BAB 23
KEDIAMAN MALFOY
(Malfoy's Manor)
Harry melihat sekeliling pada dua orang lainnya, sekarang semuanya diliputi kegelapan. Dia melihat
Hermione mengacungkan tongkatnya, ke arah luar, tetapi malah mengarah ke wajahnya; terdengar suara
keras, kilatan cahaya putih, dan dia menunduk kesakitan, tak bisa melihat. Dia bisa merasakan wajahnya
membengkak dengan cepat dibalik tangannya saat langkah-langkah berat mengelilinginya.
"Bangun, orang hina."
Tangan tak dikenal menarik Harry kasar dari lantai, sebelum dia bisa menghentikan mereka, seseorang
menggeledah sakunya dan mengeluarkan tongkat blackthorn. Harry mencengkeram wajahnya yang luar
biasa sakitnya, yang terasa tak dikenali di dalam jari-jarinya, ketat, bengkak dan gembung seolah dia
menderita reaksi alergi hebat. Matanya menyempit hingga tinggal celah dan sulit untuk melihat;
kacamatanya jatuh saat dia keluar dari tenda: semua yang bisa terlihat hanyalah bentuk kabur dari empat
atau lima orang bergulat dengan Ron dan Hermione di luar.
"Minggir—dari—dia!" Ron berteriak. Terdengar suara yang tidak diragukan lagi adalah suara
buku-buku jari menghantam daging: Ron menggerung kesakitan dan Hermione berteriak, "Jangan!
Tinggalkan dia sendiri, tinggalkan dia sendiri!"
"Pacarmu akan jadi lebih buruk dari ini kalau dia ada di daftarku," kata sebuah suara parau mengerikan
yang terdengar familiar. "Gadis yang lezat… traktiran bagus… Aku akan menikmati kelembutan
kulitnya…"
Perut Harry jungkir balik. Dia tahu siapa ini, Fenrir Greyback, manusia serigala yang diizinkan memakai
jubah
Death Eater
sebagai bayaran atas keikutsertaannya.
"Cari ke seluruh tenda!" ujar suara yang lain.
Harry dilempar ke tanah dengan muka lebih dulu. Suara gedebuk memberitahunya bahwa Ron telah
dilumpuhkan di sebelahnya. Mereka bisa mendengar suara langkah kaki dan suara benda bertabrakan;
orang-orang itu menyingkirkan kursi-kursi di dalam tenda saat mereka mencari.
"Sekarang, mari kita lihat siapa yang kita dapat," kata suata tamak Grayback dari atas kepala mereka,
dan Harry diputar punggungnya. Sorotan sinar dari tongkat menyinari wajahnya dan Greyback tertawa.
"Aku bakal perlu butterbeer untuk mencuci ini. Apa yang terjadi padamu, jelek?"
Harry tidak segera menjawabnya.
"Ku
bilang
," ulang Greyback, dan Harry menerima pukulan di perutnya yang membuat rasa sakitnya
berlipat ganda. "Apa yang terjadi padamu?"
"Disengat," Harry bergumam. "Tadi tersengat."
"Yeah, sepertinya sih," kata suara kedua.
"Siapa namamu?" gertak Greyback.
"Dudley," jawab Harry.
"Dan nama depanmu?"
"Aku—Vernon. Vernon Dudley."
"Cek daftarnya, Scabior," kata Greyback, dan Harry mendengar dia malahan bergerak ke samping
melihat Ron. "Dan kau, jahe?"
"Stan Shunpike," kata Ron.
"Jangan bohong," kata pria yang dipanggil Scabior. "Kami tahu Stan Shunpike, dia bergabung dengan
kami."
Terdengar suara pukulan lagi.
"Agu Bardy," jawab Ron, dan Harry bisa bilang mulutnya penuh dengan darah.
"Bardy Weasley."
"Seorang Weasley?" teriak Greyback kasar. "Jadi kau berhubungan dengan darah pengkhianat meski
kau bukan Darah-Lumpur. Dan terakhir, temanmu yang cantik..." nafsu makan dalam suaranya membuat
Harry merinding.
"Tenang, Greyback," kata Scabior ditimpali ejekan yang lain.
"Oh, aku tak akan mengigitnya dulu. Kita lihat apakah dia lebih cepat mengingat namanya daripada
Barny. Siapa namamu, cewek?"
"Penelope Clearwater," jawab Hermione. Suaranya terdengar ketakutan, tetapi meyakinkan.
"Apa status darahmu?"
"Darah-campuran," kata Hermione.
"Cukup mudah untuk dicek," kata Scabior. "Tapi mereka semua kelihatannya masih dalam usia
'ogwarts—"
"Kabi keluar," kata Ron.
"Keluar, kau bilang, jahe?" kata Scabior. "Dan kalian memutuskan untuk kemping? Dan kau pikir, 'anya
untuk tertawaan, kau mengucapkan nama Pangeran Kegelapan?"
“Bukan tertawaan," kata Ron. "kecelakaan."
"Kecelakaan?" lebih banyak ejekan lain yang terdengar.
"Kau tahu, siapa yang sering mengucapkan nama Pangeran Kegelapan, Weasley?" geram Greyback,
"Orde Phoenix. Apa itu berarti sesuatu buatmu?"
"Tidak."
"Mereka tidak menunjukkan penghormatan yang seharusnya pada Pangeran Kegelapan, jadi namanya
dilarang. Beberapa anggota Orde dilacak dengan cara begitu. Kita lihat nanti. Ikat mereka dengan dua
tawanan lain!"
Seseorang merenggut rambut Harry, menyeretnya sebentar, mendorongnya ke posisi duduk, kemudian
mulai mengikatnya dengan punggung berhadap-hadapan dengan tawanan lain. Harry masih setengah
buta, hanya bisa melihat sedikit melalui matanya yang bengkak. Saat akhirnya orang yang mengikat
mereka menjauh, Harry berbisik pada tawanan lainnya.
"Ada yang masih punya tongkat?"
"Tidak," jawab Ron dan Hermione dari kedua sisinya.
"Ini semua salahku. Aku mengucapkan namanya. Maaf—"
"Harry?"
Terdengar suara baru, tetapi familiar, dan sumbernya dari tepat di belakang Harry, dari orang yang diikat
di sisi kiri Hermione.
"Dean?"
"Itu kau! Kalau mereka tahu siapa yang mereka dapat -! Mereka Snatcher, mereka hanya mencari
pembolos untuk dijual demi emas –"
"Tidak buruk untuk malam ini," terdengar Greyback berkata, bersamaan dengan suara boot berpaku
yang terdengar berjalan di dekat Harry dan mereka mendengar lebih banyak suara benturan dari dalam
tenda. "Seorang Darah-Lumpur, Goblin pelarian, dan para pembolos ini. Sudah kau cek nama mereka
di daftar, Scabior?" raungnya.
"Yeah, tak ada Vernon Dudley di sini, Greyback."
"Menarik," kata Greyback. "Itu menarik."
Dia menunduk di sebelah Harry, yang melihat, meski melalui celah kecil yang tertinggal di atara kelopak
matanya yang bengkak, wajah yang ditutupi rambut dan kumis abu-abu gelap, dengan gigi runcing
kecoklatan dan luka di sudut mulutnya. Greyback berbau seperti waktu di menara saat Dumbledore
meninggal: bau lumpur, keringat dan darah.
"Jadi kau tidak diinginkan, kalau begitu, Vernon? Atau kau ada di daftar dalam nama yang berbeda?
Kau di asrama mana di Hogwarts?"
"Slytherin," jawab Harry otomatis.
"Lucu bagaimana mereka semua berpikir kita ingin mendengar itu," ejek Scabior dari balik
baying-bayang. "Tapi tak ada satupun dari mereka yang bisa memberitahu kami dimana ruang
rekreasinya."
"Ruang rekreasinya di bawah tanah," kata Harry jelas. "Kau masuk melalui dinding. Dindingnya penuh
tengkorak dan benda lain dan terletak di bawah danau, jadi cahayanya hijau semua."
Hening sejenak.
"Well, well, sepertinya kita benar-benar menangkap Slytherin kecil," kata Scabior. "Bagus untukmu,
Vernon, karena tak banyak Slytherin berdarah Lumpur. Siapa Ayahmu?"
"Dia bekerja di Kementrian," Harry berbohong. Dia tahu bahwa seluruh ceritanya akan runtuh dengan
penyelidikan terkecil, tapi di sisi lain, dia hanya punya kesempatan sampai wajahnya pulih kembali
sebelum permainan selesai karena alasan apapun. "Departemen Bencana dan Kecelakaan Sihir."
"Kau tahu, Greyback," ujar Scabior. "Kurasa ada Dudley di sana."
Harry hampir tak bisa bernapas: Bisakah keberuntungan, keberuntungan tipis, membebaskan kereka
dari situasi ini?
"Well, well," kata Greyback, dan Harry bisa mendengar setitik keraguan di suaranya yang tanpa belas
kasihan, dan tahu kalau Greyback sedang penasaran apakah dia baru saja menyerang dan menawan
anak Pegawai Kementrian. Jantung Harry berdetak kencang dibalik tali yang melingkari dadanya; dia
tak akan terkejut kalau Greyback bisa melihatnya. "Kalau kau memberitahukan yang sebenarnya, jelek,
kau tak perlu takut kalau kita pergi ke Kementrian. Kuharap ayahmu akan memberi hadiah karena kami
menjemputmu."
"Tapi," kata Harry, mulutnya kering, "kalau kau membiarkan kami—"
"Hei!" Terdengar seruan dari dalam tenda. "Lihat ini, Greyback!"
Sesosok gelap datang tergesa-gesa ke arah mereka, dan Harry melihat kilatan cahaya perak dari cahaya
tongkat mereka. Kereka telah menemukan pedang Gryffindor.
"Sa-a-ngat bagus," ujar Greyback senang, mengambil pedang itu dari rekannya. "Oh, benar-benar
bagus. Buatan-goblin, sepertinya, ini. Dari mana kau dapat benda seperti ini?"
"Itu punya Ayahku," Harry berbohong, berharap pada harapan bahwa sekarang terlalu gelap bagi
Greyback untuk melihat nama yang dipahat tepat di bawah pangkalnya. "Kami meminjamnya untuk
memotong kayu bakar –"
"Tunggu sebentar, Greyback! Lihat ini, di
Prophet
!"
Saat Scabior berbicara, bekas luka Harry, yang tertarik kencang sepanjang dahinya yang bengkak,
terbakar hebat. Lebih jelas daripada yang bisa dia lihat di sekelilingnya, dia melihat sebuah bangunan
yang menjulang tinggi, sebuah benteng suram, berwarna hitam pekat dan terlarang: pikiran Voldemort
tiba-tiba menjadi setajam pisau cukur lagi; dia meluncur menuju bangunan raksasa itu dengan perasaan
tenang tapi bertujuan...
Sangat dekat... sangat dekat...
Dengan usaha dan hasrat yang sangat besar Harry menutup pikirannya dari pikiran Voldemort, menarik
dirinya sendiri kembali ke tempat dia duduk, terikat ke Ron, Hermione, Dean, dan Griphook di
kegelapan, mendengarkan Greyback dan Scabior.
"'
Hermione Granger
," kata Scabior, "
Darah Lumpur yang diketahui bepergian dengan 'arry Potter.
"
Bekas luka Harry terbakar dalam diam, tapi dia berupaya sekuat mungkin untuk membuat dirinya tetap
sadar, tidak juga untuk menyelinap ke pikiran Voldemort. Dia mendengar bunyi derap sepatu bot
Greyback saat dia menunduk di depan Hermione.
"Kau tahu, cewek? Fotonya benar-benar mirip denganmu."
"Bukan! Itu bukan aku!"
Cicit ketakutan Hermione sudah seperti sebuah pengakuan.
"...
diketahui bepergian dengan Harry Potter,
" ulang Greyback pelan.
Keheningan terbentuk menutupi tempat itu. Bekas luka Harry benar-benar menyakitkan, tapi dia
berusaha dengan seluruh kekuatannya melawan tarikan pikiran Voldemort. Sebelumnya tak pernah
sepenting ini untuk tetap berada pada pikirannya sendiri.
"
Well
, ini mengubah semuanya, kan?" bisik Greyback. Tak ada yang berbicara: Harry merasakan
gerombolan Penjambret menonton, membeku, dan merasakan lengan Hermione gemetaran di dekatnya.
Greyback berdiri dan mengambil beberapa langkah ke tempat Harry duduk, membungkuk lagi untuk
menatap sosoknya yang tak berbentuk.
"Apa itu di dahimu, Vernon?" tanyanya lembut, napasnya terasa di cuping hidung Harry saat dia
menekankan jarinya yang kotor ke bekas luka Harry.
"Jangan sentuh!" Harry berteriak; dia tak bisa menghentikan dirinya sendiri, dia merasa dia akan muntah
gara-gara rasa sakitnya.
"Kupikir kau memakai kacamata, Potter?" dengus Greyback.
"Aku nemu kacamata!" salak salah satu dari Penjambret yang menyelinap di belakang. "Ada kacamata
di tenda, Greyback, tunggu –"
Dan sedetik kemudian kacamata Harry dipasangkan lagi ke wajahnya. Para Penjambret mendekat
sekarang, melihatnya.
"Ini dia!" teriak Greyback dengan suara paraunya. "Kita menangkap Potter!"
Mereka semua mundur beberapa langkah, terpaku pada apa yang telah mereka lakukan. Harry, masih
berjuang untuk tetap sada di pikirannya sendiri yang sedang terbagi, tak bisa memikirkan apapun untuk
dikatakan. Penggalan penglihatan memecah di permukaan pikirannya –
--Dia bersembunyi di sekitar dinding tinggi benteng hitam itu—
Tidak, dia Harry, terikat dan tanpa tongkat, sedang dalam bahaya besar –
--melihat, ke jendela paling atas, ke menara paling tinggi—
Dia Harry, dan mereka sedang mendiskusikan nasibnya dalam suara rendah—
--Waktunya untuk terbang...
"...ke Kementrian?"
"Masa bodoh dengan Kementrian," geram Greyback. "Mereka yang akan dapat penghargaan, kita tak
akan dipandang. Kubilang kita bawa dia langsung ke Kau-Tahu-Siapa."
"Kau mau panggil dia? Di sini?" kata Scabior, terdengar kagum sekaligus ketakutan.
"Tidak," geram Greyback, "Aku belum –mereka bilang dia menggunakan tempat Malfoy sebagai
markas. Kita bawa bocah ini ke sana."
Harry pikir dia tahu kenapa Greyback tidak memanggil Voldemort. Para manusia serigala mungkin
diizinkan memakai jubah
Death Eater
saat mereka ingin memakainya, tapi hanya orang-orang dalam
Voldemort yang ditandai dengan Tanda Kegelapan: Greyback belum diberkahi kehormatan itu.
Bekas luka Harry terbakar lagi –
- dan dia naik ke kegelapan malam, terbang lurus ke jendela di menara paling tinggi –
"…benar-benar yakin itu dia? Soalnya kalau bukan, Greyback, kita bakal mati."
"Siapa yang memimpin di sini?" raung Greyback, menutupi saat-saat ketidakmampuannya. "Kubilang
kalau itu Potter, dan dia dengan tongkatnya, dua ribu Galleon tepat di sana! Tapi kalau kalian terlalu
pengecut untuk ikut, siapapun, semuanya untukku, dan kalau beruntung, akan kupastikan gadis itu
dilempar!"
- Jendelanya seperti celah sempit di batu hitam, tidak cukup besar untuk orang masuk…sosok
sekurus tengkorak terlihat melalui jendela, meringkuk di bawah selimut…Mati, atau tidur?
"Baiklah!" kata Scabior. "Oke, kami ikut! Dan bagaimana dengan sisanya, Greyback, apa yang akan
kita lakukan dengan mereka?"
"Mungkin lebih baik kita bawa juga. Kita dapat dua Darah Lumpur, dapat sepuluh Galleon. Berikan
pedangnya padaku. Kalau itu rubi, kita dapat keberuntungan kecil lagi."
Para tahanan ditarik berdiri. Harry bisa mendengar napas Hermione, cepat dan ketakutan.
"Ambil mereka dan pegang yang kuat. Aku ambil Potter!" kata Greyback, meraih segenggam rambut
Harry; Harry bisa merasakan kuku kuningnya yang panjang menggaruk kulit kepalanya. "Hitungan
ketiga! Satu – dua –tiga –"
Mereka ber-Disapparate, menarik para tahanan bersama mereka. Harry berjuang, berusaha
melepaskan tangan Greyback, tapi sia-sia: Ron dan Hermione ditekan kuat ke arahnya dari sisi yang lain;
dia tidak bisa memisahkan diri dari grup, dan saat dia bernapas bekas lukanya terbakar lebih sakit –
– saat dia mendorong dirinya sendiri melalui celah kecil jendela seperti ular dan mendarat,
dengan ringan seperti uap di dalam ruangan yang seperti kamar –
Para tahanan bertubrukan satu sama lain saat mereka mendarat di sebuah pedesaan. Mata Harry, masih
bengkak, membutuhkan waktu untuk terbiasa, kemudian melihat sepasang gerbang dari besi tempa di
ujung apa yang terlihat seperti jalan panjang. Dia sudah berpengalaman untuk mempercayai nasib baik
terkecil sekalipun. Yang terburuk belum terjadi: Voldemort tidak ada di sini. Dia, Harry tahu, karena dia
sedang bertarung untuk melawan penglihatan itu, ada di suatu tempat asing, seperti benteng, di puncak
menara. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Voldemort untuk sampai ke sini, saat dia tahu harry ada di
sini, itu masalah lain...
Salah satu penjambret itu berjalan menuju gerbang dan mengguncangnya.
"Bagaimana kita masuk? Pintunya dikunci, Greyback, aku tak bisa – ya ampun!"
Dia menyentakkan tangannya dengan ketakutan. Besinya menyeringai, membelit sendiri dari bentuk
gulungan dan lilitan abstrak menjadi sebentuk wajah menakutkan, yang berbicara dalam suara berdentang
dan bergema. "Nyatakan tujuanmu!"
"Kami dapat Potter!" Greyback meraung senang. "Kami menangkap Harry Potter!"
Gerbangnya terbuka.
"Ayo!" kata Greyback pada orang-orangnya, dan para tahanan diseret melewati gerbang ke arah jalan,
diantara pagar tanaman tinggi yang meredam langkah mereka. Harry melihat sosok putih bagai hantu di
atasnya, dan menyadari itu adalah merak albino. Dia tersandung dan diseret oleh Greyback; sekarang
dia berjalan terhuyung-huyung sepanjang tepi jalan, terikat dengan punggung saling berhadapan dengan
tahanan lainnya. Menutup matanya yang bengkak, dia mengizinkan rasa sakit di bekas lukanya
menguasai dia sesaat, ingin tahu apa yang sedang Voldemort lakukan, apakah dia sudah tahu kalau Harry
tertangkap...
Sosok kurus itu bergerak di bawah selimut tipisnya dan berguling ke arahnya, matanya tebuka di
wajah yang seperti tengkorak... Pria lemah itu berdiri, matanya yang amat cekung menatap pasti
ke arahnya, ke arah Voldemort, dan kemudian dia tersenyum. Sebagian besar giginya sudah
hilang...
"Jadi, kau sudah datang. Kukira kau akan... suatu hari. Tapi perjalananmu sia-sia. Aku tak
pernah memilikinya."
"Kau bohong!"
Saat kemarahan Voldemort berdenyut dalam dirinya, bekas luka Harry seakan-akan mau pecah saking
sakitnya, dan dia merenggut pikirannya kembali ke tubuhnya sendiri, bertarung untuk tetap sadar saat
para tahanan didorong ke atas batu kerikil.
Cahaya menerangi mereka semua.
"Apa ini?" ujar sebuah suara dingin wanita.
"Kami di sini untuk bertemu Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut!" teriak Greyback parau.
"Siapa kau?"
"Kau kenal aku!" terdengar kejengkelan dalam suara mausia serigalanya. "Fenrir Greyback! Kami
menangkap Harry Potter!"
Greyback menangkap Harry dan menyeretnya agar menghadap cahaya, memaksa tahanan lain ikut
terseret juga.
"Aku ta'u dia bengkak, Ma'am, tapi ini dia!" teriak Scabior. "Kalau Anda melihat lebih dekat, Anda bisa
lihat bekas lukanya. Dan ini, lihat perempuan ini? Darah Lumpur yang diketahui bepergian dengan Harry
Potter, Ma'am. Tidak ragu lagi, ini dia, dan kita dapat tongkatnya juga! Ini, Ma'am –"
Melalui kelopak matanya yang bengkak Harry melihat Narcissa Malfoy meneliti dengan cermat.
Scabior menyodorkan tongkat blackthorn padanya. Dia menaikkan alisnya.
"Bawa mereka masuk," katanya.
Harry dan yang lain didorong dan ditendang menaiki tangga batu lebar memasuki aula yang dindingnya
penuh lukisan.
"Ikuti aku,"kata Narcissa, memimpin jalan melewati aula. "Anakku, Draco, ada di rumah untuk liburan
Paskah. Kalau itu Harry Potter, dia akan tahu."
Ruang tamu terlihat menyilaukan setelah kegelapan di luar; bahkan dengan matanya yang hampir tertutup
Harry bisa melihat ruangan dengan cukup jelas. Sebuah tempat lilin dari kristal tergantung di langit-langit,
dan lebih banyak lagi lukisan tergantung di dinding berwarna ungu gelap. Dua sosok bangkit dari kursi di
depan perapian marmer penuh hiasan dan ornamen saat para tahanan didorong ke ruangan oleh para
Snatcher.
"Ada apa ini?"
Sebuah suara yang sangat dikenal Harry, suara Lucius Malfoy yang terdengar dipanjang-panjangkan
terdengar di telinga Harry. Dia panik sekarang. Dia bisa melihat tak ada jalan keluar, dan lebih mudah,
saat ketakutannya meluap, untuk menutup pikiran Voldemort, meski bekas lukanya masih terasa
terbakar.
"Mereka bilang mereka mendapat Potter," ujar suara dingin Narcissa. "Draco, kemari."
Harry tidak berani menatap langsung Draco, tapi melihatnya sekilas; sosok langsing yang lebih tinggi dari
sebelumnya, bangun dari kursi berlengan, wajahnya pucat dan tersamarkan dibawah rambut pirang
keperakannya.
Greyback mendorong para tahanan untuk berbalik lagi agar Harry berada tepat dibawah tempat lilin.
"
Well
, nak?" kata si manusia serigala parau.
Harry menghadap ke sebuah cermin di seberang perapian, benda berkilau besar dengan bingkai berbelit
rumit. Melalui celah di matanya dia melihat bayangan dirinya sendiri untuk pertama kalinya sejak
meninggalkan Grimmauld Place.
Wajahnya besar, bersinar, dan kemerahan, setiap bagiannya berubah gara-gara mantera Hermione.
Rambut hitamnya mencapai bahu dan ada bayangan gelap di bawah rahangnya. Kalau saja dia tidak
tahu siapa yang berdiri di sana, dia akan heran siapa yang memakai kacamatanya. Dia memutuskan
untuk tidak berbicara, dia yakin suaranya akan dikenali; meski dia masih menghindari kontak mata
dengan Draco saat dia tiba.
"
Well
, Draco?" kata Lucius Malfoy. Dia terdengar sangat tertarik. "Apa itu dia? Apa itu Harry Potter?"
"Aku tidak –Aku tidak yakin," kata Draco. Dia menjaga jarak dengan Greyback dan terlihat sama
takutnya seperti Harry takut melihatnya.
"Tapi lihat baik-baik, lihat! Ayo mendekat!"
Harry tidak pernah mendengar Lucius setertarik ini.
"Draco, kalau kita orang yang menyerahkan Harry Potter pada Pangeran Kegelapan, semua akan
dimaaf—"
"Sekarang, kita tak akan lupa siapa yang sebenarnya menangkap dia, Mr. Malfoy?" kata Greyback
mengancam.
"Tentu tidak, tentu tidak!" kata Lucius tidak sabar. Dia mendekati Harry, sangat dekat sehingga Harry
bisa melihat wajah bertampang lesu, pucat dengan detail yang tajam meski melalui matanya yang
bengkak. Dengan wajah bengkaknya yang seperti topeng, Harry merasa seperti dia mengintip lewat
jeruji sel.
"Apa yang kau lakukan padanya?" Lucius bertanya pada Greyback. "Bagaimana dia bisa jadi begitu?"
"Bukan kami."
"Kelihatannya seperti Kutukan Sengat bagiku," kata Lucius.
Mata abu-abunya menusuri kening Harry.
"Ada sesuatu di sana," bisiknya. "Bisa jadi bekas luka, tertarik ketat... Draco, kemari, lihat baik-baik!
Bagaimana menurutmu?"
Harry melihat wajah Draco terangkat dekat sekarang, tepat disamping ayahnya. Mereka benar-benar
mirip, kecuali sementara ayahnya memandang Harry dengan ketertarikan, ekspresi Draco terlihat sangat
enggan, bahkan seperti takut.
"Aku tidak tahu," katanya, dan dia berjalan menjauh menuju perapian dimana Ibunya berdiri
memperhatikan.
"Sebaiknya kita yakin, Lucius," Narcissa memanggil suaminya dalam suaranya yang dingin dan jelas.
"Benar-benar yakin bahwa itu Potter, sebelum kita memanggil Pangeran Kegelapan... Mereka bilang ini
miliknya" –dia meneliti tongkat blackthorn itu– "tapi ini tidak menyerupai deskripsi Ollivander...Kalau kita
salah, kalau kita memanggil Pangeran Kegelapan kesini tidak untuk apapun... Ingat apa yang dia lakukan
pada Rowle dan Dolohov?"
"Bagaimana dengan Darah Lumpurnya, kalau begitu?" geram Greyback. Harry hampir terlempar saat
para Penjambret mendorong para tahanan lagi, sehingga cahaya menerangi Hermione sekarang.
"Tunggu," kata Narcissa tajam. "Ya – ya, dia ada di Madam Malkin's dengan Potter! Aku melihat
fotonya di
Prophet
! Lihat, Draco, bukankah ini si Granger itu?"
"Aku...mungkin...yeah."
"Dan lagi, itu si Weasley!" teriak Lucius, meluncur mengelilingi tahanan yang diikat untuk menghadap
Ron. "Itu mereka, teman-teman Potter –Draco, lihat dia, bukankah itu anak Arthur Weasley, siapa
namanya –?"
"Yeah," ujar Draco lagi, punggungnya menghadap para tahanan. "Bisa jadi."
Pintu ruang tamu terbuka di belakang Harry. Seorang wanita berkata, dan suaranya menaikkan rasa
takut Harry.
"Apa ini? Apa yang terjadi, Cissy?"
Bellatrix Lestrange berjalan perlahan di sekitar para tahanan, dan berhenti di sebelah kanan Harry,
menatap Hermione melalui matanya yang berpelupuk tebal.
"Tapi tentu saja," katanya pelan, "Ini cewek Darah Lumpur itu? Ini Grander?"
"Ya, ya, ini Granger!" jerit Lucius, "Dan disampingnya, kami kira, Potter! Potter dan teman-temannya,
akhirnya tertangkap!"
"Potter?" Bellatrix tertawa terbahak-bahak, dan dia mundur, agar bisa melihat Harry lebih jelas.
"Apa kau yakin? Kalau begitu, Pangeran Kegelapan harus diberi tahu segera!"
Dia menarik lengan baju kirinya: Harry melihat Tanda Kegelapan dibakarkan di lengannya, dan tahu dia
akan menyentuhnya, untuk memanggil Master yang dipujanya-
"Aku baru saja mau memanggil dia!" kata Lucius, dan tangannya langsung mendekati pergelangan tangan
Bellatrix, mencegah dia menyentuh Tanda Kegelapan-nya. "
Aku
akan memanggilnya, Bella. Potter sudah
dibawa ke rumahku, dan dia disini dibawah kekuasaanku –"
"Kekuasaanmu!" dia menyeringai, dalam usahanya merenggut tangannya dari genggaman Lucius. "Kau
kehilangan kekuasaanmu saat kau kehilangan tongkatmu, Lucius! Beraninya kau! Lepaskan tanganmu!"
"Tak ada urusannya denganmu, kau tidak menangkap anak itu –"
"Mohon maaf,
Mr.
Malfoy," sela Greyback. "Tapi kami yang menangkap Potter, dan kami yang akan
mengklaim emasnya –"
"Emas!" Bellatrix tertawa, masih berusaha melepaskan diri dari saudara iparnya, tangannya yang bebas
meraba-raba sakunya mencari tongkatnya. "Ambil emasmu, pemakan bangkai kotor, apa urusanku
dengan emas? Aku hanya mencari penghormatan darinya – untuk –"
Dia berhenti berontak, matanya yang gelap menatap sesuatu yang Hary tak bisa lihat. Kegirangan
karena Bellatrix menyerah, Lucius melempar tangannya dan menggulung lengan bajunya sendiri –
"BERHENTI!" jerit Bellatrix, "Jangan sentuh, kita semua akan musnah kalau Pangeran Kegelapan
datang sekarang!"
To be continue..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar