Kalau tidak,
berarti ada yang salah dengan Mantera Atmosfernya. Dan itu akan susah untuk diperbaiki, jadi untuk
sementara lebih baik gunakan Impervius untuk menjaga barang-barangnya tetap kering.”
“Ulangi lagi, tapi pelan-pelan,” kata Ron yang putus asa, sambil mencoba mencari pena bulu di
kantungnya, tapi lift tiba-tiba berhenti. Terdengar suara wanita, “Lantai Empat, Departemen Regulasi dan
Kontrol Makhluk Gaib, termasuk Divisi Hewan, Makhluk, dan Hantu, Kantor Hubungan Goblin, dan
Biro Pengendali Hama,” dan teralis pun terbuka lagi. Seorang pria masuk dan pesawat kertas ungu
beterbangan masuk berputar di sekitar lampu lift.
“Pagi, Albert,” kata seorang pria berkumis yang tersenyum pada Harry. Harry melirik ke arah Ron dan
 Hermione saat lift bergerak naik. Ia melihat Hermione sedang membisikkan instruksi pada Ron. Pria tadi
mendekati Harry, meliriknya, dan berbisik, “Dirk Cresswell,kan ? Dari Kantor Hubungan Goblin? Bagus
sekali, Albert. Aku yakin aku akan mendapatkan pekerjaannya sekarang!”
Pria itu mengedip. Harry tersenyum, berharap agar hal ini segera berakhir. Lift berhenti dan teralis
membuka kembali.
“Lantai Dua, Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir, termasuk Kantor Penggunaan Sihir Yang Tidak
Perlu, Markas Auror, dan Dinas Administrasi Wizengamot.”
Harry melihat Hermione mendorong Ron dan ia bergegas keluar lift, diikuti oleh pria tadi, meninggalkan
Harry dan Hermione berdua. Saat teralis tertutup, Hermione langsung berkata, “Lebih baik aku ikut Ron,
Harry. Aku tidak yakin Ron bisa melakukannya, dan bila dia ketahuan…”
“Lantai Satu, Kementrian Sihir dan Staf Pendukung.”
Teralis emas terbuka lagi dan Hermione terdiam.
Empat orang berdiri di depan mereka. Dua di antaranya sedang sibuk berbicara. Seorang pria berambut
panjang dalam jubah hitam dan emas. Dan seorang wanita seperti kodok dengan pita merah menghiasi
rambut pendeknya, sedang menggamit papan di dadanya.




To be continue................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog