Rabu, 24 Agustus 2011

Aya Kitou's Diary (One Liter of Tears) - Part 8

Kehidupanku di Rumah Sakit


Kehidupan baruku, pertama kalinya jauh dari rumah, dimulai.
Aku ada di kamar dengan seorang wanita yang kelihatannya berumur sekitar 50 tahun. Mama berkata, “Hormat saya untuk Anda,” jadi aku membungkukkan kepalaku padanya. Dia terlihat seperti seorang wanita pendiam dengan sorot mata yang meniratkan kesepian. Aku gugup tidak mengetahui kehidupan seperti apa yang menungguku.
Di siang hari, aku berjalan-jalan dengan wanita itu. Kami duduk di bangku di bawah pohon cherry yang sedang mekar. Sinar mentari terlihat seperti menari di antara dedaunan. Karena aku rabun jauh, aku tidak dapat melihat dengan jelas tapi aku bisa merasakan “keindahan” di antara dedaunan hijau dan cahaya.
Lalu aku merasakan “keganjilan” di dedaunan yang ditiup angin.
Aku mulai terbiasa dengan kehidupan di rumah sakit, tetapi lampu yang padam jam 9 dan makan malam di jam 4.30 adalah terlalu cepat.
Langkah telah berubah, dan hari sepertinya berlari melewatiku.

Aku harus menjalani banyak tes, seperti elektromiogram (oww.... ini menyakitkan!!), elektrokardiogram, x-ray, dan tes pendengaran.
Aku dibawa dari satu tempat ke tempat lain di rumah sakit yang besar ini, yang mudah membuat tersesat. Aku tidak tahan berdiri di lorong yang gelap. Itu bahkan membuat moodku semakin gelap.

Dokterku, Yamamoto Hiroko Sensei (sekarang seorang profesor di Fujita Hokeneisei Daigaku di Shinkeinaika) akhirnya berkata aku harus disuntik agar aku membaik. Untuk melihat kondisi sebelum dan sesudah disuntik, kami merekam jalanku, menaiki tangga, mengancing, dalam kamera 16mm.


Aku bertanya-tanya akan seperti apakah diriku ketika aku dewasa, atau sebenarnya aku dapat menjadi apa?
Ada tiga persyaratan yang harus kupenuhi:
1. sesuatu yang tidak melibatkan tubuhku,
2. sesuatu yang dapat kulakukan dengan menggunakan otakku,
3. sesuatu yang memberikanku bayaran yang pantas.

Ini sulit. Aku bertanya-tanya apakah ada pekerjaan yang memenuhi semua persyaratan ini.
Beberapa dokter muda bermain denganku. Berjingkat! Tutup matamu! Dapatkah kau melakukannya? Lalu sesuatu mengenai panggulku... Seusai itu, mereka bertanya, “Apakah menyenangkan?” Aku tidak dapat berhadapan dengan ini. Aku ingin berteriak, aku bukan kelinci penelitian, berhentilah!

Minggu, hari yang kunantikan akhirnya tiba. Mama dan kedua saudariku datang. Kami semua pergi ke atap untuk mencuci. Langit biru sangat indah. Awannya putih dan cantik. Anginnya sedikit hangat, tapi tetap terasa menyenangkan. Aku merasa seperti manusia lagi. Mereka mengambil sedikit cairan tulang belakangku. Kepalaku sakit. Sangat sakit. Apakah ini karena suntikan?


Keluarga Michan (keluarga adik laki-laki mama) datang. Mata kakekku merah. Aku berniat memberitahukannya, tapi tak bisa dan jadi aku melotot... lalu kakek bilang, “Apakah aku kelihatan aneh? Aku mendapatkannya waktu kerja dan begadang kemarin.”
Warnanya sangat hitam sehingga aku merasa tidak enak. Matanya seperti kelinci. Sepertinya beliau habis menangis.
“Aya, berjuanglah. Aku akan membawakan beberapa makanan enak untukmu lain kali. Kamu mau apa?”
“Aku mau buku. Kanashimiyo Konnichiwa (Hello sadness)-nya Sagan. Aku sudah ingin membacanya.”

Aku pergi ke ruangan psikoterapi di bawah tanah.
Aku akan menjalankan tes dari PT. Kawabashi dan Imaeda (PT=psikoterapis).
Pada waktu itu aku mengucapkan sesuatu yang bodoh. Aku tak percaya aku mengatakan pada mereka kalau aku suka B. Jepang dan B. Inggris dan aku punya kepercayaan pada kedua topik ini, dan nilaiku adalah yang terbaik di kelas. Ini sebaiknya terakhir kalinya aku membual mengenai nilaiku... membuatku kelihatan menyedihkan dan membuatku ingin merampok bank atau lainnya. Dalam banyak kasus, kau tidak bisa benar-benar menentukan seberapa pintar dirimu hanya berdasarkan nilai di rapor.
PT. Kawabashi bilang dulu dia adalah pembuat onar di sekolah.
Sebenarnya, menuruku itu lebih baik... lebih sehat.
Aku masih muda dan lihat badanku...
Aku merasa sangat sedih sehingga air mataku mulai bercucuran.
Aku seharusnya tidak mengatakan apapun lagi. Setelah membaca yang kuinginkan adalah menulis, aku merasa lebih baik.

Alasan mengapa aku belajar sangat giat adalah ini satu-satunya yang dapat kulakukan dengan baik. Jika kau mengambil belajar dariku, yang tertinggal hanyalah badan yang tak berguna ini. Aku tidak ingin merasa seperti ini.
Ini menyedihkan dan kasar, tapi inilah kenyataannya.
Aku tidak peduli jika aku bodoh. Aku hanya ingin badan yang sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search my Blog