Rabu, 24 Agustus 2011

Aya Kitou's Diary (One Liter of Tears) - Part 5

Demam

Sepertinya aku flu. Aku demam, tapi aku merasa baik dan selera makanku bagus. Tapi aku sudah tidak memiliki keyakinan atas badanku lagi. Aku ingin termometer (karena aku telah memecahkannya). Aku ingin melihat kesehatanku dalam angka. Aku akan menanyakannya pada papa.

Aya sering sakit. Ia menghabiskan uang dua kali lebih banyak dari saudara-saudaranya. Ketika aku dewasa, ketika aku sudah lebih kuat, aku akan membuat kalian hidup lebih enak. Aku akan merawat kalian seperti kalian merawatku.

Ketika aku tidur, aku memikirkan tentang banyak hal.
Tentang apa yang diceritakan oleh guru sejarahku.
Menajdi objek tertawaan adalah pengalaman yang baik untukku karena membantuku menjadi orang yang lebih kuat.

Tugas sekolah di SMP mudah jika aku belajar sedikit demi sedikit setiap hari. Tidak terlalu terlambat jika aku memulainya sekarang. Aku akan berusaha sebaik mungkin.
...
Tapi di lain pihak, kesehatanku yang buruk membuatku sangat cemas.

“Jangan menangis, dasar cengeng”. Saat yang paling sulit adalah ketika manusia tumbuh. Jika aku dapat mengatasinya, pagi yang cerah akan menantiku. Pagi yang damai penuh dengan cahaya, dengan nyayian burung, dan wangi mawar putih...

Aku ingin tahu dimana kebahagiaan berada.
Aku ingin tahu apa kebahagiaan itu.
“Aya, apakah kamu bahagia sekarang?”
“Tentu saja tidak. Aku ada di dasar kesedihanku. Ini sangat sulit. Secara mental dan psikis...”
Kenyataannya adalah aku selangkah menuju aneh!
Karena burung gagak yang tadinya menangis sekarang sedang tertawa.


Karakteristik

Aku mencari orang dengan karakter kepribadian yang kuat karena aku sendiri tidak punya sesuatu yang istimewa.
Aku tertarik pada ide bahwa setiap individu memiliki karakteristik unik tersendiri. Bahkan mungkin di dunia yang kita tinggali ini, keunikan dan bakat kita digunakan untuk membuat yang terbaik dari kehidupan, seperti film “007.”
Dunia membutuhkan orang dengan karakter kepribadian yang kuat.
Bagaimanapun juga karakter hanya milikmu, bukan sesuatu yang kau sodorkan dan berikan pada orang lain.
Tapi orang-orang mengatasi masalah dengan cara yang berbeda, hal ini membuat jadi rumit.

Ketika hendak pulang sekolah, aku bertemu Eiko di parkiran sepeda. Selagi aku memegang rekaman “Yamato” dan “Last Consert”, Eiko meletakkan tasku yang berat ke keranjang sepeda. Eiko bilang dia ada urusan jadi kami berpisah jalan. Aku sangat menyukai Eiko yang berterus terang, tapi orang lain berpikir dia berhati dingin.


Jalan

Ada rapat mengenai pilihan masuk SMU antara guru, mama, dan aku.
1. Kemampuan = aku masih bisa masuk sekolah umum.
2. Tentang tubuhku = sekarang hanya mengenai jalanku yang goyah, tapi kami tidak tahu apakah kondisi ini akan berubah, jadi aku harus memilih SMU yang dekat dengan rumah. Sekolahku memiliki hubungan dengan beberapa SMU jadi aku dapat memberikan surat yang menjelaskan bahwa aku tidak bisa bersekolah di tempat yang jauh.
3. Aku juga akan mendaftar di sekolah swasta = mama dan aku berpikir tentang sekolah umum, tapi guruku berpendapat lebih baik jika aku mendaftar di sekolah yang berbeda, jadi kami memutuskan untuk melakukannya.


Meninggalkan sarang



An ant to ant a flower to flower a bird to bird. Kouji

Di balik kertas yang sangat bagus ini tertulis, “Dalam rangka merayakan kelulusan Kitou-kun.” Okamoto sen-sei menulisnya untukmu, hanya untuk Aya... Aku sangat bahagia.
Beliau sedikit menakutkan, tapi beliau adalah guru yang baik yang menyukai bunga.
Aku berterimakasih padanya dengan segenap hatiku dan tersenyum dengan terima kasih. Guruku telah mengajarkanku arti lagu ini.

An ant to ant berarti jujur dan gamblang. Artinya ada benda seperti ‘bunga’ yang manusia sebut bunga, ‘burung yang terbang’ yang manusia sebut burung.”
Ia mengguncang langit biru yang membumbung tinggi, atap genteng sekolah, dan pohon berdaun hijau tua.
Aku tidak mengerti arti dari setengah lagu itu, tapi aku dapat bilang bahwa guruku berusaha mengatakan, “lakukan yang terbaik.” Perasaan “aku dapat melakukannya!” berkobar-kobar di dalam diriku.

“Menurutmu dengan apa beliau menulisnya?”
“Sepertinya bukan dengan kuas...”
Guruku tersenyum dan berkata, “Sebenarnya aku menulisnya dengan kumpulan tusuk gigi, menggunakan batu tinta dan tinta.”
Aku terpesona dengan ide itu.
“Apakah kamu perhatikan ada pita di sana, jadi kamu bisa mengantungnya di dinding.”
“Yupp!”
Guruku tersenyum dan pergi.
Aku tidak akan pernah lupa bahwa aku memiliki pertemuan yang sangat menakjubkan di hari kelulusanku. Tolong teruslah jadi pendukung mentalku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog